Sukses

Lebar Siku hingga Dengkul, Ini 6 Data Pengukuran Tubuh yang Aneh

Belakang dengkul, lebar bahu, lingkar betis, lingkar lengan atas...kenapa para peneliti perlu mengukur bagian-bagian tersebut pada tubuh?

Liputan6.com, New York - Pembuat kebijakan memerlukan data sebagai dasar pengambilan keputusan, termasuk dalam bidang kesehatan. Di Amerika Serikat (AS), salah satu lembaga yang mengambil data terkait masalah kesehatan adalah Pusat Pengendali dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention, CDC).

National Center for Health Statistics di bawah naungan CDC pernah mengumpulkan data tentang tinggi dan berat badan warga AS. Hasil temuannya, rata-rata berat badan warga meningkat 7 kilogram, tapi tinggi tubuhnya tetap.

Tenyata, ada beberapa jenis pengambilan data yang diukurkan pada bagian-bagian tubuh yang tidak disangka-sangka. Dikutip dari Live Science pada Kamis (18/8/2016), berikut adalah pengumpulan data ilmiah yang terdengar aneh namun perlu secara ilmiah:

1. Popliteal (Belakang Dengkul)

Belakang dengkul, lebar bahu, lingkar betis, lingkar lengan atas...kenapa para peneliti perlu mengukur bagian-bagian tersebut pada tubuh? (Sumber Africa Studio/Shutterstock.com)

Daerah popliteal pada tubuh manusia terletak di belakang dengkul seseorang dan menjadi tempat kedudukan otot popliteus yang dipergunakan ketika orang berjalan. Selain itu, ada juga popliteal fossa, yaitu cekungan di belakang dengkul.

Ada dua survei nasional dilakukan pada 1960-an untuk mengukur letak daerah belakang dengkul ini. Satu penelitian pada orang dewasa dan satu lagi untuk anak-anak usia 6-11 tahun. Tapi pengukuran ini kemudian diabaikan setelah dekade tersebut.

Tinggi popliteal diukur ketika seseorang sedang duduk dan kakinya rata di permukaan lantai. Dengkul harus dalam posisi terlipat 90 derajat. Lalu para peneliti mengukur tinggi dari lantai ke bagian belakang paha, tepat di belakang dengkul.

Salah satu yang diduga menjadi alasan pengukuran oleh para peneliti mungkin terkait dengan pencarian cara terbaik dalam merancang perabot ataupun perangkat agar nyaman bagi pengguna.

Laporan tahun 1960-1962 menemukan bahwa rata-rata tinggi popliteal bagi kaum pria adalah 43,9 cm dan pada wanita adalah 39,6 cm. Menurut para peneliti, sejumlah penelitian lain juga memberi angka yang serupa pada kaum pria.

Misalnya, penelitian pada anggota Angkatan Udara AS memberikan angka 43,2 cm. Penelitian pada pengemudi Angkatan Darat AS memberikan angka 44,2 cm.

Ada juga penelitian pada pria dan wanita pengguna layanan pengangkutan kereta. Dalam penelitian itu, rata-rata tinggi popliteal untuk pria adalah 48,3 cm, dan pada wanita adalah 46 cm. Menurut para peneliti, perbedaan hasil pengukuran berkaitan dengan perbedaan teknik pengukuran dan sepatu yang dipakai.

2. Tinggi Dudukan Siku

Belakang dengkul, lebar bahu, lingkar betis, lingkar lengan atas...kenapa para peneliti perlu mengukur bagian-bagian tersebut pada tubuh? (Sumber Stasique/Shutterstock.com)

Pengukuran tahun 1960-an oleh National Center for Health Statistics ini memberikan kesan kepedulian pada kenyamanan orang-orang di perjalanan. 

Tinggi dudukan siku adalah pengukuran tinggi siku seseorang di atas kursi ketika lengannya lurus ke bawah, sehingga bisa disebut sebagai tinggi sempurna bagi dudukan lengan.

Untuk pengukuran ini, "peserta duduk tegak dengan bahu rileks, dua siku pada sudut siku-siku, dan jari-jarinya lurus," demikian menurut laporan. Pengukuran dimulai "dari permukaan duduk ke bagian terbawah tulang siku, menggunakan kontak lembut," demikian menurut tulisan para peneliti.

Rata-rata tinggi dudukan siku bagi kaum pria pada 1960-1962 adalah 24,1 cm dan pada wanita adalah 22,9 cm.

2 dari 2 halaman

Bahu, Siku, Betis, dan Lengan

3. Lebar Biakromial

Belakang dengkul, lebar bahu, lingkar betis, lingkar lengan atas...kenapa para peneliti perlu mengukur bagian-bagian tersebut pada tubuh? (Sumber Iakov Filimonov/Shutterstock.com)

Lebar biakromial sebenarnya istilah yang lebih keren untuk menyebut lebar bahu, yaitu antara ujung terluar tonjolan tulang di kiri dan kanan bahu. Masing-masing tulang itu dikenal dengan nama ilmiah akromion.

Tapi pengukuran ini dilakukan dua kali dalam 6 dekade terakhir, pertama dalam laporan pemerintah tahun 1960-1962, lalu laporan tahun 1988-1994.

Dalam laporan awal, rata-rata lebar bahu kaum pria adalah 39,6 cm dan pada wanita adalah 35,3 cm. Tiga dekade kemudian, angka kaum pria adalah 40,9 cm dan kaum wanita memiliki rata-rata lebar bahu 36,1 cm.

Dalam laporan yang belakangan, para peneliti menyebutkan bahwa lebar biakromial adalah pertanda yang bagus untuk ukuran kerangka tubuh.

Bedanya, laporan 1960-1962 memberikan tafsiran yang lebih beragam terkait pengukuran itu, seperti ini, "Beberapa indeks yang melibatkan diameter (lebar) biakromial telah dipakai untuk mempelajari kepribadian, kenakalan, dan pilihan serta unjuk kerja pekerjaan."

4. Lebar Siku

Belakang dengkul, lebar bahu, lingkar betis, lingkar lengan atas...kenapa para peneliti perlu mengukur bagian-bagian tersebut pada tubuh? (Sumber Suphaksorn Thongwongboot/Shutterstock.com)

Penasaran tentang perbedaan ukuran lebar siku warga AS antara tahun 1971 dan 1994? Ternyata pemerintah memilik datanya. Bahkan ada 3 laporan penelitian yang menyertakan pengukuran ini, yaitu penelitian 1970-1974, 1976-1980, dan 1988-1994.

Menurut hasil penelitian terkini, lebar siku memberikan informasi tentang massa kerangka dan ukuran bingkai tubuh. Dalam laporan 1971-1974, para peniliti mengamati bahwa pengukuran siku "tidak dipengaruhi oleh derajat adipositas (lemak tubuh) dan secara dekat merepresentasikan dimensi tulang." Jadi, lemak tidak mempengaruhi cara pengukuran siku seseorang.

Untuk melakukan pengukuran, para peneliti meminta setiap peserta untuk berdiri dengan siku kanan dijulurkan tegak lurus dari tubuh dan membengkokkan lengan membentuk sudu 90 derajat pada sikunya.

Dengan jari-jari yang mengarah ke atas dan punggung telapak mengarah ke peneliti, lebar siku diukur menggunakan kaliber pada titik terjauhnya, demikian menurut laporan 1988-1994.

Terungkap bahwa siku warga AS sedikit melebar seiring berjalannya waktu. Pada laporan 1971-74, rata-rata lebar sikur adalah 7,2 cm. Dua dekade kemudian, rata-rata lebar siku pria 7,4 cm setelah penambahan 2,5 cm.

Rata-rata lebar siku wanita juga bertambah 2,5 cm dari 6,3 cm menjadi 6,5 cm.

5. Ukuran Lingkar Betis

Belakang dengkul, lebar bahu, lingkar betis, lingkar lengan atas...kenapa para peneliti perlu mengukur bagian-bagian tersebut pada tubuh? (Sumber liza54500/Shutterstock.com)

Pengukuran lingkar betis mulai ramai di awal milenium baru dan disertakan dalam laporan 1999-2002 dan 2003-2006. Dari dua pengukuran itu, para peneliti mengungkapkan bahwa lingkar betis bertambah sedikit.

Dalam laporan 1999-2002, rata-rata lingkar betis pria adalah 39,1 cm dan bertambah menjadi 39,5 cm dalam laporan berikutnya. Pada wanita, dari 38,1 cm dalam laporan 1999-2002 menjadi 38,3 cm dalam laporan 2003-2006.

Pengukuran dilakukan ketika peserta duduk dengan kaki yang rata pada lantai dan diukurkan pada lingkar terbesar betisnya.

6. Lingkar Lengan Atas

Belakang dengkul, lebar bahu, lingkar betis, lingkar lengan atas...kenapa para peneliti perlu mengukur bagian-bagian tersebut pada tubuh? (Sumber iMarin/Shutterstock.com)

Beberapa jenis pengukuran telah ditinggalkan peneliti, tapi pengukuran lingkar lengan atas masih tetap dilanjutkan oleh CDC. Bahkan CDC menyertakan pengukuran lingkar lengan atas dalam 10 penelitian terakhirnya antara 1960 dan 2104.

Dalam laporan 1960-1962, kaum pria AS memiliki rata-rata lingkar lengan atas sepanjang 30,7 cm dan kaum wanita pada angka 28,4 cm.

Dalam laporan 2011-2014, rata-rata lingkar lengan atas kaum pria adalah 34,4 cm dan rata-rata untuk kaum wanita adalah 32,2 cm.

Pengukuran dilakukan pertama-tama dengan mengukur panjang lengan atas, kemudian mengukur lingkarnya pada titik tengah lengan atas. Pengukuran biasanya dilakukan pada lengan kanan.

Lingkar lengan atas merupakan pengukuran penting bagi rancangan selongsong pengukuran tekanan darah.

Video Terkini