Sukses

Dilarang, Penjualan Burkini Justru Meningkat Hingga 200 Persen

Perempuan 48 tahun asal Sydney, Australia mengatakan baju renang itu mewakili kebebasan dan kehidupan yang sehat. Bukan simbol represi.

Liputan6.com, Sydney - Aheda Zanetti adalah sosok di balik pembuatan baju berenang khusus muslimah. Perempuan asal Australia itu adalah orang yang awal mula menciptakan burkini.

Baju berenang yang mengombinasikan burqa dan bikini -- sehingga hanya menyisakan wajah, telapak tangan dan kaki yang terlihat. Menurut Zanetti -- yang mempatenkan merek 'burkini' dan 'burqini' -- baru-baru ini penjualan online produknya naik hingga 200 persen, di tengah pelarangan yang dilakukan di sejumlah tempat di dunia.

Perempuan 48 tahun asal Sydney, Australia itu mengatakan baju renang muslimah itu mewakili kebebasan dan kehidupan yang sehat--bukan simbol represi.

"Aku adalah perempuan Australia yang sudah ada di negeri ini selama hidupku. Larangan seperti itu justru meningkatkan penjualan secara online hingga 200 persen," kata Zanetti seperti dilansir BBC, Rabu (24/8/2016).

"Aku tahu apa arti berhijab, aku tahu apa arti kerudung, aku tahu apa itu arti Islam...dan aku tahu siapa diriku," lanjutnya.

Menurut Zanetti, asal muasal dibuatnya baju itu adalah untuk membuat muslimah berpartisipasi dengan gaya hidup dan aktivitas di pantai Australia.

"Aku ingin anak-anak perempuanku memiliki kebebasan dalam memilih," katanya lagi.

"Aku juga tak peduli jika mereka mau pakai bikini. Itu pilihan mereka. Tak ada pria di mana pun di seluruh dunia yang mengajarkan kami harus pakai apa dan tidak boleh pakai baju apa," tegas Zanetti.

Pelarangan burkini diterapkan di Prancis bagian selatan.

"Akses ke pantai dan berenang dilarang bagi mereka yang memakai baju 'tidak pantas' yang tidak menghormati nilai moral dan sekularisme," tulis larangan walikota Cannes.

"Baju renang yang memperlihatkan afiliasi agama tertentu dilarang... apalagi Prancis sekarang ini menjadi sasaran teroris. Bagi yang melanggar akan dikenakan denda sebesar 38 euro. Larangan ini berlaku hingga 31 Agustus 2015."

Perdebatan dan kritikan burkini makin sensitif terutama di negara-negara Eropa setelah Prancis mengalami serangkaian serangan terorisme.

Namun, meski bertetangga dekat dengan Prancis, Kanada memilih tak melarang burkini. Perdana Menteri, Justin Trudeau tak setuju pelarangan burkini di negaranya.

"Di Kanada, kita harus saling toleransi," kata Trudeau seperti dilansir dari The Guardian, Rabu (24/8/2016).