Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara mengatakan, pihaknya telah kembali memproduksi plutonium dengan memproses kembali fuel rods--atau disebut batang bahan bakar, tempat penyimpanan Uranium dan Plutonium yang dapat menghasilkan energi fusi.
"Kami telah mengolah kembali fuel rods nuklir yang telah dipakai dari reaktor graphite-moderated," ujar Atomic Institute yang memiliki yuridifikasi atas fasilitas nuklir utama Yongbyon.
Baca Juga
Menurut kantor berita Jepang Kyodo, negeri yang dipimpin Kim Jong-un itu hingga kini belum berencana untuk menghentikan uji coba nuklir selama pihaknya masih mendapat ancaman dari Amerika Serikat (AS).
Advertisement
"Dalam kondisi AS terus mengancam kami dengan senjata nuklir, kami tak akan menghentikan uji coba nuklir," ujarnya.
Institut tersebut juga berkata, Korea Utara telah memproduksi uranium yang telah diperkaya untuk keperluan senjata nuklir dan pembangkit listrik seperti yang telah dijadwalkan.
Namun, Atomic Institute tak menyebut jumlah plutonium dan uranium yang telah diproduksi. Demikian seperti dikutip dari Business Insider, Jumat (19/8/2016).
Pada Juni, badan pengawas nuklir PBB, the International Atomic Energy Agency (IAEA) mengatakan, Korea Utara tampaknya telah membuka kembali fasilitas nuklir Yongbyon untuk memproduksi plutonium dari bahan bakar bekas reaktor pusat untuk menjalankan senjata atomnya.
Korea Utara berikrar pada 2013 untuk memulai kembali semua fasilitas nuklir, termasuk reaktor utama di Yongbyon yang telah ditutup.
Pada September 2015, mereka telah mengatakan bahwa Yongbyon telah beroperasi guna meningkatkan kualitas dan kuantitas senjata nuklirnya. Sementara itu, pada Januari 2016, negeri itu telah melakukan uji coba nuklir yang ke empat.
Menurut laporan Kyodo, institut nuklir Korut itu mengklaim telah berhasil membuat senjata nuklir yang lebih ringan dan beragam.
Hingga saat ini kepemilikan senjata uranium atau plutonium oleh Korea Utara hanya sedikit diketahui, meskipun plutonium di Yongbyon secara luas diyakini telah digunakan untuk bom nuklir.
Atas program senjata nuklirnya yang dinilai mengkhawatirkan, Korea Utara dikecam dan berada di bawah tekanan internasional.