Liputan6.com, Gaziantep - Turki kembali berdarah. Sebuah bom bunuh diri meledak saat pesta pernikahan berlangsung di Gaziantep pada Minggu 21 Agustus. Peristiwa itu menambah deretan kekerasan yang terjadi di kawasan Kurdi.
Menurut Perdana Menteri (PM) Tukri, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, pelaku yang menewaskan 51 orang itu dilakukan oleh remaja berusia 12 hingga 14 tahun.
Baca Juga
Erdogan menegaskan, pelaku adalah anggota ISIS yang sengaja menargetkan Kurdi. Kota Gaziantep dekat dengan perbatasan Suriah dan terkenal dengan sel ISIS.
Advertisement
Dilansir dari BBC, Senin (21/8/2016), menurut Erdogan bom itu juga melukai 69 orang, 17 di antaranya parah.
Erdogan juga berargumentasi, "tidak ada perbedaan antara ISIS, militan Kurdi PKK dan pengikut Fethullah Gulen, otak dari kudeta," tulisnya dalam sebuah pernyataan.
"Bangsa dan negara ini sekali lagi hanya punya satu pesan kepada mereka yang menyerang kami: Anda tak akan bisa," lanjutnya.
Bom meledak di kota yang terkenal di antara mahasiswa dan juga merupakan komunitas Kurdi terbesar. Menurut anggota parlemen setempat, Mahmut Togrul, bom menargetkan pesta pernikahan suku Kurdi.
Menurutnya, penggantinnya merupakan anggota dari Partai Demokrasi Rakyat (HDP) yang pro Kurdi.
Menurut kantor berita Dogan, pasangan itu baru saja pindah ke Gaziantep dari kota Kurdi lainnya, Siirt untuk menghindari pertikaian antara pemberontak Kurdi dan petugas keamanan. Mereka dilaporkan selamat dari ledakan namun dilarikan ke rumah sakit.
Gedung Putih dan Kementerian Luar Negeri As mengutuk serangan itu dan memberikan dukungan kepada rakyat Turki.
Pihak keamanan menemukan serpihan rompi berisi detonasi di lokasi peledakan.
Belakangan Turki kerap didera isu keamanan, mulai dari serangan teroris ISIS hingga kelompok militan Kurdi. Bahkan pada Juli lalu, mereka dihadapkan pada kudeta militer yang menewaskan 240 orang.
Pada Juni lalu serangan juga terjadi di bandara Istanbul di mana 44 orang dilaporkan tewas. Ini disebut teror paling mematikan yang terjadi sepanjang tahun ini.