Liputan6.com, Quetta - Sebuah bom dahsyat meledak di rumah sakit pemerintah di Kota Quetta, barat daya Pakistan, pada Senin,
8 Agustus 2016 waktu setempat.
Menurut laporan yang dikutip dari Businessinsider.com, Senin (8/8/2016), polisi menyatakan setidaknya 42 orang tewas. Namun laporan terbaru menyebutkan korban tewas bertambah menjadi 53 jiwa, sementara puluhan lainnya terluka.
"Ledakan terjadi sesaat setelah jasad seorang pengacara terkenal yang ditembak mati pada hari ini tiba di rumah sakit. Tapi belum ada informasi detail yang menunjukkan adanya keterkaitan antara kedua kasus," kata polisi senior Zahoor Ahmed Afridi.
Advertisement
Hampir 100 orang, pengacara dan wartawan, berada di lokasi pengeboman, tepatnya di bangunan bangsal gawat darurat atau UGD
"Ledakan tersebut diduga merupakan tindakan bom bunuh diri. Tapi polisi masih melakukan penyelidikan," kata menteri Sanaullah Zehri, di Provinsi Baluchistan.
Laporan media lokal juga menyebutkan bahwa seorang wartawan berita menjadi salah satu korban tewas dalam pengeboman tersebut.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Sarfraz Bugti mengecam serangan tersebut sebagai aksi terorisme. Hingga saat ini, masih belum diketahui siapa yang menjadi dalang di balik penembakan terhadap pengacara Bilal Kasi.
"Kebanyakan dari korban tewas merupakan pengacara yang ikut mengantar jasad Kasi ke rumah sakit," kata Aridi.
Perdana Menteri Nawaz Sharif mengecam tindakan tersebut dan ikut berduka cita atas hilangnya nyawa banyak orang dalam insiden tersebut.
"Tidak seorang pun yang boleh mengusik ketenangan yang telah dengan susuh payah dibangun kembali di negeri ini. Banyak pengorbanan yang terjadi, polisi, pasukan keamanan, dan orang-orang di Provinsi Baluchistan," kata Nawaz.
PM tersebut juga meminta departemen kesehatan untuk memberikan pertolongan terbaik, untuk korban luka-luka dalam ledakan.
Baluchistan sedang menghadapi pemberontakan yang terjadi sejak lama. Ada beberapa kelompok separatis yang beroperasi aktif di provinsi tersebut, salah satunya Al-Qaeda.
Namun, hingga detik ini belum ada kelompok yang mengklaim bertanggungjawab atas insiden nahas yang merenggut nyawa puluhan orang itu.