Sukses

6 'Teori Konspirasi' yang Pertanyakan Kesehatan Hillary Clinton

Kampanye negatif tentang kesehatan Hillary Clinton mulai diluncurkan oleh Donald Trump setelah gagal menaikkan peringkat di mata pemilih.

Liputan6.com, New York - Isu kesehatan Hillary Clinton kembali menyeruak. Diawali Donald Trump dan para juru bicaranya, media konservatif, dan tak ketinggalan para komentator penuh kemarahan di dunia blogger.

Musuh-musuh Hillary Clinton kian mempertajam serangan mereka untuk menaburkan benih keraguan akan kesehatan kandidat presiden AS dari Partai Demokrat itu.

Kampanye negatif yang dimulai sejak beberapa tahun lalu, telah meningkat sepanjang musim panas ini, saat peringkat Trump mulai menurun dan ia gagal melakukan kontak dengan para calon pemilih di luar basis demografiknya sendiri -- warga Latin dan kulit hitam. Kini, saat kampanye memasuki fase genting, ia butuh desaka untuk menggagalkan pencalonan Hillary.

Seperti halnya para "birthers" -- Trump termasuk yang paling menonjol -- yang mencoba mempertanyakan kewarganegaraan Presiden Barrack Obama, kini para "healthers" menggunakan pengetahuan dangkal dan teori konspirasi untuk berargumen bahwa Hillary menderita kerusakan otak yang akan melemahkannya.

Dalam wawancara dengan Fox News Sunday akhir pekan lalu, mantan walikota New York City dan salah satu pendukung Trump, Rudy Giulani pertama-tama menuduh bahwa media utama menyembunyikan bukti, lalu mendorong mereka yang ragu untuk, "buka internet dan lakukan pencarian dengan kata kunci 'Hillary Clinton sakit'."

Sayangnya, sejauh ini tidak ada bukti yang kredibel untuk semua tuduhan itu, termasuk video yang dirujuk Giuliani. Dokter langganan Hillary, satu-satunya yang berbicara dan sudah memeriksa langsung mantan ibu negara itu, telah berulang kali mengafirmasi kesehatan dan kebugaran mantan menteri luar negeri tersebut untuk dapat menduduki jabatan tertinggi di AS.

Selama penampilannya pada Senin malam di Jimmy Kimmel Show, Hillary menyebut klaim Grand Old Party (GOP) soal kesehatannya sebagai "strategi gila."

"Saya tak mengerti kenapa mereka mengatakan hal itu," ungkap Hillary. "Menurut saya, itu bagian dari strategi gila, sebutkan saja hal-hal gila dan mungkin akan ada orang yang akan percaya."

Namun bagi mereka yang mau percaya, struktur kebohongannya hampir-hampir tak dapat ditembus, dengan berdasarkan keyakinan 'medis' yang kuat bahwa media bersekutu dengan Hillary, melindungi prospek politiknya dengan menyembunyikan masalah kesehatan yang cuma imajinasi saja.

Berikut adalah 6 teori 'konspirasi' yang menjatuhkan Hillary dengan isu kesehatan. Liputan6.com merangkumnya dari CNN dan berbagai sumber pada Rabu (24/8/2016).

1. Tahun 2012

Berhari-hari sebelum ia dijadwalkan untuk bersaksi di Capitol Hill tentang serangan teror di Benghazi pada Desember 2012, Hillary menderita gegar otak setelah mengalami dehidrasi dan pingsan. Kesaksiannya yang dijadwalkan pada 20 Desember, dimundurkan hingga ia pulih.

Hillary Clinton setelah keluar dari RS New York-Presbyterian/Columbia hospital setelah jatuh pingsan, 2 Januari 2013 (Reuters)

Ironisnya, musuh politik Hillary saat itu, mantan Duta Besar AS di PBB yaitu John Bolton, mensinyalir bahwa Hillary cuma berpura-pura sakit. Menurut Bolton, Hillary menderita "penyakit diplomatis" untuk menghindari penyelidikan kongres.

Beberapa minggu setelah sakit, Hillary dirawat di rumah sakit dan diberi pengencer darah untuk melenyapkan penyumbatan darah di nadi belakang telinga kanannya. Diagnosis itu dibuat setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan terkait dengan gegar otaknya. Menurut dokter, gumpalan itu tidak mengakibatkan stroke atau komplikasi neurologis lainnya.

Pada 23 Januari 2016, sebulan lebih setelah jadwal semula, Hillary bersaksi di komite Senat dan Kongres tentang serangan Benghazi.

2. Tahun 2014

Pada bulan Mei 2014, lebih dari setahun setelah Hillary meninggalkan Kementerian Luar Negeri, ahli strategi dari partai Republik, Karl Rove membuat heboh dengan mengatakan bahwa Hillary menderita kerusakan otak pada tahun 2012.

"Tiga puluh hari dirawat di rumah sakit? Dan saat ia muncul kembali, ia mengenakan kacamata yang hanya dikenakan oleh orang yang baru saja mengalami cedera otak yang parah?" ungkapnya kepada New York Post. "Kita perlu tahu apa sebenarnya yang terjadi"

Rove kemudian berusaha menarik komentarnya keesokan harinya, dengan pada Fox News bahwa ia "tidak pernah menggunakan kalimat seperti itu," saat membahas soal kerusakan otak Hillary.

Ia juga akhirnya mengakui bahwa Hillary tidak dirawat selama sebulan di rumah sakit. Ia hanya dirawat selama tiga hari. Politifact juga memberi label "Salah" pada klaim Rove bahwa kacamata prismatik Hillary mengindikasikan bahwa cederanya lebih parah dari yang diindikasikan sebelumnya.

Isu itu akhirnya lenyap dengan sendirinya pada tahun berikutnya. Pada bulan Juli 2015, dokter langganan Hillary, Dr. Lisa Bardack, melaporkan bahwa kesehatannya cukup prima.

Hillary 'tertangkap' kamera membuka kacamata setelah keluar dari RS New York-Presbyterian/Columbia hospital (Reuters)


"(Hillary) menjalani pemeriksaan susulan pada tahun 2013, yang mengungkap berakhirnya efek gegar otak secara menyeluruh dan pelarutan total trombosis, " demikian ditulis dokter Bardack. "Hasil tes untuk kelainan pembekuan darah juga negatif."

3. Tuduhan 'kejang'


Gosip itu meluas dengan amat cepat melalui jalur blog konservatif dan sayap kanan hingga ke media besar seperti Breitbart, Infowars, dan Fox News. Pertama, adalah kejadian di toko muffin.

Saat melakukan pemotretan pada bulan Juni di Washington, Clinton menolak menjawab pertanyaan wartawan dengan "gerakan berlebihan, yaitu menggelengkan kepalanya dengan kencang selama beberapa detik," sebagaimana digambarkan oleh koresponden AP Lisa Lerer dalam kesaksiannya berjudul "Video yang membuktikan Hillary kejang? Tidak benar. Saya saksinya."

"Setelah itu," tulis Lerer, "Hillary melakukan pemotretan, ke luar dari toko, dan menyapa para pendukungnya yang menanti di luar."

Cerita berakhir? Tidak demikian rupanya.

Dituduh mengalaimi kejang (AFP)

Lebih dari sebulan sesudahnya, blogger pro Trump Jim Hoft menemukan video tersebut dan di situs Gateway Pundit-nya menulis dengan judul: "Wow! Apakah Hillary Mengalami Kejang di Depan Kamera?"  Tentu saja, dia tidak mengalami kejang, sebagaimana jelas terlihat oleh semua yang hadir. Namun, video itu dengan cepat menjadi viral.

Setelah Hillary berpidato di Konvensi Partai Demokrat, Jim Hoft kembali mengulang serangannya, mempublikasikan GIF dengan wajah Hillary yang sedang terkejut (karena banyaknya balon yang turun dari langit-langit gedung) dengan judul serupa: "Wow! Media Tidak Melihatnya => Apakah Hillary Kembali Mengalami Kejang Setelah Pidatonya di DNC?"

Berhari-hari setelah itu, media konservatif dan kampanye Trump juga mengangkat gosip itu. Penyiar Fox News Sean Hannity, pendukung Trump, bersemangat mengumpulkan panel "ahli" untuk menganalisa video klip Clinton yang sedang batuk-batuk, dan menggoyangkan kepalanya di toko muffin di D.C.

Dokter-dokter yang dikumpulkan oleh Hannity itu tidak ada yang pernah memeriksa Hillary, dan setidaknya salah satunya, yaitu koresponden medis Fox News adalah seorang urologis. Saat seorang neurologist, Dr. Fiona Gupta, bergabung dengan panel tersebut, ia membantah pertanyaan Hannity, dengan berkata, "Sulit untuk berspekulasi hanya berdasarkan cuplikan video."

Saat didesak oleh Hannity yang mengatakan, "Itu tampak seperti kejang bagi saya," kontributor Fox lainnya yaitu Dr. Marc Siegel, seorang internis, menolaknya.

"Saya memang bukan neurologis," ungkap Siegel, "dan saya pikir itu tidak tampak seperti kejang."
Berikut video Hillary 'kejang'. Benarkah?

2 dari 2 halaman

Dari Terjatuh hingga Klaim Donald Trump


4. Hillary 'Terjatuh'

Saat Hannity mengadakan diskusi panel, sebuah blog bernama American Mirror dan Drudge Report menayangkan sebuah foto yang telah beredar berbulan-bulan lamanya. Foto yang diambil bulan Februari itu menunjukkan gambar Hillary yang sedang dituntun untuk menaiki tangga sebuah rumah di North Charleston, South Carolina.

"Kondisi kesehatan Hillary yang meragukan harus menjadi isu utama dalam kampanye 2016," demikian awal tulisan di American Mirror. "Bukti terakhir adalah berupa Hillary yang harus dibantu untuk menaiki tangga oleh beberapa orang di luar bangunan yang tampak seperti sebuah rumah."

Hillary Clinton terpeleset di rumah singgah di South Carolina, Februari 2016 (AFP)

Namun keterangan foto dari AFP, yang diedarkan berbulan-bulan sebelumnya, mengungkap cerita yang berbeda.

Keterangan itu berbunyi: "Kandidat Presiden dari Partai Demokrat, mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton terpeleset saat menaiki tangga SC Strong non-profit, sebuah fasilitas tempat tinggal selama 2 tahun yang membantu mantan narapidana, pengguna narkoba, dan tuna wisma untuk dapat hidup mandiri."

5. "Jarum suntik" dan catatan kesehatan palsu


Dengan makin maraknya teori konspirasi, yang didorong oleh pernyataan Trump yang berulang-ualng bahwa Hillary terlalu lelah atau lemah untuk menjalankan tugas di Gedung Putih, "pertanyaan" dari blogger sayap kanan tentang detail keamanan Clinton mulai berfokus pada sebuah perlengkapan yang dibawa oleh seorang agen.

Di Twitter dan beragam blog, pencinta teori konspirasi mulai berfokus pada foto yang menunjukkan, "Pengawal Hillary Membawa Jarum Suntik Untuk Obat Anti-Kejang Diazepam," sebagaimana judul tulisan tersebut.

Namun tentunya, itu tidak benar. Hannity menyiarkan cerita ini ke jutaan pemirsanya, dengan mengutip Gateway Pundit dan sumber-sumbernya, tanpa menyodorkan bukti sama sekali.

Saat Secret Service ditanyai mengenai masalah ini, seorang juru bicara, Nicole Mainor membantah isu tersebut dalam sebuah email ke CNN pada hari Senin pagi.

"Benda di tangan agen tersebut adalah sebuah senter," ungkapnya.

Dokter pribadi Hillary -kanan- terlihat membawa jarum suntik. (theralphretort.com)

Gosip tersebut semakin serius, saat sebuah akun Twitter, yang kini telah dihapus, bernama @HillsMedRecord membagikan catatan medis yang menunjukkan Hillary telah didiagnosis menderita dementia tingkat awal.

Snopes.com, sebuah situs pengecek kebenaran fakta, dengan cepat membongkar kebohongan itu. Dokter langganan Hillary, yang kepala suratnya digunakan untuk membuat laporan palsu itu mengeluarkan pernyataan bahwa dokumen tersebut "palsu, tidak ditulis oleh saya, dan tidak berdasarkan fakta medis apa pun."

6. Hubungan Donald Trump-Breitbart Media


Breitbart News telah lama menjadi pendukung Trump sejak awal pencalonannya, namun kolaborasi mereka baru diresmikan minggu kemarin, saat direktur eksekutif perusahaan media itu, Steve Bannon, telah direkrut sebagai CEO tim kampanye Donald Trump.

Kisah yang juga beredar secara konsisten di kalangan pencinta teori konspirasi adalah saat Hillary terlambat kembali ke panggung saat perdebatan di bulan Desember, dan terjadi antrean untuk memasuki kamar mandi. Breitbart mempublikasikan cerita dengan mengutip "sumber penegak keamanan yang memiliki koneksi ke dalam" yang mengatakan bahwa Hillary "telah menghilang dari panggung karena isu kesehatan yang berasal dari cedera otak sebelumnya."

Trump sendiri juga mulai dengan jelas mengangkat isu ini, salah satunya lewat pidatonya minggu lalu, saat ia mempertanyakan stamina "mental dan fisik" Hillary. Pada hari Jumat, ia mencuitkan tagar "#DiManaHillary? Tidur!!!!!"

Semua ini semakin diramaikan dengan kepala berita di situs Heat Street, yang berjudul, "WAJIB DILIHAT: Foto Hillary Clinton Duduk Ditopang Bantal." Foto ini, dengan tanda panah diarahkan ke bantal, menunjukkan Hillary, yang tampil sangat awas, berbicara pada banyak penonton, duduk bersandarkan bantal kecil yang kadang ia letakkan di belakang punggungnya saat ia duduk.

Pada akhir minggu lalu, setidaknya seorang pendukung Trump akhirnya tidak tahan lagi. Setelah "Fox and Friends" menunjukkan klip Dr. Drew Pinsky dari acara "Celebrity Rehab" yang mendiskusikan "kekhawatirannya" akan Hillary, mantan Juru Bicara Kongres Newt Gingrich kehilangan kesabarannya.

"Dengan segala hormat pada semua dokter yang tampil di televisi, saat Anda mendapati seorang dokter yang tak pernah melihat sang pasien mulai memberi analisis yang rumit, terdengar keren, sebenarnya apa dasarnya?" ungkap Gingrich.

"Saya akan sangat berhati-hati dan  dan merekomendasikan pada para dokter, demi profesionalitas, untuk sangat berhati-hati saat memutuskan untuk mulai menganalisis orang."