Sukses

Polisi Brasil: Perenang AS Bohong, Tak Ada Perampokan Bersenjata

CCTV menunjukkan, tidak ada satupun bukti kekerasan dengan senjata api yang dialami oleh Ryan Lochte dan kawan-kawannya.

Liputan6.com, Rio de Janeiro - Bintang Olimpiade Rio peraih emas Team USA, Ryan Lochte terjebak dengan perkataannya sendiri. Kepada media, ia dan tiga perenang AS lainnya mengaku ditodong senjata di Rio de Janeiro pekan lalu. Namun, polisi Brasil lewat sebuah CCTV bisa memastikan kalau Lochte berbohong.

Dilansir dari CNN, Jumat (19/8/2016) polisi Rio mendapatkanya kisah perampokan 4 warga AS itu lewat media sosial. Konon kabarnya, Lochte dan kawan-kawannya itu dirampok dengan todongan senjata. Menurut kepala polisi, Fernando Veloso, para detektifnya turun ke jalan untuk memastikan kebenaran itu karena bisa berakibat buruk bagi citra Olimpiade Rio.

Mereka menyisir saksi, termasuk 3 perenang AS lainnya dan melihat CCTV lokasi yang disebut sebagai tempat kejadian perkara.

Polisi berkesimpulan, satu-satunya kejahatan yang ditemukan adalah yang dilakukan oleh Lochte dan kroninya. Entah mereka semua atau salah satu telah merusak kamar mandi sebuah pom bensin yang membuat perdebatan dengan petugas keamanan. Tak ada laporan kriminal yang dibuat pemilik pom, karena para atlet itu telah membayar ganti rugi kerusakan.

"CCTV menunjukkan, tidak ada satupun bukti kekerasan yang dialami para atlet di pom bensin itu. Klaim bahwa mereka korban perampokan dengan senjata sama sekali tidak benar," beber Veloso.

Polisi Brasil: Perenang AS Bohong, Tak Ada Perampokan Bersenjata (Reuters)

Polisi Brasil kini tengah menginterogasi 3 perenang lainnya James Feigen, Jack Conger dan Gunnar Bentz mengonfirmasi kalau tidak ada perampokan di malam itu. Lochte berhasil kembali ke AS sebelum polisi berhasil menahannya.

Menurut Veloso, salah satu perenang mengaku perampokan bersenjata adalah ide Ryan Lochte.

"Satu-satunya orang yang terus berkata kalau ada perampokan cuma dia (Lochte)," ujar Veloso.

Investigasi memperlihatkan kalau penjaga keamanan mencoba mencegah para atlet itu meninggalkan pom bensin yang mereka rusak hingga polisi datang. Salah satu di antara petugas memang mencabut pistol, tapi tidak menodongkan ke mereka. Menurut Veloso, hal itu dilakukan karena Lochte mulai bertingkah marah.

Bagi Veloso, tindakan penjaga itu masuk akal, karena Lochte malam itu mabuk luar biasa.

Hingga saat ini, tak ada satupun perenang dikenakan sanksi hukum. Namun, bisa berlaku jika mereka benar terbukti telah membuat klaim palsu.

Berdasarkan kronologis CCTV di lokasi kejadian dan di kampung atlet juga ditemui kejanggalan.

Menurut CCTV, Lochte terilhat di meninggalkan Club France pada pukul 5.47. Namun, klaim Lochte dia dan kawan-kawannya meninggalkan Club France pada pukul 3.00 dan memanggil taksi.

Menurut Lochte, pada pukul 03.30, Lochte mengklaim taksinya dihentikan di pinggir jalan oleh sekelompok pria dengan baju mirip polisi. Mereka dipaksa keluar dan tiarap di jalanan dengan senjata tertodong ke kepalanya.

Pukul 04.00, Lochte melapor polisi insiden itu, namun mereka mengatakan telah sampai di kampung atlet dengan selamat.

Hal itu berbeda dengan keterangan waktu yang dimiliki polisi seusai CCTV.

Setelah meninggalkan Club France pukul 05.47 itu, pada pukul 6.05 Lochte dan teman-temannya terlihat di pom bensin, di mana mereka merusak kamar mandi. Dua orang di antara mereka berusaha kabur ketika penjaga memanggil polisi. Salah satu dari penjaga mengeluarkan pistol agar mereka tetap tinggal. Mereka membayar dan meninggalkan lokasi itu.

Pukul 07.00 atlet renang itu tiba di Olympic Village.