Liputan6.com, North Bay - Kabar baik bagi orang-orang yang murah hati. Ternyata, menjadi penolong bukan hanya baik bagi sesama, tapi juga memberikan kehidupan seks yang lebih memuaskan.
Menurut suatu penelitian terkini, kemurahan hati (altruisme) bisa saja dianggap kebiasaan yang memiliki risiko tinggi dalam dunia yang ganas dan saling memangsa ini.
Advertisement
Baca Juga
Tapi, dikutip dari Research Digest pada Jumat (26/8/2016), dijelaskan bahwa, dari sudut pandang psikologi evolusioner, kita ada sekarang karena leluhur kita memiliki kecenderungan kemurahan hati.
Salah satu dugaan alasannya adalah karena kemurahan hati bersifat timbal balik.
Dugaan lain menyebutkan bahwa altruisme adalah "pertanda" yang membeberkan kepada pasangan seksual potensial bahwa manusia ringan tangan itu dapat menjadi pasangan yang baik. Maksudnya, kalau orang bisa melakukan amal dengan mudahnya, berarti ia adalah seorang yang memiliki kemampuan dan sumberdaya.
Sebagai pendukung pendapat ini, cukup banyak penelitian di masa lalu yang mengungkapkan bahwa ciri-ciri altruisme meningkatkan daya tarik pria maupun wanita di mata lawan jenis.
Sebuah laporan dalam British Journal of Psychology merujuk kepada dugaan di atas untuk mencari tahu apakah orang yang murah hati bukan hanya lebih menarik, tapi juga lebih banyak melakukan seks.
Penelitian Penting
Pengertian ini penting karena, seperti dijelaskan oleh Steven Arnocky dan rekan-rekannya, "hasil perkawinan itulah yang sejatinya ikut andil dalam evolusi untuk fenotipe tertentu."
Bisa diartikan bahwa leluhur yang lebih murah hati bukan hanya dipandang lebih menarik, tapi juga lebih banyak melakukan seks. Hal ini menjelaskan mengapa manusia modern mewarisi kecenderungan untuk bermurah hati.
Salah satu indikator bahwa leluhur murah hati itu lebih banyak melakukan seks adalah dengan mengamati apakah manusia murah hati pada masa kini meneruskan melakukan lebih banyak seks daripada mereka yang kurang mudah hati.
Arnocky dan timnya melakukan dua penelitian yang melibatkan orang-orang dewasa Kanada.
Pertama-tama, mereka menanyai 192 wanita lajang dan 105 pria lajang untuk menggali tentang kecenderungan kemurahan hati mereka. Misalnya apakah mereka beramal, donor darah, membantu orang lain menyeberang jalan, dan sejenisnya.
Para responden juga ditanyai tentang riwayat seksual mereka dan ketertarikan kepada lawan jenis.
Ternyata, pria dan wanita yang meraih angka tinggi untuk altruisme juga cenderung melaporkan lebih ditaksir oleh lawan jenis.
Khusus bagi kaum pria yang meraih angka tinggi untuk altruisme, mereka cenderung memiliki lebih banyak pasangan seksual seumur hidup mereka, terutama pasangan yang sekedar saling suka (casual).
Jika difokuskan pada mereka yang berada dalam hubungan jangka panjang, pria dan wanita yang lebih murah hati dalam kelompok responden melaporkan lebih banyak melakukan seks dalam 30 hari terakhir.
Tentu saja penelitian ini terbatas sesuai dengan apa yang dimaksud dengan 'kemurahan hati' oleh para peserta. Mungkin saja, orang yang lebih banyak melakukan seks cenderung merasa lebih murah hati.
Untuk mengatasi kemungkinan tersebut, para peneliti melakukan penelitian ke dua yang melibatkan 335 mahasiswa S1. Penelitian mencakup pengujian kecenderungan kemurahan hati peserta.
Caranya, mereka diberi kesempatan memenangkan US$100 karena telah turut serta dalam penelitian, tapi uang itu harus disumbangkan ke suatu badan amal.
Para peserta juga menjawab beberapa pertanyaan tentang riwayat seksual mereka. Kali ini, ada juga pengukuran narsisisme dan kecenderungan untuk memberi jawab karena alasan tuntutan sosial.
Bahkan, ketika mempertimbangkan narsisisme dan tuntutan sosial itu, penelitian ke dua mengungkapkan bahwa kecenderungan kemurahan hati memiliki korelasi dengan lebih banyaknya melakukan seks.
Khusus bagi kaum pria, hasil tersebut mencakup lebih banyaknya hubungan seks di masa lalu. Bagi pria dan wanita, ini berarti lebih banyak seks saling suka (casual) seumur hidup mereka dan lebih banyak pasangan seks selama setahun sebelumnya.
Advertisement
Kaitan dengan Penelitian Masa Lalu
Menurut para peneliti, temuan mereka memperkuat penelitian di masa lalu terhadap suku-suku pemburu-pengumpul. Kaum pria yang berburu dan berbagi lebih banyak daging hasil buruan dengan yang bukan kerabat juga cenderung lebih banyak melakukan seks.
Temuan penelitian terbaru ini senada dengan bukti di masa lalu yang menengarai bahwa kaum pria dan kaum wanita yang lebih murah hati dipandang lebih menarik.
Tapi ada peringatan tentang temuan ini. Menurut para peneliti, temuan ini lebih bersifat korelasional, bukan sebab-akibat.
Cara lain untuk memahaminya adalah bahwa lebih seringnya melakukan seks dan memiliki lebih banyak pasangan seks membuat orang untuk bermurah hati terhadap orang lain.
Masih diperlukan sejumlah penelitian jangka panjang (longitudinal) untuk memastikan hubungan sebab-akibat.
Yang jelas, pemikiran bahwa kemurahan hati mengarah kepada lebih seringnya melakukan seks konsisten dengan bukti-bukti di masa lalu, sehingga perilaku murah hati dapat ditengarai meningkatkan daya tarik (desirability) seseorang.