Liputan6.com, Asuncion - Hari itu, 1 Agustus 2004 atau 12 tahun silam, tragedi kebakaran besar terjadi di Ycua Bolanos V Supermaket di Asuncion, Paraguay. Kawasan komersial yang terdiri dari restoran, kantor dan parkir mewah ini terbakar hingga memicu dua kali ledakan di lantai dasar.
Musibah kebakaran ini mengakibatkan 900 orang menjadi korban. Sebanyak 394 orang tewas, sekitar 500 orang terluka, dan beberapa orang lainnya dinyatakan hilang, belum ditemukan hingga sekarang.
Baca Juga
Seperti dimuat The Guardian, api bermula dari cerobong asap gedung yang rusak hingga memicu panas. Si jago merah mengamuk, begitu cepat menyebar dan melumat hampir seluruh bagian gedung selama sekitar tujuh jam, hingga akhirnya baru berhasil dipadam tim pemadam kebakaran.
Advertisement
Situasi saat itu sungguh mencekam. Para pengunjung dan karyawan menyelamatkan diri. Namun menurut para saksi, alih-alih membuka semua akses pintu darurat, pihak manajemen supermarmet malah menutup sejumlah akses keluar. Akibatnya banyak orang terjebak.
Akibat kondisi ini, banyak korban jiwa berjatuhan, terjebak amukan sang api. Pihak kepolisian langsung menyelidiki keterangan para saksi dan langsung membekuk pemilik supermarket.
Menurut para pengamat, kondisi gedung supermarket tidak dibangun dengan arsitektur keselamatan yang baik. Pintu darurat yang minim dan kurangnya sistem keselamatan gedung yang memadai.
Presiden Paraguay kala itu, Nicanor Duarte menetapkan negara dalam kondisi berduka selama tiga hari. “Ini penderitaan yang begitu besar buat kita semua,” ujar dia. Menurut otoritas, ini merupakan tragedi paling buruk sepanjang sejarah Paraguay setelah pemberontakan militer pada 1947 silam.
Pada 5 Desember 2006, pemilik supermarket Juan Pio Paiva dan anaknya, Victor Daniel menjalani persidangan. Bersama seorang sekuriti Daniel Areco, Paiva dan Daniel didakwa hukuman penjara 5 tahun. Sementara pihak keluarga korban saat itu menuntut agar para pihak yang bertanggung jawab dihukum seberat-beratnya.
Jaksa tengah mengupayakan agar ketiga terdakwa tersebut dijatuhi hukuman penjara 25 tahun. Namun pada akhirnya, tanggal 2 Februari 2008, Paiva si pemilik supermarket dijatuhi vonis 12 tahun penjara, Victor Daniel 10 tahun penjara, dan 5 tahun penjara kepada Areco.
Selain itu, salah satu investor pemilik supermarket, Humberto Casaccia juga dikenai hukuman penjara, yakni selama 2,5 tahun. Sementara sang arsitek Bernardo Ismachowlez divonis hukuman tahanan rumah selama dua tahun
Hakim menyatakan mereka bertanggung jawab dan terbukti melakukan pembunuhan meski secara tidak langsung karena menutup akses pintu darurat saat para pengunjung hendak menyelamatkan diri.
Sejarah lain mencatat, pada 1 Agustus 2000, bom mobil meledak di depan rumah Duta Besar Filipina di Menteng, Jakarta Pusat. Pada 1 Agustus 2001, terjadi peristiwa ledakan bom di Plaza Atrium, Senen, Jakarta.