Liputan6.com, Rio de Janeiro - Seorang atlet wanita berhijab ini tak berhasil memenangkan babak awal penyisihan dalam cabang lari 100 meter di Olimpiade 2016. Kendati demikian, keberadaan kaum hawa dari Saudi Arabia ini telah mengukir sejarah dan meraih dukungan dari perempuan di seluruh dunia.
Pelari cepat bernama Kariman Abuljadayel (22) itu merupakan wanita Saudi pertama yang berlaga di nomor 100 meter. Meski hanya berhasil menempati urutan ke tujuh.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Daily Mail pada Sabtu (13/8/2016), wanita itu tampak mencolok dengan pakaian tertutup dilengkapi hijab. Ia memang tidak berhasil maju ke babak berikutnya, tapi mendapat pujian karena upayanya.
Abuljadayel mengikuti jejak Sarah Attar, seorang atlet lintasan wanita pertama yang bertanding membawa nama Saudi Arabia dalam Olimpiade 2012, sekaligus menjadi yang pertama bertanding mengenakan hijab.
Abuljadayel menyelesaikan lomba dalam waktu 14,61 detik, jauh di bawah rekor dunia 10,49 detik yang diraih oleh Florence Griffith-Joyner dari Amerika Serikat pada 1988.
Para penggemarnya membanjiri media sosial untuk memberikan apresiasi.
Bailey Witt berkicau melalui Twitter, "Rasanya sangat emosional sebab Kariman Abuljadayel adalah wanita pelari sprint pertama ikut serta dalam Olimpiade."
Pengguna bernama A_FarScape menambahkan, "Kariman Abduljadayel adalah yang pertama. Mungkin Saudi Arabia akan mempersilahkan lebih banyak wanita berlatih dan mungkin menang lomba sprint."
Sylvester U. Orubele berkicau, "Kariman Abduljadayel. Bagus sekali karena telah mewakili."
Atlet Afghanistan
Pelari cepat berhijab lain dalam kompetisi itu adalah Kamia Yousufi dari Afghanistan. Ia menempati urutan terakhir dengan perolehan waktu 14,02 detik. Atlet itu juga mengenakan pakaian tertutup berwarna gelap lengkap dengan hijab.
Sementara Cathy Runner, wanita yang mengenakan pakaian dengan rancangan khusus berwarna hijau putih meraih medali emas untuk nomor 400 meter di Olimpiade Sydney.
Hambatan dan Kesempatan
Komite Olimpiade Saudi mencabut larangan tanding bagi kaum wanita sejak Olimpiade 2012, setelah mendapat tentangan dari berbagai kelompok dalam masyarakat.
Abduljadayel adalah satu dari empat wanita negara Timur Tengah yang bertanding dalam Olimpiade Rio, termasuk Attar, Judoka Joud Fahny, dan pemain anggar Lubna Al-Omair.
Tiga di antara empat wanita itu berlatih di Amerika Serikat (AS) selagi menjadi mahasiswi di sana, walaupun Attar sekarang bukan lagi seorang mahasiswi.
Attar dilahirkan dan dibesarkan di California. Ia berlatih sewaktu berkuliah jurusan seni di Pepperdine University, Malibu. Ia memiliki kewarganegaraan ganda karena ayahnya adalah warga Saudi. Sebagai catatan, kewarganegaraan AS dapat diperoleh oleh orang yang dilahirkan di negeri Paman Sam.
Pihak Saudi Arabia mewajibkan semua peserta wanita agar mengenakan pakaian "yang menjaga kehormatan".
Ada laporan yang menyebutkan bahwa, sebelum Olimpiade London, ada permintaan kepada Pepperdine University agar menarik foto siswi tersebut dari biografi daring (online) karena ia berfoto menggunakan pakaian tank top, celana pendek, dan tanpa hijab.
Dua wanita atlet lintasan dari Timur Tengah yang juga berlaga mengenakan hijab dalam Olimpiade 2016 adalah Hussain Al-Malki dari Qatar dan Shinoona Salah al-Habsi dari Oman.
Advertisement