Liputan6.com, Melbourne - Tulang wajah seorang perempuan muda Mesir yang hidup sekitar 2.000 tahun lalu berhasil direkonstruksi dengan cetak tiga dimensi. Melalui sejumlah teknik forensik yang digunakan, terungkap fakta mengejutkan tentang mumi wanita cantik bernama Meritamun. Namanya memiliki arti kekasih 'Dewa Amun'.
Para peneliti dari University of Melbourne, Australia, yang bekerja sama dengan Victorian Institute of Forensic Medicine, menggunakan teknologi terbaru untuk merekonstruksi wajah wanita cantik itu, di antaranya CT scan, cetak 3D, dan rekonstruksi wajah forensik.
Meskipun bagian mumi tak lengkap, bagian-bagian tubuhnya tetap terbungkus selama proses rekonstruksi dijalankan. Demikian seperti dikutip dari Ancient Origins, Selasa (23/8/2016).
Advertisement
"Hal ini memungkinkan teknik non-invasif di mana kita mampu melihat seluruh lapisan spesimen, termasuk otot remanen dan semua tengkorak," ujar kurator di Harry Brookes Allen Museum of Anatomy and Pathology, University of Melbourne, Ryan Jefferies.
"Ini merupakan pengetahuan kuat ke dalam kehidupan seseorang yang hidup ribuan tahun lalu. Kemajuan teknologi membuatnya semakin mudah...Sekarang kami dapat lebih akurat secara ilmiah dengan menggunakan kumpulan data yang kami gunakan dan menjadi lebih mudah untuk merekonstruksi," ucap Jefferies.
Dalam sebuah ekskavasi pada 1907 hingga 1908, mumi itu ditemukan oleh antropolog Inggris, Frederic Wood Jones. Peninggalan itu ditemukannya saat ia menyelesaikan pekerjaan survei arkeolog di Mesir selatan untuk menyimpan peninggalan kuno menjelang ekspansi Bendungan Aswan di Sungai Nil.
Mumi tersebut kemudian dibawa ke Australia oleh Jones saat bergabung dengan University of Melbourne sebagai kepala anatomi pada 1930.
Kepala mumi wanita itu telah disimpan selama lebih dari 90 tahun di ruang bawah tanah University of Melbourne. Menurut para peneliti, mumi tersebut merupakan perempuan muda yang meninggal antara usia 18 hingga 25 tahun.
Untuk merekonstruksi wajahnya, peneliti menentukan dari lebar mulut dan posisi gigi. Tak hanya itu, mereka juga menentukan bentuk hidung dan ukurannya melalui lubang hidung.
Para peneliti pun menemukan, wanita itu memiliki mata cukup besar. Sementara bagian tubuh lainnya hilang karena alasan yang tak diketahui.
Rekonstruksi Wajah Tengkorak Lain
Rekonstruksi Tulang Wajah Mumi Lain
Rekonstruksi Meritamun hanyalah awal dari proyek yang berkaitan dengan mumi misterius. Saat ini mereka berharap dapat mempelajari bagaimana ia hidup dan meninggal, serta dari mana asalnya.
Selain itu, menurut Jefferies, rekonstruksi tersebut merupakan alat pengajaran luar biasa bagi pelajar yang mempelajari analisis forensik dan patologi. Rekonstruksi itu membuka pintu penelitian masa depan dari 12.000 spesimen forensik manusia yang dimiliki oleh Melbourne.
Walaupun rekonstruksi wajah dari tengkorak berusia tua termasuk ke dalam teknik baru, namun saat ini teknik itu sudah mulai sering dilakukan.
Pada Juli 2016, penulis Ancient Origins, Alicia McDermott, melaporkan rekonstruksi wajah perempuan lainnya.
"Walaupun ia telah meninggal lebih dari 3.700 tahun, seorang perempuan bernama Ava menjadi inspirasi bagi seniman modern. Dengan menggabungkan bagian tubuh yang tersisa menggunakan software modern dan teknik pencitraan, penampilan wanita Zaman Perunggu menjadi jelas," ucap McDermott.
Menurut Daily Mail, sang seniman forensik, Hew Morrison, membuat rekonstruksi dengan berbagai teknik. Salah satunya dengan menggunakan penilaian antropologi/patologis dari tengkorak Ava untuk menentukan usia dan leluhurnya.
Menurut website arkeolog, Ava merupakan wanita yang dimakamkan secara khusus. Tubuh wanita ini ditemukan dalam posisi berjongkok di lubang batu potong yang tak ditandai.
Hal ini dianggap sebagai sesuatu yang aneh karena sebagian besar penguburan pada lokasi dan periode tersebut dilakukan di bawah piramida dari batu kasar atau lubang yang digali.
Salah satu aspek yang paling menarik dan hangat diperdebatkan tentang sisa-sisa Ava adalah tengkoraknya. Bentuk tengkorak yang pendek dan bulat diduga merupakan hal yang umum di antara orang-orang Beaker--kebudayaan yang ada di Eropa Barat pada 2800-1800 SM.
Namun menurut situs Hoole, spesimen Achavanich lebih besar, abnormal, dan tak rata.
Advertisement