Liputan6.com, Maryland - Menurut penelitian badan antariksa AS, NASA, Planet Venus dulunya dapat dihuni. Planet kedua dari matahari itu memiliki cairan seperti air lautan dangkal dan suhu permukaan yang dapat ditinggali hingga 2 miliar tahun.
Sebuah model penelitian baru dilakukan oleh badan antariksa Goddard Institute for Space Studies (GISS), menunjukkan keadaan di Venus dulunya sangat berbeda dengan sekarang.
Advertisement
Baca Juga
Seperti dikutip dari News.com.au, Minggu (14/8/2016) seorang ilmuwan GISS dan penulis laporan Geophysical Research Letters, Michael Way, mengatakan, sistem yang digunakan untuk mengamati perubahan iklim di Bumi, dapat digunakan untuk mempelajari klimatologi planet lain.
"Alat-alat yang kita gunakan untuk memperagakan pergerakan iklim di Bumi, dapat disesuaikan untuk mempelajari iklim dulu dan sekarang di Planet lain," kata Way.
"Hasilnya sangat mengejutkan. Venus zaman kuno diduga merupakan tempat yang sangat berbeda dengan sekarang," ujar sang ilmuwan.
Seperti yang kebanyakan ilmuwan ketahui, Venus adalah 'neraka' panas dengan suhu permukaan setinggi 462 derajat Celcius. Planet itu memiliki karbon dioksida yang 90 kali lebih tebal dibandingkan Bumi dan hampir tidak ada uap air.
Namun, peneliti berteori bahwa planet tersebut dulunya terdiri dari elemen yang sama dengan planet manusia, tapi, akibat kedekatannya dengan matahari, Venus mengalami evolusi yang berbeda.
Laporan dari misi percobaan pada tahun 1980-an menduga Venus dulunya memiliki lautan.
Berdasarkan asumsi tersebut, NASA menggunakan pola tanah-lautan, untuk memperagakan bagaimana badai awan melindungi Venus kuno.
Gumpalan awan tersebut menghalangi kuatnya sinar matahari dan membuat planet tersebut dapat dihuni.
Sebagai planet terdekat ke dua dengan matahari, Venus tentunya mendapatkan sinar matahari yang berlipat-lipat lebih banyak dari Bumi.
Para peneliti percaya, hal itulah yang menyebabkan lautan planet tersebut menguap dan akhirnya menghasilkan atmosfer yang mengandung karbon dioksida tebal.
Selain itu, NASA juga sedang mempelajari planet 'neraka' tersebut berdasarkan pada teori yang menyatakan, 'planet berputar lambat tidak selalu memiliki atmosfer tebal'.
"Venus berotasi dengan sangat lambat, hampir sama dengan 117 hari di Bumi. Dalam model simulasi GISS, saat bagian belahan Venus menghadap matahari, planet itu akan memiliki siang hari hampir selama 2 bulan tanpa henti," kata ilmuwan GISS, Anthony Del Genio.
"Lamanya perputaran itu menghangatkan permukaan dan menghasilkan hujan yang memproduksi lapisan awan tebal. Awan tersebut bertindak sebagai 'payung' yang melindungi permukaan dari pemanasan matahari," sambung Anthony.
Jika memang benar demikian, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya temperatur iklim Venus, beberapa derajat lebih dingin dari Bumi sekarang.