Liputan6.com, Rio de Janeiro - Ibtihaj Muhammad telah membuat sejarah menjadi orang Amerika Serikat pertama yang berlaga di Olimpiade 2016 dengan menggunakan jilbab.
Apakah ia menang mendapatkan medali di Rio atau tidak, itu urusan nanti. Namun, Ibtihaj telah menjadi terobosan besar.
Baca Juga
Semenjak berhasil masuk sebagai atlet anggar di tim Olimpiade 2016, Ibtihaj telah melakukan advokasi untuk menerima Muslim di AS. Hal yang sangat penting bagi capres dari Partai Republik, Donald Trump, yang selama kampanyenya justru melarang Muslim masuk Negeri Paman Sam.
Advertisement
Ketika ditanya tentang Donald Trump di sebuah wawancara dengan CNN baru-baru ini, Ibtihaj tak segan-segan menunjukkan ketidaksetujuan terhadap Trump.
"Aku pikir kata-katanya sangat berbahaya," kata Ibtihaj seperti dilansir dari thinkprogress, Senin (8/8/2016).
"Ketika tipe komentar seperti ini digelontorkan, mereka tak tahu sejauh apa telah berdampak bagi orang lain. Aku adalah Amerika keturunan Afrika. Aku tak punya rumah lain selain di sini. Keluargaku lahir di AS, aku lahir di sini, dan tumbuh di New Jersey. Mengusir kami, lantas kami mau kemana?" katanya.
Ayah Ibtihaj adalah pensiunan detektif dan ibunya adalah guru. Ibtihaj lulusan tiga jurusan dari Universitas Duke dengan gelar hubungan internasional.
Kendati Ibti, demikian teman-teman memanggilnya, bukan politikus, dia tahu bahwa kehadirannya di panggung terbesar di dunia untuk atlet dapat membuat perbedaan.
"Aku berharap usahaku dalam mewakili negaraku sebagai atlet dapat mengubah pandangan terhadap Muslim," ujarnya.
Namun, kalau membaca laman Team USA dan membaca komentar di kisah kualifikasinya sebagai atlet, banyak yang berkomentar Ibti adalah hal yang memalukan bagi AS.
Ini adalah cermin Amerika Serikat tahun 2016, di mana 55 persen orang memiliki ketidaksukaan terhadap Islam. Dan Donald Trump adalah sumber dari situ. Demikian seperti dilansir dari The Independent.
Meskipun dicela, saat konferensi pers, Ibti membalas dengan pura-pura tidak mengenal Donald Trump saat ditanya wartawan.
"Siapa?" tanya Ibti saat ditanya tentang Trump. Yang lain menimpali, "Trump! Donald Trump!"
Ini bukan kali pertama Ibti mengkritik Trump. Pada Februari, sesaat pengusaha tajir itu melarang seluruh Muslim masuk AS, Ibti mengatakan AS telah kembali ke zaman kegelapan.
"Kami punya sosok yang ingin jadi Presiden AS dengan menggunakan kampanye kebencian, melarang Muslim masuk AS dan meminta kembali ke negara mereka," kata perempuan yang dinobatkan sebagai 100 perempuan berpengaruh oleh majalah Time.
"Amerika Serikat kembali ke zaman kegelapan. Lagi pula kalau aku diusir, ke mana aku harus pulang. Ini rumahku. Aku merasakan Amerika hingga ke tulang belulangku."