Liputan6.com, Kabul - Dua bom meledak di tengah demonstrasi besar-besaran yang digelar minoritas Hazara di Kota Kabul, Afghanistan, Sabtu 23 Juli 2016.
Akibatnya sungguh mengenaskan, 61 orang tewas dan 207 lainnya luka-luka.
Kelompok teroris ISIS mengaku bertanggung jawab. "Dua 'pejuang' ISIS meledakkan sabuk penuh bahan peledak di tempat berkumpulnya kaum Syiah di...kota Kabul Afghanistan," kata Amaq, situs terkait gerombolan tersebut seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (23/7/2016).
Mohammad Ismail Kawousi, juru bicara Kementerian Kesehatan Masyarakat Afghanistan awalnya mengatakan, jumlah korban jiwa yang jatuh setidaknya mencapai 29 orang dan 142 lainnya luka-luka. Mereka yang cedera dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Namun, jumlah tersebut terus bertambah.
Rekaman dari lokasi ledakan menunjukkan pemandangan mengerikan. Jasad-jasad manusia yang terbaring di jalanan yang merah oleh darah, di dekat area di mana ribuan masyarakat Hazara berdemonstrasi terkait proyek listrik bernilai jutaan dolar.
"Saat menit-menit terakhir demonstrasi, tiba-tiba ledakan terjadi," demikian laporan jurnalis Al Jazeera, Qais Azimy dari Kabul.
"Ambulans tak bisa menjangkau lokasi ledakan akibat sebagian jalan diblokir dengan kontainer oleh pemerintah -- untuk mencegah para demonstran memasuki area diplomatik atau mendekati istana presiden."
Sebagian besar area kota Kabul diblokade menggunakan tumpukan kontainer dan halangan lainnya saat demonstrasi bermula Sabtu pagi. Keamanan ketat diberlakukan, sementara itu helikopter berpatroli dari angkasa.
"Saya berada di tengah kerumunan demonstran saat ledakan keras terjadi. Banyak orang tewas atau terluka. Saya sungguh shock," kata salah satu saksi mata, Jawad Ali.
Para demonstran berkumpul untuk menuntut agar jaringan listrik melintasi provinsi mereka, Bamiyan, yang sering mengalami 'mati lampu'.
Bamiyan adalah salah satu area paling terbelakang di Afghanistan, yang dihuni warga minoritas Hazara.
Proyek jaringan listrik TUTAP 500 kilovolt -- yang akan menghubungkan sejumlah negara di Asia Tengah seperti Turkmenistan, Uzbekistan dan Tajikistan dengan dua negara yang sangat membutuhkan listrik, Afghanistan dan Pakistan -- awalnya dirancang melewati Provinsi Bamiyan.
Namun, keputusan itu akhirnya dibatalkan. Pemerintah lebih memilih menyalurkan listrik lewat Salah, sebuah area pegunungan, ke Kabul. Alasannya, dengan memperpendek rute akan menghemat dana jutaan dolar.