Sukses

Rusia Hentikan Pengunaan Pangkalan Udara Iran untuk Serang Suriah

Penggunaan pangkalan udara Iran oleh Rusia mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk anggota parlemen Iran dan AS.

Liputan6.com, Teheran - Rusia menghentikan penggunaan pangkalan udara Iran untuk meluncurkan serangan udara ke beberapa titik di Suriah. Hal tersebut dinyatakan oleh Kementerian Pertahanan Rusia dan kantor berita resmi Iran pada Senin, 22 Agustus 2016.

Kantor berita Iran, IRNA, mengutip perkataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qassemi, yang menyebut bahwa penggunaan pangkalan udara di negara tersebut telah berakhir.

"Rusia tak memiliki pangkalan di Iran maupun menempatkan (jet tempur) di negara kami," ujar Qassemi.

Di Moskow, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashevkov mengonfirmasi melalui sebuah e-mail bahwa militer Rusia yang menggunakan Pangkalan Udara Hamadan di Iran telah menyelesaikan semua tugasnya.

Dikutip dari CNN, Selasa (23/8/2016), Konashevkov berkata bahwa pesawat tempur Rusia dapat kembali lagi ke pangkalan itu, atas dasar kesepakatan bersama tentang pemberantasan terorisme.

Pesawat Rusia di Pangkalan Udara Iran

Minggu lalu, pesawat bomber Tupolev-22M3 dan Sukhoi-34 milik Rusia menggunakan pangkalan Nojeh di dekat Hamadan untuk melancarkan serangan udara ke kelompok bersenjata di Suriah.

Seperti dilansir oleh Reuters, hal tersebut merupakan kali pertama di mana kekuatan asing telah menggunakan pangkalan Iran sejak Perang Dunia II. Baik Rusia maupun Iran memberikan dukungan militer penting kepada Presiden Suriah, Bashar al-Assad, terhadap pemberontak dalam konflik yang telah berlangsung selama lima tahun.

Beberapa anggota parlemen Iran menyebut langkah tersebut sebagai pelanggaran konstitusi yang melarang "pendirian pangkalan militer asing apa pun di Iran, bahkan untuk tujuan damai."

Walaupun Menteri Pertahanan Iran Hossein Dehghan menepis kritik tersebut, namun ia juga mencaci Moskow karena telah mempublikasikan langkah itu--dan menyebut Rusia "pamer serta pengkhianat kepercayaan."

Orang tua berjalan membawa bayinya menyusul serangan udara di kota Suriah bagian utara, Aleppo, Kamis (28/4). Meskipun PBB menetapkan gencatan senjata Februari lalu, jumlah korban tewas terus bertambah. (AFP PHOTO / Ameer ALHALBI)

"Kami tak memberi pangkalan militer apapun kepada Rusia dan mereka tak berada di sini untuk tinggal," ujar Dehghan seperti dikutip dari kantor berita Fars pada Minggu, 21 Agustus 2016.

Ia menambahkan bahwa tak ada kesepakatan tertulis antara kedua negara. Menurutnya, kerja sama operasional berlaku sementara dan hanya terbatas untuk pengisian bahan bakar.

Sementara itu Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sedang mempelajari apakah hal tersebut melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang adanya pasokan, penjualan, dan transfer pesawat tempur ke Iran.

Mereka juga mengatakan, tak jelas apakah Moskow benar-benar menghentikan penggunaan pangkalan udara tersebut.

Hubungan Iran dengan Rusia

Hubungan antara Iran dan Rusia tampak telah mencapai tingkatan baru pada September 2016 ketika Presiden Vladimir Putin menawarkan intervensi militer di Suriah guna mendukung Pemerintah Assad.

Setelah beberapa kali tertunda, Rusia memasok Iran dengan sistem pertahanan rudal S-300, yang menjadi bukti tumbuhnya kemitraan sekaligus menguji pengaruh AS d Timur Tengah.

Dehghan mengatakan untuk memperbaiki keterlambatan, Rusia telah menyarankan memasok Iran dengan S-400, namun Teheran tak tertarik karena sedang membuat sistem pertahanan lokal.

Sistem pertahanan rudal S-300 (AFP)

Pada Senin 22 Agustus, Iran meluncurkan sistem pertahanan rudal baru, Bavar 373, yakni sebuah sistem yang dirancang untuk menghadang rudal jelajah, pesawat tanpa awak, pesawat tempur, dan rudal balistik.

Dehghan juga mengatakan, Teheran telah menunjukkan ketertarikannya untuk membeli pesawat tempur Rusia Sukhoi Su-30.

Menanggapi hal tersebut, PBB mengatakan akan menggunakan kekuatan veto di Dewan Keamanannya untuk memblokir kemungkinan penjualan jet tempur ke Iran.

Video Terkini