Sukses

Markas Besar ISIS di Libya Berhasil Direbut

Sirte, kota di pinggiran Laut Tengah (Mediterania) adalah markas ISIS paling signifikan di Libya, di luar Irak dan Suriah.

Liputan6.com, Tripoli - Milisi Libya yang didukung Amerika Serikat mengaku berhasil merebut kendali atas markas organisasi teror ISIS di Sirte.

"Pusat konvensi Ouagadougou kini ada di tangan kami," kata juru bicara kelompok yang loyal terhadap pemerintahan Libya yang didukung PBB seperti dikutip dari BBC, Kamis (11/8/2016).

Ougadougou  pada masa lalu menjadi tempat berlangsungnya sejumlah konferensi internasional -- sebelum akhirnya dikuasai ISIS.

Angkatan udara yang loyal pada pemerintah menargetkan gedung konferensi, dengan gempuran artileri berat. Di sisi lain, para militan ISIS membalasnya dengan tembakan sniper, berondongan peluru, dan lemparan rudal.

Sirte, kota di pinggiran Laut Tengah (Mediterania) adalah markas ISIS paling signifikan di Libya.

Kota tersebut sejak Februari 2015 berada di bawah cengkeraman ISIS -- yang duluan menyebar angkara di wilayah Irak dan Suriah.

Sebelumnya, Angkatan bersenjata Libya merebut kembali pelabuhan di Kota Sirte dari tangan ISIS dalam sebuah pertempuran sengit pada Juni 2016 lalu.

Pasukan Libya mengendarai tank T-55 usai bertempur dengan militian ISIS di Sirte, Libya, (3/8). Tentara Libya yang bersekutu dengan PBB kembali bertempur untuk merebut kembali kota Sirte dari tangan kelompok militan ISIS. (REUTERS/Goran Tomasevic)


Saat itu,  jet-jet tempur dikerahkan untuk membom titik-titik yang dikuasai ISIS di Sirte, sementara angkatan laut menembakkan rudal-rudal ke arah pelabuhan.

Juru bicara kemiliteran, Jenderal Muhammad al-Ghusri saat itu mengatakan, para pemimpin senior ISIS telah melarikan diri ke wilayah gurun di utara.

"Namun, ada banyak militan yang masih terkepung di wilayah kota," demikian dikutip dari BBC. Pihak pemerintah bersumpah akan segera mengumumkan pembebasan Sirte, secara keseluruhan, dari cengkeraman ISIS.

Sirte adalah kampung halaman Moammar Khadafi, diktator Libya yang digulingkan rakyatnya sendiri selama pergolakan yang disebut sebagai 'Arab Spring'.

Kekacauan politik yang tak kunjung usai dimanfaatkan ISIS dengan merebut sejumlah wilayah di Libya pada 2014.
Sementara itu, pemerintahan kesatuan yang didukung PBB dibentuk di Tripoli.

Video Terkini