Liputan6.com, Dallas - Mantan presiden AS George W Bush mengkhawatirkan 'keselamatan' Partai Republik. Hal itu ia ungkapkan di depan sekelompok mantan tangan kanan dan penasihatnya pada bulan April lalu.
Kepada bekas orang kepercayaannya itu, Bush menyatakan ia khawatir jika dirinya bakal menjadi presiden AS terakhir yang berasal dari Grand Old Party (GOP)
Baca Juga
Kekhawatirannya terungkap pada pertemuan dengan mantan staf pemerintahan Bush yang diadakan di Dallas. Reuni itu diselenggarakan pada pertengahan April dan dihadiri 1.000 orang mantan stafnya. Acara berlangsung meriah.
Advertisement
Namun, dalam sebuah obrolan yang bersifat pribadi, di depan lingkaran dekatnya, presiden AS ke-43 itu merefleksikan pandangan redup prospek Partai Republik di masa-masa kampanye primary. Para pemilih secara realistis memilih Donald Trump dan Senator Texas, Ted Cruz.
"Saya khawatir, kalau saya menjadi presiden yang terakhir dari partai Republik," ujar Bush di depan para mantan orang terdekatnya, seperti dilansir dari Politico, Rabu (20/7/2016).
Donald Trump yang kini resmi menjadi nominasi Partai Republik untuk capres AS, hanya memiliki segelintir kharisma untuk mewakili GOP. Pun tak ada sedikitpun inspirasi untuk memperbaiki kepercayaan partai itu.
Bagi Bush, Trump cenderung menonjolkan dirinya sendiri dari pada partai. Terlihat dari kekisruhan di dalam lingkaran staf. Di tengah-tengah persiapan konvensi, pengusaha tajir itu menuntut mantan pengawalnya sebesar US$ 10 juta.
Tak hanya itu, Donald Trump membatalkan pengumuman cawapres karena ada serangan teror di Prancis. Tingkah itu, di mata Bush, seakan-akan dia sudah jadi orang nomor satu AS. Apalagi, Trump berkomentar kalau Amerika Serikat siap perang dunia.
Bush-- juga sang ayah, mantan Presiden George H.W Bush, dan saudaranya Jeb Bush-- menolak hadir di konvensi partai Republik di Cleveland, Ohio. Juga kandidat lainnya, Mitt Romney dan Senator John McCAin.
Sementara itu, Bob Dole, nominasi capres GOP tahun 1996 mengkritik Republikan yang tak hadir dalam konvensi itu.