Sukses

Tuai Kontroversi, Burkini Marks & Spencer Justru Laris Manis

Para perempuan non-muslim memilih burkini karena melindungi kulit mereka dari sengatan matahari.

Liputan6.com, London - Saat diluncurkan secara pada bulan Maret lalu di Eropa, Burkini buatan  Marks & Spencer (M&S)sempat membuat kehebohan dengan antrean pembeli yang membludak. Penjualan mereka pun kini makin meningkat, bahkan di beberapa tokonya barang tersebut ludes terjual.

Kendati dikritik oleh 'dewa' fashion Pierre Berge dan Menteri Urusan Perempuan Prancis, Laurence Rossingnol, desain baju renang tertutup itu rupanya menarik pelanggan di Inggris.

Marks & Spencer mengatakan burkini yang menjadi bagian dari koleksi musim panas dan semi 2016, ternyata laku terjual. Bahkan kini tak ada lagi stoknya. Demikian dilansir The Independent, Kamis (25/8/2016).

Perusahaan tersebut sudah menjual baju renang itu dalam 3 tahun terakhir di Dubai dan Libya. Mereka memutuskan untuk meluncurkan koleksi burkini di departement store di Marble Arch, London tahun lalu dan menjual secara online pada Maret lalu.

"M&S menyediakan berbagai model baju renang bagi para pelanggannya dengan pilihan yang beragam. Kami telah menjual baju renang jenis ini bertahun-tahun lalu dan menjadi populer di antara pelanggan kami secara internasional," kata juru bicara Marks & Spencer.

Baju itu melindungi seluruh tubuh kecuali wajah, tangan dan kaki. Awalnya ditujukan kepada konsumen muslimah, namun ternyata populer bagi kalangan perempuan non-muslim.

Para perempuan non-muslim yang memilih baju itu mengaku khawatir kulit mereka rusak terbakar sinar matahari, jika memakai baju renang biasa. Dengan burkini, kulit mereka terlindung.

Burkini menarik perhatian di Inggris saat koki TV Nigella Lawson menggunakan baju itu ketika liburan di Australia 2011. Ia mengatakan, baju itu membuatnya tak harus berulang kali mengolesi krim pelindung.

Burkini menjadi ramai perbincangan di Prancis pada musim panas kali ini. Pada Juli lalu, beberapa kota melarang pemakaian baju itu karena tidak sesuai dengan nilai Prancis.

Setidaknya 4 perempuan sudah didenda karena menolak membuka burkini mereka. Sementara ada 6 perempuan 'dipermalukan', dengan memaksa mereka membuka baju renang di pantai di depan khalayak.

Foto polisi menjatuhkan denda pada perempuan yang mengenakan burkini memicu kontroversi di Prancis (CNN)

Menurut Perdana Menteri Prancis, Manuel Valls, burkini itu memperbudak perempuan.

Perancang burkini dari Australia, Ahida Zanetti mengatakan penjualan baju renang itu justru meningkat di kalangan wanita non-muslim.

"Burkini itu bukan baju renang simbolisasi muslimah. Aku memang mengambil ide dari hijab tradisional dan kukombinasikan dengan penutup kepala agar bisa berasimilasi dengan budaya Australia," kata Zanetti yang merancang dan meluncurkan produknya itu 11 tahun lalu.

"Dan yang memakainya boleh siapa saja tak peduli ras, agama, bentuk tubuh, warna kulit... siapapun," lanjutnya.

"Perempuan berhak memakai baju apapun yang mereka inginkan. Aku pikir salah melarang mereka memakai burkini," tandasnya.

Sementara itu, Rachid Nekkaz, pengusaha properti keturunan Nigeria, memilih untuk membayar denda karena memakai burkini di pantai Prancis. Ia juga membayarkan tiga perempuan lain yang menolak melepas baju mereka itu.

Marks & Spencer juga turut berpartisipasi dengan fashion muslim yang makin meningkat di dunia. Di Inggris, department store House of Fraser mulai menjual burkini semenjak tahun lalu bersamaan dengan baju muslim lainnya seperti jilbab.

Mariah Idrissi (23 tahun) model muslim berhijab pertama dari brand retail terbesar kedua di Dunia

Label Uniqlo juga meluncurkan koleksi muslimnya berupa hijab dan tunik.

Di jalanan utama di Inggris, Zara dan Mango juga mengeluarkan koleksi spesial selama bulan Ramadan lalu. Dan H&M menampilkan model Mariah Idrissi, sebagai model muslimah pertama.

Dan pada Januari ini Dolce & Gabbana mengeluarkan koleksi hijab dan koleksi abaya. Fashion itu dihiasi dengan bunga-bunga dan sulaman.