Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, tak main-main dalam memerangi peredaran narkoba di negaranya. Ia bahkan telah mengumumkan sejumlah nama pejabat yang diduga terlibat dalam bisnis barang haram tersebut.
Seperti dilansir Reuters, Minggu (7/8/2016) Presiden Duterte mengidentifikasi sekitar 160 nama yang di antaranya merupakan pejabat, mantan wali kota dan pejabat pemerintahan, hakim, serta polisi yang dituding terkait dengan perdagangan obat-obatan terlarang.
Baca Juga
Ini merupakan langkah terbaru yang ditempuh Duterte dalam perang terhadap narkoba yang sudah dijalankannya kurang lebih selama lima pekan terakhir. Nama-nama itu diumumkannya selama kunjungan ke sebuah pangkalan militer yang terletak di Kota Davao, ia menjuluki mereka sebagai 'perusak negara'.
Advertisement
Masuk dalam deretan nama itu adalah dua dari lima jenderal polisi yang berhasil diidentifikasi pada bulan lalu dan seorang lainnya adalah wali kota yang telah menyerahkan diri. Mereka dituding Duterte sebagai pelindung dari sindikat narkoba.
"Anda adalah penegak hukum dan Anda membiarkan diri Anda dimanfaatkan," tegas mantan wali kota Davao itu.
Presiden yang baru terpilih pada 9 Mei itu tak menjelaskan lebih lanjut apa yang akan ia lakukan dengan deretan nama tersebut. Namun dua jam pasca-pengumuman itu, dua wali kota yang masuk dalam daftar, seorang dari Iloilo dan satu orang lainnya dari Bulacan, dilaporkan menyerahkan diri ke polisi. Meski demikian, mereka menyangkal terlibat dalam perdagangan narkoba.
Pada Jumat 5 Agustus lalu tiga wali kota di bagian pulau Mindanao juga menyerahkan diri ke polisi demi 'membersihkan' nama mereka. Ketiganya berjanji untuk bekerja sama dengan aparat penegak hukum.
Dan pada hari yang sama, presiden yang telah bersumpah untuk membasmi kartel narkoba dan kejahatan di Filipina itu menyerukan langkah 'tembak mati' bagi pengedar narkoba yang menolak penahanan. Ia menegaskan akan bertanggung jawab atas apa yang disebutnya sebagai tindakan anti-narkotika itu.
Usai dilantik pada 30 Juni lalu, Duterte memang bergegas memproklamirkan perang terhadap narkoba. Sejauh ini terdapat 770 hingga 800 orang diperkirakan tewas dalam operasi itu, termasuk di antaranya 200 orang yang dibunuh akibat insiden main hakim sendiri.
Pekan lalu saja, polisi menewaskan enam pengawal seorang wali kota yang telah menyerahkan diri karena terkait dengan perdagangan obat-obatan ilegal. Hal tersebut menandai bahwa terjadi pergeseran dalam perang anti-narkoba dari 'pedagang asongan' ke level pejabat.
Tindakan kerasnya ini telah dikritik sejumlah pihak, namun Duterte bergeming. Ia menghardik balik mereka dengan mengatakan tidak akan membiarkan kejahatan merusak negaranya.