Sukses

RUU Larangan 'Sewa Rahim' di India Tuai Kontroversi

Rancangan undang-undang terkait larangan ibu pengganti atau penyewaan rahim mendapatkan kritik keras dari kelompok infertilitas.

Liputan6.com, New Delhi - Pemerintah India meluncurkan rancangan undang-undang (RUU) yang akan melarang surrogacy atau upaya penyewaan rahim secara komersial.

Jika disetujui oleh parlemen, produk hukum itu juga akan melarang orang yang tidak memegang paspor India serta orang tua tunggal dan kaum gay di sana untuk mengikuti prosedur tersebut.

Sementara pasangan infertil diperbolehkan mencari ibu pengganti, tapi harus seorang kerabat.

Rancangan tersebut mendapat kritik keras dari kelompok infertilitas. Mereka mengatakan hal itu bisa menyebabkan terbentuknya industri ilegal.

India kerap disebut sebagai "pabrik bayi" atau negara penyedia penyewa rahim terbesar di dunia. Di negara ini, pasangan yang tidak subur termasuk warga negara asing membayar wanita lokal untuk menitipkan embrio buah hati mereka.

Industri "ibu pengganti" itu diperkirakan bernilai lebih dari US$ 1 miliar (£ 65m) setahun. Keprihatinan atas bisnis yang tidak memiliki aturan tersebut pun mengemuka.

'RUU Komprehensif'

Menteri Luar Negeri India, Sushma Swaraj mengatakan, di bawah hukum yang diusulkan, hanya pasangan lokal yang tidak subur, sudah menikah setidaknya lima tahun, yang diperbolehkan mencari pengganti dari kerabat dekat.

"Ini aturan yang komprehensif untuk melarang surrogacy komersial sepenuhnya," kata Swaraj.

"Pasangan yang tak memiliki anak, yang secara medis tak sehat untuk mendapatkan keturunan bisa memperoleh bantuan dari kerabat dekat, yang disebut surrogacy altruistik," ujar Swaraj.

Banyak yang mengkritik langkah tersebut. Mereka mengatakan bahwa pasangan yang ingin memiliki keturunan hanya memperoleh sedikit pilihan.

"Sementara kita perlu peraturan untuk memastikan bahwa tidak ada perempuan dipaksa menyewakan rahim, larangan itu dinilai tak logis," kata pakar kesuburan, Archana Dhawan Bajaj.

Lainnya mengatakan hukum itu adalah diskriminasi terhadap orang-orang gay.

India memiliki sepertiga orang termiskin di dunia. Kritikus berpendapat bahwa kemiskinan merupakan faktor utama pendorong wanita untuk menjadi ibu pengganti dengan imbalan uang.