Sukses

Ayah Tentara Muslim AS yang Tewas di Irak Dukung Hillary Clinton

Putra mereka adalah seorang kapten di Angkatan Darat AS yang tewas di Irak pada 2004 lalu.

Liputan6.com, Philadelphia - Panggung megah Konvensi Nasional Partai Demokrat Amerika Serikat (AS) kembali menghadirkan 'kejutan'. Setelah WNI korban perdagangan manusia, Ima Matul Maisaroh menyuarakan dukungannya terhadap Hillary Clinton, tim kampanye Demokrat juga mendatangkan orangtua tentara muslim AS yang tewas di Irak.

Mereka adalah orangtua dari Humayun Khan, seorang tentara berpangkat kapten di Angkatan Darat AS. Humayun tewas setelah kendaraan yang bermuatan bahan peledak bergerak mendekat ke arah rombongannya, ia memerintahkan anak buahnya untuk mencari perlindungan sementara ia berlari ke arah mobil itu.

Mobil itu meledak dan menewaskan Humayun. Oleh Pemerintah AS ia dianugerahi bintang jasa secara anumerta.

"Kami merasa terhormat untuk berdiri di sini sebagai orangtua dari Kapten Humayun Khan dan sebagai muslim patriotik AS dengan loyalitas penuh bagi negara kami," ujar Khizr Khan, ayah dari Kapten Humayun seperti dikutip The Washington Post, Jumat (29/7/2016).

Dalam kesempatan itu Khizr bercerita bahwa cita-cita sang putra adalah menjadi pengacara militer dan ia menyanjung Hillary karena telah menyebut anaknya sebagai 'putra bangsa terbaik yang dimiliki AS'.

Lalu, pembahasannya pun terpusat pada Trump.

"Jika Donald Trump yang duduk di sana, Humayun tidak akan pernah ada di AS. Ia konsisten mencoreng karakter muslim. Ia tidak menghormati kaum minoritas lainnya, perempuan, hakim, bahkan pemimpin partainya sendiri. Ia bersumpah untuk membangun tembok dan melarang kami masuk ke negara ini," jelas Khizr.

"Donald Trump, Anda meminta untuk mempercayakan masa depan rakyat AS di tangan Anda. Izinkan saya bertanya: Sudahkan Anda membaca Konstitusi AS? Dengan senang hati saya akan meminjamkan salinannya pada Anda. Dalam dokumen ini, lihat ada kata-kata 'kebebasan' dan 'perlindungan hukum yang sama'," tegasnya sembari menunjukkan salinan Konstitusi AS.

Pada awal Juli, Trump berjanji di hadapan Kongres Republik bahwa ia akan memperjuangkan Pasal XII yang sebenarnya tidak pernah ada dalam Konstitusi AS.

"Pernahkah Anda berkunjung ke Pemakaman Arlington? Pergi dan lihatlah makam para patriot yang berjuang demi AS, Anda akan melihat semua agama, gender, dan etnis. Sementara Anda tidak pernah mengorbankan apa-apa," imbuh Khizr.

Sementara di saat yang bersamaan calon presiden Amerika Serikat (AS) asal Partai Republik, Donald Trump tengah berada di Iowa. Di sana, ia mengeluhkan tentang larangan penggunaan teknik interogasi waterboarding bagi para teroris dan ia juga menyinggung tentang jajak pendapat.

Dalam perkembangan terakhir, Hillary Clinton sudah melakukan pidato berisi penerimaannya sebagai capres AS asal Demokrat. Dengan demikian ia mencatat sejarah sebagai perempuan pertama yang dipilih menjadi calon pemimpin AS dari sebuah partai mayoritas.

Hillary dengan didampingi Tim Kaine sebagai calon wakil presiden akan bertarung melawan Trump pada 8 November mendatang. Sosok yang ditunjuk sebagai cawapres Trump adalah Mike Pence.

Video Terkini