Sukses

Apa yang Tersembunyi di Balik Tabir Awan Tebal Permukaan Venus?

Selama puluhan tahun ilmuwan kesulitan untuk meneliti permukaan Venus karena diselimuti awan tebal.

Liputan6.com, Versailles - Venus diselimuti lapisan awan tebal dan membuat para ilmuwan di masa lalu kesulitan untuk meneliti permukaan planet yang kerap disebut Bintang Kejora itu.

Namun baru-baru ini, ilmuwan meyakini sebenarnya awan tebal Venus mengungkap apa yang di permukaan planet tersebut. Mereka menemukan bahwa pola cuaca disebabkan dengan bentuk medan di bawahnya.

Dengan menggunakan data dari satelit Venus Express milik European Space Agency (ESA), ilmuwan dari Versailles dan Gottingen mempelajari cuaca planet, demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (19/7/2016).

Mereka mengamati kecepatan sirkulasi angin, kandungan air di dalam awan, dan tingkat kecerahan awan di seluruh spektrum. Berdasarkan penemuan mereka, ketiga hal tersebut menghubungkan secara langsung dengan apa yang ada di bawahnya.

"Hasil kami menunjukkan bahwa seluruh aspek -- angin, kandungan air, dan komposisi awan -- menghubungkan dengan ciri yang ada di permukaan Venus," ujar Dr Jean-Loup Bertaux dari the Laboratoire Atmosphères, Milieux, Observations Spatiales (LATMOS) di Versailles.

"Kami menggunakan pengamatan dari Venus Express yang telah berputar selama satu periode yakni enam tahun, dari 2006 hingga 2012, di mana memungkinkan kami untuk mempelajari pola cuaca dalam kurun waktu lebih lama," jelasnya.

Air Mancur Aphrodite

Meski Venus merupakan planet yang sangat kering, atmosfernya mengandung air dalam bentuk uap dan sebagian besar terdapat di bawah lapisan awan.

Bertaux dan rekannya mengamati atmosfer menggunakan sinar infra merah untuk melihat jumlah sinar Matahari yang diserap oleh uap air pada ketinggian berbeda di atas permukaan Venus.

Dari hasil penelitian itu, mereka menemukan salah satu area awan yang terletak di ekuator Venus menimbun lebih banyak uap air dibanding sekitarnya.

Venus Express melacak awan dan kecepatannya menggunakan Sinar Ultraviolet (ESA/C Carreau)

Area tersebut terletak di ketinggian 4.500 meter di atas puncak gunung Aphrodite Terra.

Fenomena itu diyakini muncul karena udara yang berisi air dari bagian bawah atmosfer dipaksa naik hingga melalui Aphrodite Terra, layaknya air mancur.

Peneliti menyebut fenomena itu sebagai 'fountain of Aphrodite' atau ' air mancur Aphrodite'.

"Air mancur itu terkurung dalam pusaran awan yang mengalir ke hilir, bergerak dari timur ke barat Venus," ujar penulis kedua penelitian dari Max-Planck Institute di Gottingen, Jerman, Wojciech Markiewicz.

2 dari 2 halaman

Fenomena Gelombang Gravitasi Atmosfer

Fenomena Gelombang Gravitasi

Dalam waktu bersamaan, Venus Express melacak awan dan kecepatannya menggunakan Sinar Ultraviolet. Dengan pengamatan itu, ditemukan bahwa hilir air mancur memantulkan UV yang lebih sedikit dengan kecepatan angin lebih lambat.

Hal itu berhubungan dengan mekanisme atmosfer Venus yang disebut dengan gelombang gravitasi atmosfer.

"Ketika angin mendorong mereka perlahan melintasi lereng pegunungan maka menghasilkan sesuatu yang dikenal sebagai gelombang gravitasi," ujar Bertaux.

Dorangan angin melalui lereng pegunungan menciptakan fenomena yang disebut gelombang gravitasi (ESA)

"Meskipun bernama gelombang gravitasi, namun fenomena itu sama sekali tak berhubungan. Sebaliknya, gelombang gravitasi adalah fenomena yang sering kita lihat di beberapa bagian pegunungan di permukaan Bumi."

"Mereka terbentuk ketika riak udara berada di atas permukaan bergelombang. Gelombang tersebut kemudian merambat vertikal ke atas, tumbuh makin besar hingga mereka terpecah tepat di atas awan, layaknya gelombang laut di garis pantai," jelasnya.

Sementara itu Ilmuwan Venus Express dari ESA Hakan Svedhem mengatakan, penemuan tersebut menantang Model Sirkulasi Umum milik timnya.

Sementara model kami membenarkan adanya hubungan antara topografi dengan iklim, mereka biasanya tak menghasilkan pola cuaca konstan. Ini pertama kalinya koneksi tersebut ditunjukkan secara jelas pada Venus -- penemuan yang sangat besar," kata Svedhem.