Liputan6.com, Islamabad - Lebih dari selusin kapal angkatan laut Turki dilaporkan masih mengambang di lautan, setelah gagalnya kudeta militer melawan pemerintah negara tersebut, Jumat 15 Juli 2016 malam. Mereka tak diketahui di mana rimbanyal
Komandan Angkatan Laut, Laksamana Veysel Kosele, juga dilaporkan masih belum diketahui keberadaannya, sejak hari nahas tersebut.
Menurut pernyataan yang dikutip dari Daily Mail, Rabu (20/7/2016), belum ada kejelasan apakah Veysel terlibat dalam kudeta, atau dijebak untuk melayarkan salah satu dari 14 kapal yang dilaporkan hilang.
Advertisement
Sebelum menghilang, ke-14 kapal tersebut dilaporkan sedang menjalankan tugas di Laut Hitam dan Laut Aegea.
Namun, kapal-kapal tersebut tidak kunjung kembali ke pelabuhan, walaupun terdeteksi radar.
Hal tersebut membuat muncul dugaan bahwa transportasi angkatan laut itu berlayar ke Yunani, untuk mendapatkan suaka politik.
Sementara itu, pemerintah Turki menolak untuk berkomentar menanggapi hilangnya 14 kapal angkatan laut tersebut. Mereka malah mencurigai akan ada pembajakan lagi.
"Ada kemungkinan mata-mata masih berada di sekitar kita, mencoba untuk membajak helikopter atau membuat keonaran," komentar pemerintah Turki.
Sementara itu, delapan personel militer -- yang melarikan diri menggunakan helikopter ke Yunani untuk mengklaim suaka politik -- akan diinvestigasi oleh otoritas imigrasi negara tersebut.
Delapan orang itu diwawancarai pada Selasa 19 Juli 2016, di dekat timur laut kota Alexandeoupolis.
Pengacara dari salah seorang personel militer mengatakan, kliennya tidak terlibat dalam kudeta militer yang terjadi pada Jumat 15 Juli 2016.
"Helikopter tersebut digunakan untuk mengangkut orang korban terluka. Tapi kemudian ditembaki polisi. Klienku hanya mencoba menyelamatkan diri," kata sang pengacara.
Pemerintah Yunani menyatakan, delapan personel militer itu akan menjalani persidangan terlebih dulu pada Kamis 21 Juli, karena telah memasuki wilayah Yunani secara ilegal.
Sementara itu, mantan Kepala Angkatan Udara, Akin Ozturk, membantah menjadi dalang dalam upaya kudeta Turki yang terjadi pada Jumat, 15 Juli 2016, malam waktu setempat.
Ozturk dan 26 pejabat tinggi lainnya didakwa telah melakukan pengkhianatan dan diserahkan ke tahanan oleh pengadilan pada Senin, 18 Juli 2016, demikian menurut kantor berita negara, Anadolu.
"Aku bukanlah orang yang merencanakan atau memimpin kudeta," ujar Ozturk dalam pernyataan kepada jaksa.
Anadolu sebelumnya menyebut, Ozturk mengaku kepada pihak penyidik bahwa ia "bertindak dengan niat untuk melakukan kudeta".