Liputan6.com, Ankara - Emine Erdogan mencitrakan diri sebagai ibu negara yang baik saat menggelar buka puasa bersama anak-anak pengungsi Suriah. Ia juga mengaku menghabiskan waktu berjam-jam di dapur Istana, menfermentasi kulit apel dan lemon, mengubahnya menjadi cuka. Atau memanfaatkan benih zaitun (olive pit) menjadi saus.
Kehidupan istri Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan itu jadi sorotan pasca-kudeta gagal yang mengguncang negaranya.
Berbeda dengan citra yang ingin ditampilkan sebagai perempuan 'soleha', sejumlah fakta menguak sisi berbeda.
Seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (19/7/2016), ketika Presiden Erdogan membuat orang tercengang karena menggelontorkan dana luar biasa untuk konstruksi bangunan tambahan istana, gaya hidup jet-set Emine Erdogan dilaporkan tercermin dari kebiasaan belanjanya, memborong pakaian dan produk rancangan desainer, atau barang antik berharga selangit.
Dalam beberapa kesempatan, sang ibu negara mencitrakan diri sebagai perempuan hemat. Dalam sebuah artikel -- yang juga memuat soal cuka apel dan saus zaitun -- ia mengaku minum teh putih istimewa dari wilayah Rize Turki. Ia meminta rakyat untuk mengikuti kebiasaannya itu.
Baca Juga
Mungkin Emine lupa, teh itu berharga selangit, 1.500 pound sterling atau Rp 25,7 juta per kilo. Tak semua orang Turki mampu membelinya. Hanya segelintir yang cukup tajir untuk bisa menikmatinya.
Advertisement
Artikel itu menyebabkan Emine dan suaminya dicap munafik di media sosial.
Belum lagi sebuah kabar yang menyebut bahwa pengawal Emine menutup pintu masuk gerai Longchamps di mana dia menghabiskan 1.500 Euro atau Rp 21,6 juta.
Â
Â
Para pengunjung juga dicegah memasuki mal di Louis Avenue, saat perempuan tersebut berjalan-jalan berkeliling toko yang menjual tas mahal.
Ketika menemani sang suami mengunjungi Warsawa di Polandia, ia menghamburkan uang lebih dari 37 ribu pound sterling atau Rp 636 juta untuk barang-barang antik.
Benda-benda yang ia borong diduga akan mengisi istana besar yang dibangun Erdogan di kaki bukit di luar Ibukota Turki, Ankara.
Istana Supermewah
Meliputi area 1,6 mil persegi atau lebih dari 30 kali luas Gedung Putih, pembangunan istana besar itu sudah menelan dana sebesar 500 juta pound sterling atau Rp 8,6 triliun.
Itu belum termasuk dekorasi dan segala perlengkapannya, seperti kertas dinding (wallpaper) sutra berharga 2.000 pound sterling atau Rp 34 juta per gulung dan 36 ribu poundsterling untuk masing-masing pintu ganda -- yang dibutuhkan untuk ratusan ruangan.
Untuk 400 pintu ganda besar, dengan ukuran 3,2 meter x 2 meter, dana yang dihabiskan dikabarkan mencapai 5 juta poundsterling. Itu belum termasuk pintu tunggal yang dipasang di istana itu.
Sementara, untuk karpet yang akan dihamparkan di atas lantai, untuk luasan 366 ribu kaki persegi akan menghabiskan dana lebih dari 7 juta pound sterling.
Seperti dikutip dari Sputnik, total pengadaan untuk istana dan segala isinya bisa mencapai US$ 7 miliar atau Rp 91,6 triliun!
Para pengkritik mengatakan, saking mewahnya, istana raksasa itu konon bisa membuat diktator Irak, Saddam Hussein -- yang gemar akan furnitur bertatahkan emas dan perhiasan -- bakal merah padam.
Lainnya mengatakan, gaya bangunan tersebut mirip stasiun kereta China dibanding istana megah era Ottoman.
"Baru saja melihat istana Erdogan. Tak terlalu impresif. Namun, jumlah lahan yang digunakan sungguh gila," kata pengguna Twitter Oskar Gorzynski.
Bangunan tersebut dikenal sebagai Ak Saray (White Palace) tapi secara resmi disebut sebagai Cumhurbaskanligi Sarayi (Istana Kepresidenan).
Istana itu diduga mengisap biaya lebih dari yang diperkirakan. Namun, Erdogan mengatakan, itu bisa meningkatkan citra Turki di mata dunia.
Â
Saat ditanya mengapa ia menginginkan istana baru, Erdogan mengatakan, kantor lamanya -- saat ia menjadi perdana menteri -- dihuni kecoak. Tak layak dihuni.
Ketika konstruksi dimulai ia mengklaim akan menggunakan material asli dari Turki, namun menurut sejumlah pengamat, yang terjadi adalah sebaliknya.
Atapnya didatangkan dari Jerman, marmer hijau di ruang tamu dibeli dari India. Sementara, material lain yang digunakan dari Inggris, Prancis, dan Italia.
Bahkan pepohonan yang ditanam di halamannya yang luas diimpor dari Italia dan Belanda.
Selama kudeta yang gagal, jet F-16 membom sekitar istana itu, tetapi tingkat kerusakan belum diketahui.
Selain jadi tempat tinggal Erdogan, istana juga merupakan pusat komando dan kontrol.
Seperti halnya Gedung Putih di AS, istana Turki dilengkapi bunker yang bisa tahan terhadap serangan senjata biologi, kimia, dan nuklir. Bangunan megah itu diperkirakan rampung pada 2019.