Liputan6.com, Beijing - Legenda China's Great Flood --Banjir besar China-- yang dikisahkan terjadi di Sungai Kuning merupakan salah satu cerita dramatis dalam mitologi Tiongkok.
Dalam cerita yang tersebar, Kaisar Yu dikenal sebagai sosok heroik karena dapat menaklukkan bencana tersebut dengan mengeruk sungai. Atas hal itu, ia memperoleh hak untuk mendirikan Dinasti Xia.
Baca Juga
Kisah tentang penaklukan banjir oleh Kaisar Yu telah lama dianggap sebagai cerita fiktif. Namun, temuan baru menunjukkan bahwa bencana itu lebih dari sekedar mitos.
Advertisement
Dikutip dari Daily Mail, Minggu (7/8/2016), tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Wu Qinglong dari Peking University di Beijing telah menemukan bukti geologis yang menegaskan bahwa Great Flood of China terjadi sekitar tahun 1920 SM.
Untuk memperoleh data, peneliti merekonstruksi urutan peristiwa di sepanjang Sungai Kuning. Mereka juga menggunakan teknik penanggalan radiokarbon pada sampel yang ditemukan, termasuk tulang manusia untuk memprediksi kapan banjir tersebut terjadi.
Dalam artikelnya, peneliti menemukan bahwa banjir besar itu terjadi di Sungai Kuning sekitar 1920 SM. Menurut mereka hal tersebut dapat dijadikan penentu terjadinya Great Flood of China.
Banjir besar yang terjadi pada 1920 SM dapat diartikan bahwa dugaan awal berdirinya Dinasti Xia berbeda dengan waktu yang diprediksi sejarawan. Sebelumnya dinasti tersebut diperkirakan berdiri sekitar 2000 SM.
Jika banjir yang ditemukan benar merupakan Great Flood of China, peneliti dapat mengusulkan tanggal baru bagi berdirinya Dinasti Xia, yakni pada 1900 SM.
Tanggal tersebut bertepatan dengan transisi dari Neolitik ke Zaman Perunggu di lembah Sungai Kuning yang mungkin dapat memberikan jalan keluar atas kontradiksi antara para sejarawan China tentang kapan Dinasti Xia dimulai.
Peristiwa itu juga bertepatan dengan awal kebudayaan Erlitou yang mendominasi China pada awal Zaman Perunggu. Hal tersebut mendukung argumen bahwa budaya itu merupakan peninggalan arkeologi dari Dinasti Xia.
Secara keseluruhan, para peneliti mengatakan bahwa temuan itu dapat menjadi ilustrasi respons budaya mendalam nan rumit atas bencana alam ekstrem yang menghubungkan banyak kelompok di sepanjang Sungai Kuning.