Sukses

Dijuluki 'Kuburan Bumi', Kota Indah Ini Paling Mematikan di Dunia

Selama puluhan tahun, warga sebuah kota kecil Rusia seakan tinggal dalam surga, walaupun maut mengintai secara diam-diam.

Liputan6.com, Ozersk - Sebuah kota di jantung Rusia pernah menjadi tempat kelahiran progam senjata nuklir Uni Soviet. Selama puluhan tahun, Ozersk yang terletak di tengah pegunungan Ural seperti tidak pernah ada di muka Bumi. Seluruh penduduknya juga tidak masuk dalam sensus resmi negara.

Gerbang-gerbang kota dijaga ketat dan garis-garis batas dipasangi kawat berduri. Ia yang diberi nama sandi 'Kota 40' itu seakan seperti 'dikubur hidup-hidup'. Apa yang ada di dalamnya seakan hadir dalam dimensi berbeda.

Pada masa kini, dengan danau-danau nan cantik, wangi bunga-bungaan, dan jalan-jalan dibingkai pepohonan, Ozersk lebih mirip kota di Amerika pada tahun 1950-an -- bak keluar dari tayangan The Twilight Zone.

Bertolak belakang dengan segala keindahannya, faktanya, kota itu termasuk salah satu yang paling terkontaminasi di seantero planet -- karena sejarahnya yang bertaut dengan program senjata nuklir.

Dikutip dari The Guardian pada Rabu (20/7/2016), sehari-hari, sejumlah ibu muda kerap terlihat mendorong kereta bayi, Anak-anak pun bermain di jalan. Sayup-sayup terdengar suara musik dari perangkat milik para remaja yang sedang pamer kemahiran berseluncur papan guna mencari perhatian lawan jenis.

Di hutan dekat kota, keluarga-keluarga berenang di danau, sementara itu kaum lansia terlihat duduk-duduk di kursi taman menikmati siang yang santai sambil mengamat-amati orang yang lalu-lalang.

Selama puluhan tahun, warga sebuah kota kecil Rusia seakan tinggal dalam surga, walaupun maut mengintai secara diam-diam. (Sumber DIG Films via Guardian)

Di jalan-jalan pinggiran danau, tampak beberapa wanita setempat sedang menjual buah dan sayuran.

Semua tampak wajar, kecuali ada instrumen Geiger (pengukur kadar radiasi) dipergunakan untuk memeriksa barang dagangan itu sebelum dibeli. Itu adalah bagian rahasia kelam yang membayangi kota yang tenang tersebut.

Warga kota mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, yaitu bahwa air mereka tercemar, jamur dan buah-buahan berry mereka telah teracuni, dan anak-anak mereka kemungkinan sakit. Karena parahnya kontaminasi, Ozersk dan daerah sekitarnya mendapat julukan "kuburan bumi".

2 dari 3 halaman

Kota Intelektual?

Namun demikian, kebanyakan penduduknya tidak mau hengkang. Mereka percaya bahwa mereka adalah "kaum terpilih" di Rusia dan bahkan bangga menjadi warga kota tertutup ini.

Di sana lah mereka dilahirkan, menikah, dan berkeluarga. Di sini juga mereka menguburkan orangtua, dan terkadang putra dan putri mereka juga.

Pada 1946, secara diam-diam Soviet memulai pembangunan Kota 40 yang berada di sekitar pembangkit nuklir Mayak di tepi danau Irtyash.

Kota itu diperuntukkan menjadi perumahan pegawai dan para ilmuwan yang dibawa ke sana dari seluruh pelosok negeri untuk memimpin program senjata nuklir Soviet guna membangun sebuah bom atom.

Selama 38 tahun, warga dilarang meninggalkan kota, mengirim surat, atau melakukan kontak apapun dengan dunia luar, bahkan dengan anggota keluarga mereka sendiri. Orang-orang yang dipindahkan ke sini sudah dianggap raib oleh para sanak saudara, seakan-akan lenyap ditelan Bumi.

Para penduduk Kota 40 diberitahu bahwa mereka adalah "perisai nuklir dan juru selamat dunia," dan setiap orang di luar sana adalah musuh. Ketika kebanyakan warga Soviet menderita kelaparan dan tinggal dalam kemelaratan, pihak berwenang menciptakan surga bagi para penduduk melalui keistimewaan dan sedikit kemewahan dalam hidup mereka.

Warga ditawari apartemen pribadi dan pangan melimpah termasuk makanan eksotik semisal pisang, susu kental manis, dan kaviar. Belum lagi sekolah dan perawatan kesehatan yang baik, banyaknya hiburan, dan kegiatan kesenian. Mirip seperti tempat tinggal pinggir danau yang cocok untuk dongeng-dongeng ciptaan Hans Chritian Andersen.

Selama puluhan tahun, warga sebuah kota kecil Rusia seakan tinggal dalam surga, walaupun maut mengintai secara diam-diam. (Sumber DIG Films via Guardian)

Sebagai imbalannya, warga diperintahkan untuk menjaga rahasia tentang kehidupan dan pekerjaan mereka. Hal ini berlaku hingga sekarang, di kota di mana hampir semua bahan mentah nuklir cadangan Rusia disimpan.

Kehidupan di Ozersk memang bergengsi. Banyak warga yang menyebutnya kota kaum "intelektual" dan terbiasa mendapatkan "semua yang terbaik secara gratis."

Kehidupan dalam kota tertutup bukan hanya dirasa memberikan keamanan fisik, tapi juga kestabilan keuangan bagi keluarga. Mereka mengaku bahwa anak-anak Ozersk ditawari kesempatan-kesempatan hebat untuk masa depan yang gilang-gemilang.

Tapi semua itu mengandung risiko mematikan. Selama bertahun-tahun, petinggi politik dan keilmuan Soviet merahasiakan dampak paparan ekstrem radiasi terhadap kesehatan warga kota dan keturunan mereka.

Dari apa yang terlihat, kebanyakan warga bekerja atau tinggal dekat kompleks nuklir Mayak dalam kondisi yang sangat berbahaya. Mulai akhir tahun 1940-an, orang-orang mulai sakit dan meninggal. Mereka ada korban paparan radiasi berkepanjangan.

Data akurat tidak tersedia karena kerahasiaan ketat dan bantahan-bantahan pihak berwenang, tapi batu-batu nisan penduduk muda di pemakaman Ozersk menjadi saksi rahasia yang dicoba dikubur dalam-dalam bersama dengan para korban pembangkit nuklir Mayak.

Selama puluhan tahun, warga sebuah kota kecil Rusia seakan tinggal dalam surga, walaupun maut mengintai secara diam-diam. (Sumber HotDocsFest)

Warga Kota 40 juga kerap menjadi korban sejumlah kecelakaan nuklir, termasuk bencana Kyshtym tahun 1957 -- yang merupakan kecelakaan nuklir terburuk sedunia sebelum Chernobyl. Kecelakaan 1957 itu sangat dirahasiakan dari dunia luar.

Pengelola Mayak juga ketahuan membuang sampahnya ke danau dan sungai di dekat pembangkit, sehinga sampahnya kemudian mengalir ke sungai Ob menuju Laut Kutub Utara. Selama 4 dekade, Mayak disebut-sebut membuang 200 juta curie sampah radioaktif ke lingkungan, setara dengan empat "Chernobyl". Pihak berwenang selalu menolak mengakuinya.

Menurut beberapa warga Ozersk, buang sembarangan itu berlanjut hingga sekarang. Salah satu danau dekat kota telah sangat tercemari oleh plutonium sehingga warga menjulukinya sebagai "Danau Kematian" atau "Danau Plutonium". Konsentrasi radioaktif di sana dilaporkan lebih dari 120 juta curie, setara dengan 2,5 kali radiasi yang dipancarkan Chernobyl.

3 dari 3 halaman

Dilarang Masuk, Dilarang Kembali

Di suatu desa sejauh 20 menit dari Ozersk, sebuah jam digital di alun-alun berganti-ganti menampilkan waktu setempat dan tingkat radiasi di udara (walau pembacaannya tidak pernah tepat).

Setengah juta warga Ozersk dan daerah sekitarnya diduga telah terpapar radiasi 5 kali lebih kuat daripada orang yang tinggal di Ukraina dan terdampak oleh kecelakaan nuklir Chernobyl.

Di luar kota Ozersk ada papan pengumuman berukuran besar bertuliskan larangan memasuki kota. Amaran ditulis dalam dua bahasa, Inggris dan Rusia. Kata "Peringatan" ditulis dengan huruf berukuran besar berwarna merah, seakan untuk mempertegas isi pesannya.

Warga asing dan warga Rusia yang bukan penduduk masih tetap dilarang masuk ke kota itu tanpa izin dari polisi rahasia negara, FSB. Melakukan rekaman video dilarang.

Selama puluhan tahun, warga sebuah kota kecil Rusia seakan tinggal dalam surga, walaupun maut mengintai secara diam-diam. (Sumber DIG Films via Guardian)

Namun demikian, penduduk Ozersk diperbolehkan untuk ke luar dari kota dengan menggunakan izin khusus dan bahkan diperbolehkan pergi selamanya -- jika memang tidak berniat pernah kembali lagi. Ada sedikit warga yang melakukan itu, karena itu berarti warga akan kehilangan semua keistimewaan warga kota tertutup itu.

Dalam pandangan sebagian besar warga, pagar sekeliling Ozersk bukan sebagai kurungan melawan kehendak mereka, melainkan untuk menjaga pihak luar agar tidak menerobos masuk surga mereka dan melindungi mereka dari "musuh".

Sukar rasanya bagi orang luar untuk membayangkan bagaimana warga Kota 40 bisa tinggal di suatu tempat yang mereka tahu membunuh secara perlahan. Tapi seorang jurnalis setempat mengatakan mereka tidak ambil pusing dengan anggapan dunia luar tentang mereka dan cara hidup mereka.

Menurut jurnalis itu, kebanyakan warga, termasuk dirinya, hanya ingin dibiarkan saja hidup dalam "damai". Mereka bahagia dalam surga berpagar tersebut.

Video Terkini