Liputan6.com, Jakarta - Insiden berdarah terjadi di jalanan kota London. Seorang kartunis asal Palestina, Naji Salim al-Ali ditembak pria bersenjata di depan kantornya.
Menurut saksi, al-Ali yang baru keluar dari kantornya di Ives street, Chelsea, tiba-tiba didatangi dua orang pemuda yang berusia sekitar 25-30 tahun.
Baca Juga
Seorang pemuda tiba-tiba melepaskan tembakan. Peluru pun menghantam wajah sebelah kanan al-Ali.
Advertisement
Usai menembak, pelaku langsung kabur. Sementara al-Ali segera dilarikan ke rumah sakit.
Dirinya sempat mendapat perawatan intensif di RS Charing Cross. Namun nyawanya tak tertolong, al-Ali meninggal dunia pada 29 Agustus 1987.
Al-Ali bekerja untuk koran Kuwait, Al-Qabas selama tiga tahun. Tetapi dua tahun belakangan, al-Ali diusir dari Kuwait dan memilih tinggal di London.
Dia dikenal karena karya-karya satirnya mengenai politik jazirah Arab. Tidak cuma itu, al-Ali juga kerap menjadikan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khomeini sebagai sasaran kritik dalam karyanya.
Oleh sebab itu, Pemerintah Iran sempat diduga sebagai otak penembakan al-Ali. Tudingan itu dibantah keras Kedutaan Iran di London.
Koran Al-Qabas, tempat al-Ali bekerja mengatakan sebelum kejadian setidaknya pria ini telah menerima 100 ancaman pembunuhan. Bahkan, ia sempat menyatakan tak ingin tinggal di negara Arab karena jiwanya benar-benar terancam.
Juru Bicara Al-Qabas menyebut sebelum insiden al-Ali sempat ditelepon oleh seorang anggota Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
"Dia diminta merubah sikapnya," sebut jubir itu seperti dikutip dari BBC History.
"Jangan berkata apa pun untuk melawan orang-orang jujur, kalau tidak urusan kami adalah untuk mengatur kembali anda," ucap Jubir koran Al-Qabas, menirukan perkataan anggota PLO.
Bukannya menuruti perkataan sang penelepon, kurang lebih 24 jam kemudian al-Ali malah merilis gambar sketsa soal pemimpin PLO, Yasser Arafat.
22 Juli tahun lainnya juga diwarnai sejumlah kejadian penting. Pada 2003, dua orang anak dan cucu mantan Pemimpin Irak Saddam Hussein tewas secara tragis di tangan tentara AS.
Lalu pada 22 Juli 1963, wilayah Sarawak merdeka dari Britania Raya. Tak berapa lama kemudian, Sarawak bergabung ke dalam Federasi Malaysia.