Liputan6.com, Nice - Sebelum sebuah truk yang sengaja menabrakkan diri ke kerumunan warga yang tengah menikmati perayaan Bastile Day di Nice, Prancis pada Kamis 14 Juli waktu setempat, sejumlah upaya peningkatan keamanan telah dilakukan di negeri itu. Salah satunya adalah dengan mempersenjatai polisi anti-kerusuhan, CSR dan petugas penjaga pantai.
Dalam dua tahun terakhir, Prancis dilanda serentetan teror, bahkan petugas polisi tak luput menjadi target serangan. Hal tersebut memicu perdebatan tentang apakah petugas harus membawa senjata di luar jam kerja karena negeri itu masih dalam situasi darurat.
"Ini adalah pertama kalinya petugas penjaga pantai dipersenjatai. Biasanya sepanjang Juli dan Agustus mereka akan mengenakan pakaian renang tanpa menenteng senjata," ujar Juru bicara kepolisian Prancis, Nicolas Comte seperti dilansir The Guardian, Jumat (15/7/2016).
Menurut Comte beberapa waktu lalu, walaupun tak ada ancaman spesifik, namun mereka dibekali senjata untuk melindungi keselamatan dirinya sekaligus memberi respons cepat jika terjadi penyerangan. Ia merujuk pada peristiwa sebelumnya, yakni tewasnya dua polisi akibat penusukan, di mana kelompok ISIS mengaku bertanggungjawab atas peristiwa itu.
Pasukan CSR yang umumnya hanya dilengkapi dengan tongkat dan borgol, untuk pertama kalinya diizinkan membawa senjata. Tak hanya itu, mereka juga dibekali dengan rompi antipeluru.
Sementara itu teror berupa serangan truk yang menewaskan lebih dari 70 orang terjadi di Nice. Pascateror warga diminta untuk tetap tinggal di rumah mereka.
Pelaku yang juga merupakan pengemudi truk berhasil dilumpuhkan petugas. Truk besar tersebut dilaporkan berisi senjata dan sejumlah bahan peledak.
Hingga kini belum ada pihak mengaku bertanggung jawab atas aksi teror ini.
Advertisement