Sukses

Ilmuwan: Asia, Afrika, Eropa Akan Menyatu Jadi 1 Benua Raksasa

Berdasarkan analisis pergerakan benua-benua, penyatuan semua benua di Bumi tersebut diperkirakan terjadi sekitar 250 juta tahun lagi.

Liputan6.com, Arlington - Dahulu kala, sekitar 300 juta tahun lalu, Bumi hanya punya satu benua super: Pangea atau Pangaea, yang dikelilingi oleh lautan global yang bernama Panthalassa.

Kemudian, sekitar 200 juta tahun yang lalu, ia kemudian retak, menjadi  konfigurasi saat ini: Amerika, Antartika, Eropa, Asia, Afrika, dan Australia.

Ilmuwan memprediksi, pada masa depan penyatuan benua bisa kembali terjadi.

Memantau pergerakan lempengan-lempengan Bumi, para ilmuwan berpendapat, pada suatu masa nanti seluruh daratan Bumi akan menyatu menjadi satu benua raksasa.

Pada saat itu, secara hipotesis, orang bisa mengemudikan mobil dari Australia ke Prancis dan lanjut ke Afrika Selatan tanpa menyeberangi satupun laut.

Penyatuan tersebut diperkirakan terjadi sekitar 250 juta tahun lagi. Jadi, sukar membayangkan bentuk mobil saat itu.

Dikutip dari News.com.au pada Kamis (4/8/2016), para ilmuwan menggagas dugaan ini dengan mengacu kepada analisa pergerakan benua-benua.

Ahli geologi Christopher Scotese mengatakan kepada BBC bahwa 50 juta tahun lagi Benua Afrika dan ujung selatan Eropa akan semakin dekat. Lautan Atlantik melebar dan "Australia akan bertabrakan dengan tenggara Asia."

Ia mengakui bahwa dugaannya tentang 250 juta tahun yang akan datang lebih seperti tebakan, tapi ahli geologi itu yakin bahwa nantinya semua benua bumi akan bergabung menjadi benua super bernama Pangea Proxima.

Benua-benua Bumi berpijak pada sistem-sistem lempengan yang bergerak dengan kecepatan berbeda-beda. Para ilmuwan menggunakan perangkat pengukuran posisi satelit yang ditanam di sejumlah tempat untuk melacak pergerakannya.

Hasilnya, beberapa bagian benua bergerak dengan kecepatan 30 milimeter per tahun, sedangkan sejumlah bagian benua lainnya bergerak lima kali lebih cepat.

Scotese mengatakan bahwa pergerakan benua-benua dapat membantu para ahli geologi memperkirakan dengan cukup yakin mengenai tampilan bumi pada 70 juta tahun lalu.

"Mirip dengan penyidikan CSI. Kita menggunakan semua bukti yang ada supaya bisa menceritakan kisahnya karena tidak ada saksi, tidak ada kamera video yang merekamnya," kata Scotese, 

Penampakan Bumi dilihat dari luar angkasa (Foto: apod.nasa.gov)

Pelacakan pergerakan melebarnya dasar lautan dan beberapa catatan geologis lainnya membantu para ilmuwan untuk secara teliti menduga posisi-posisi benua di masa lalu.

Sebagai contoh, Scotese menerangkan tentang sebuah terumbu karang zaman purba yang ada di Afrika Utara. Terumbu itu menyeberang dari daerah kutub ke kawasan tropis pada 300 juta tahun lalu.

"Jika diperhatikan baik-baik, bisa dilihat pastinya waktu penyeberangan dari tempat yang dingin ke tempat yang hangat. Jadi, terumbu-terumbu karang muncul untuk pertama kalinya di kawasan itu dan mulai berkembang di atas landasan karbonat."

Scotese melanjutkan penjelasannya. Penjelasan serupa tentang masa lalu Bumi dapat membantu menduga masa depan melalui eksplorasi bagaimana lempeng-lempeng planet manusia bergerak saat ini dan menghitung pergerakan itu seiring berjalannya waktu.

Namun, ia mengaku tidak bisa memastikan 100 persen karena kejadian-kejadian geologis dapat mengakibatkan perubahan-perubahan tak terduga.

"Dalam dunia lempeng tektonik, lempengan-lempengannya bergerak sangat perlahan tapi pasti hingga tibalah salah satu bencana tektonik semisal tabrakan antar benua," kata dia. "Hal demikian akan mengubah tatanan lempengan tektonik secara mendasar."

Tentu saja perkiraan ke 250 juta tahun ke depan masih harus dibuktikan. Namun, fakta yang jelas adalah bahwa benua-benua bumi telah bergeser selama ini dan akan terus bergerak.

Simak simulasi pergerakan benua-benua melalui tayangan ini: