Liputan6.com, Istanbul - Para penganut paham teori konspirasi mengungkapkan bahwa percobaan kudeta militer di Turki diduga palsu. Hal itu mereka simpulkan setelah Presiden Erdogan menyebut bahwa kudeta merupakan 'hadiah dari Tuhan'.
Tak hanya itu, pengguna media sosial membandingkan percobaan kudeta Jumat malam yang menewaskan 160 orang dengan kebakaran Reichstag tahun 1933. Saat itu serangan api membakar parlemen Jerman yang kemudian dipakai Hitler untuk menahan warga sipil dan penahanan massal lawan politiknya.
Presiden Erdogan dilaporkan untuk mengatakan kepada para pendukungnya di Bandara Istanbul bahwa percobaan kudeta adalah pekerjaan ulama di pengasingan, Fethullah Gullen. Erdogan menuding gerakan Hizmet yang dipimpin Gullen merupakan organisasi bersenjata. Demikian dilansir dari Independent, Senin (18/7/2016).
Erdogan juga dilaporkan menyebut percobaan kudeta merupakan 'hadiah dari Tuhan', yang akan membantunya membersihkan militer dari 'anggota geng'.
"Ini adalah hadiah dari Tuhan, karena saya tak perlu repot membersihkan militer dari anggota geng yang akan membayar mahal atas pengkhianatan mereka," ujar Erdogan.
Pernyataannya membawa kekhawatiran kalau orang nomor satu 3 dekade Turki itu akan menggunakan isu kudeta untuk melibas lawan politiknya. Ketakutan itu terbukti dengan sebuah laporan TV yang mengatakan 2.745 hakim dicopot dari kantornya setelah kudeta 'digagalkan'.
Para pengamat lantas mulai berspekulasi kalau kudeta itu sengaja dibuat agar Erdogan 'membersihkan' lawan politik di militer dan makin mencengkeram Turki.
Senior koresponden Uni Eropa di Politico, Ryan Heath, dalam Twitter-nya berkicau bahwa ada sumber di Turki yang mengatakan 'horor' Jumat malam adalah palsu.
"Demi menciptakan penyelamat demokrasi palsu alias Erdogan," tulis Heath.
Sumber itu mengatakan, "Kemungkinan besar akan ada pemilu dini yang menjanjikan Erdogan akan menang dengan suara luar biasa. Dan kemungkinan akan ada 10 hingga 15 tahun lagi masa kepemimpinannya."
"Kemungkinan terburuk adalah melihat konstitusi berubah di mana sekularisme hilang dan ideologi Islam akan menggantikannya."
Di media sosial tagar #TheatreNotCup, akun @SubsidarityMan menulis, "Dua kata: Kebakaran Reichstag. Tahunnya 1993 dan Anda tahu apa selanjutnya."
Pengguna lain Twitter mengutip "Teman saya di Istanbul mengatakan kemungkinan besar memang ada upaya kudeta yang nyata, tapi berupa desas-desus. Momen itulah yang digunakan Erdogan menjadikan isu itu nyata."
Gerakan Gulen, juga dikenal sebagai Hizmet dan dipimpin oleh ulama Islam moderat Fethullah Gulen yang berbasis di AS. Ia menolak tuduhan Erdogan dan membantah terlibat dalam kudeta.
Kelompok moderat Islam Sunni, yang menekankan dialog antaragama, telah secara teratur menuduh Presiden Erdogan melecehkan dan tidak adil menangkap pendukungnya.
Sebelum kudeta, ada juga pernah kecaman internasional yang luas dari catatan hak asasi manusia Erdogan, terutama represinya terhadap media.
Dilaporkan sejak tahun 2014, ada 1.845 jurnalis, penulis, dan kritikus telah menghadapi tuduhan menghina presiden, suatu pelanggaran yang di Turki berpotensi membawa hukuman penjara.
Presiden Erdogan menghadapi pengawasan khusus awal tahun ini setelah ia melakukan penuntutan pidana dari satiris Jerman Jan Böhmermann yang menggunakan bahasa profan atau kotor menghinanya di televisi.
Sebut Kudeta 'Hadiah dari Tuhan', Erdogan Picu Teori Konspirasi
Para pengamat mulai berspekulasi kalau kudeta itu sengaja dibuat agar Erdogan 'membersihkan' lawan politik di militer.
Advertisement