Sukses

Korban Gempa Italia: Dahulu... Ini Rumahku

Angka kematian akibat gempa Italia mencapai 159 orang, tapi diperkirakan jumlah tersebut masih bertambah.

Liputan6.com, Amatrice - Di tengah puing-puing sebuah kota yang hancur lebur, secara ajaib, menara lonceng masih berdiri. Tapi jam di bangunan Abad ke-13 di Amatrice berhenti di angka di 3.39 -- tiga menit setelah gempa terjadi.

Setidaknya 159 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Sementara lainnya dikhawatirkan masih terjebak di bawah puing-puing, setelah gempa kuat pada dini hari menghancurkan serangkaian puncak bukit kota terpencil dan desa-desa di seluruh petak di Italia tengah, Rabu 24 Agustus 2016.

Gempa bumi Italia berkekuatan 6,3 skala Ritcher (SR) terjadi pada pukul 03.36, saat semua orang masih terlelap. Getarannya menghancurkan rumah, merusak jalanan dan mengubur hidup-hidup para warga di bawah gundukan batu di kota-kota paling parah dari mulai Amatrice, Accumoli hingga Arquata del Tronto.

Lebih dari 12 jam setelah gempa awal, buldoser dan alat berat lainnya mulai bekerja, memindahkan puing-puing dan meratakan jalanan. Ada pun kamp sementara mulai dibangun dan dapur darurat didirikan, untuk menyiapkan rumah dan memberi makan bagi beberapa ribu kehilangan tempat tinggal.

Badan perlindungan sipil Italia bertugas mengoordinasikan operasi penyelamatan serta mengabarkan jumlah korban tewas akibat gempa yang terasa di Roma lebih dari 93 mil (150 km) jauhnya.

Gempa berkekuatan 6,2 SR terjadi di Italia tengah. Kota-kota yang diyakini menderita kerusakan paling parah akibat gempa adalah Accumoli, Amatrice, Posta dan Arquata del Tronto (CNN)

Ratusan tim penyelamat dari seluruh negeri termasuk 6 orang pemadam kebakaran dari Vatikan, mulai bahu-membahu mencari korban.

Seorang perempuan yang selamat dengan selimut di tubuhnya, duduk termangu di depan puing-puing bangunan.

"Apa yang harus aku katakan," ujar perempuan berusia 30 tahunan yang enggan memberikan namanya. Sambil memandang kosong bangunan dengan raut yang sedih ia mengatakan, "reruntuhan itu... dahulu adalah rumahku. Sekarang, aku tak punya apa-apa lagi." Demikian seperti dilansir The Guardian, Kamis (25/8/2016).

Di tengah kota, hampir semua gedung hancur dan jalanan dipenuhi dengan puing. Debu menutupi area itu.

 "Situasi sangat dramatis, ada banyak yang meninggal. Usaha tim penyelamat mencoba mencari korban semuanya sulit," kata Wali Kota Amatrice, Sergio Pirozzi.

"Banyak desa rata dengan tanah. Tujuan sekarang adalah mencari yang masih hidup secepat mungkin."

"Gempa ini lebih kuat dari gempa bumi yang pernah aku rasakan. Berjalan di kota yang wajahnya telah berubah... sangat mengerikan," kata Luca Faccenda pria berusia 65 tahun.

"Tak pernah di hidupku, di usiaku saat ini, berharap akan melihat hal seperti ini..." tuturnya lagi

Sementara itu, Wali Kota Accumoli, Stefano Petrucci dengan air mata berlinang mengatakan, "ini lebih mengerikan daripada yang kami kira. Banyak gedung yang runtuh, orang-orang terjebak di bawah puing dan tak ada suara kehidupan."

Dua atau tiga dusun terdekat telah benar-benar hancur, kata Petrucci seraya menambahkan bahwa ia takut membayangkan masa depan di kota dengan populasi 700 orang -- yang selalu membengkak menjadi sekitar 2.000 di musim panas.

Seorang insinyur dewan daerah, Orlando Sandro, mengatakan 80% dari pusat kota tua Amatrice telah hancur. Ia juga menambahkan bahwa fondasi dari banyak bangunan yang belum runtuh begitu lemah.

Amatrice adalah kota yang terkenal di Italia sebagai tempat kelahiran pasta bacon dan tomat atau biasa disebut dengan spaghetti all'amatriciana, dan banyak dihadiri turis saat festival tahunan merayakan makanan itu. Rencananya acara tahunan itu akan dimulai pada akhir pekan ini.