Liputan6.com, London - Salah satu hal yang sulit dilakukan adalah ketika seorang ayah harus memberitahukan kepada putranya bahwa ia memiliki kekasih baru. Hal itu sepertinya terjadi di kalangan kerajaan Inggris.
Dua bulan sebelum kematian Putri Diana, Pangeran Charles memutuskan untuk memberitahukan kepada dua putranya tentang wanita pujaan hatinya. Mereka duduk bersama dan Pangeran Charles menceritakan tentang Camilla Parker Bowles, cinta masa mudanya yang kemudian bertemu lagi. Cinta lama belum selesai.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Daily Mail pada Sabtu (27/8/2016), tulisan Penny Junor dalam bukunya yang berjudul 'Extracted from Prince William: Born To Be King: An Intimate Portrait' menjelaskan bahwa William dan Harry hanya bisa terdiam ketika ayah mereka selesai bercerita.
Belakangan, kepada seorang sahabat, Pangeran Charles merasakan bahwa Pangeran William tak mau peduli dengan kisah cinta lama tersebut.
Pangeran William yang saat itu berusia 15 tahun sudah mendengar tentang Camilla yang masuk kembali dalam kehidupan Pangeran Charles, ketika keduanya masih terikat dalam pernikahan masing-masing. Demikian seperti diulas buku tersebut.
Kisah kasih yang belum usai itu tentu saja membuat geram sang ibu, Putri Diana. Suasana rumah tangga pun mencekam. Putri Diana kecewa, ia pun bertekad untuk berselingkuh untuk membalas penghianatan sang suami.
Sejak saat itu, Putri Diana dan Pangeran Charles tidak betah bersama dalam satu ruangan. Pun demikian dalam satu atap.
Mereka kerap berkumpul dengan teman masing-masing, melakukan kegiatan sendiri dan bisa dibilang hidup dalam dua dunia terpisah.
Ketika harus bersama, mereka saling bersilat lidah, menangis, dan penuh amarah sehingga bahkan bisa terdengar di seluruh rumah. Kensington Palace memang tidak terlalu besar dan tidak kedap suara, tapi kediaman Highgrove pun terdengar ramai.
Putri Diana geram sekali ketika menyebut nama Camilla. Ia bahkan menjuluki pesaingnya 'Rottweiler' --diambil dari jenis anjing ganas.
Tapi, ketika menyebut julukan itu, Diana melakukannya sambil menangis. Sungguh suasana yang berat bagi seorang anak menyaksikan hal itu.
Sebenarnya Pangeran William tidak mengetahui bahwa Diana sudah lama curiga terhadap cinta lama Charles.
Pada masa awal hubungannya dengan Pangeran Charles, Diana sempat menemukan gelang emas yang diduga akan dihadiahkan Charles kepada Camilla.
Pada gelang itu ada keping biru dengan inisial GF, singkatan untuk Girl Friday, nama kesayangan Charles untuk Camilla. Putri Diana menuduh bahwa itu adalah singkatan dari Fred dan Gladys, dua nama panggilan imut yang dikira Diana dipakai Charles untuk menyebut Charles dan Camilla.
Padahal, gelang itu adalah bagian dari perhiasan yang dibeli Pangeran Charles sebagai rasa terima kasih kepada para sahabat yang bersamanya selagi melajang.
Pangeran Charles tidak menyangka bahwa Diana tidak suka jika mantan kekasihnya ada dalam lingkar pertemanan. Setelah menyadari hal itu, Charles memutuskan semua hubungan dengan Camilla.
Kecurigaan Diana terus membara hingga beberapa tahun pernikahannya. Ia tetap yakin bahwa sang suami akan kembali kepada cinta lamanya.
Sementara Charles dihinggapi depresi berat, dan membuat teman-temannya khawatir.
Adalah Patti Palmer-Tomkinson yang kemudian menyambungkan lagi hubungan antara Charles dengan Camilla. Saat itu pernikahan Camilla juga sedang terombang-ambing karena perselingkuhan suaminya.
Menurut Patti, Camilla adalah orang yang dapat mengembalikan semangat Charles.
Pada Januari 1993, bocorlah rekaman percakapan intim larut malam antara Charles dan Camilla. Sungguh memalukan dan seluruh dunia mengetahuinya ketika Pangeran Charles berguyon rela menjadi sebuah tampon asal bisa selalu bersama dengan wanita pujaan hatinya.
Bahkan Putri Diana ikut malu mendengarnya. Kekhawatiran Charles saat itu bukan hanya tentang William dan Harry, tapi tentang anak-anak Camilla, Tom dan Laura, yang sudah lebih dewasa.
Cinta Baru Putri Diana
Sebulan kemudian, di akhir musim panas, Diana mengajak William dan Harry untuk berlibur. Ia diundang oleh Mohamed Al Fayed, pria kaya Mesir pemilik Harrods, untuk berlibur bersama keluarganya di St. Tropez.
William tidak tertarik. Ia muak dengan paparazzi dan merasa akan dikerubungi, apalagi karena merebaknya kisah romantis antra Diana dan Dodi al Fayed.
Diana sendiri mengalami hubungan naik-turun. Selama 2 tahun, ia berhubungan dengan Hasnat Khan, seorang ahli bedah jantung kelahiran Pakistan. Ia bertemu dengan pria itu ketika menjenguk seorang teman di Royal Brompton Hospital.
Ia mencoba memperkenalkannya kepada William, yang tidak pernah suka dengan para kekasih ibunya. Pangeran Harry lebih santai menghadapi hal ini.
Menurut Rosa Monckton, sahabat Diana, "Diana secara khusus menceritakan lebih banyak daripada yang biasanya diceritakan seorang ibu kepada anak-anaknya, tapi ia tidak punya pilihan."
"Ia ingin anak-anaknya mendengar darinya tentang kehidupannya dan orang-orang yang ditemuinya, dan makna mereka bagi Diana, bukannya membaca dari pers tabloid yang ngawur dan membesar-besarkan."
William dan Harry tidak menikmati liburan bersama keluarga al Fayed. Mereka tidak terlalu suka dengan Dodi dan tidak peduli dengan gaya hidupnya yang mentereng. Mereka juga benci publisitas.
Diana dan William terlibat pertikaian dan Pangeran Harry bermasalah dengan Omar, putra bungsu keluarga Fayed. Apalagi karena pihak Fayed membagi-bagi amplop tebal berisi uang kepada para pengawal William dan Harry.
Mereka merasa lega ketika kembali ke Inggris dan menghabiskan liburan bersama dengan ayah, kakek dan nenek, dan anggota Keluarga Kerjaan di Skotlandia sementara Diana mengatur jadwal liburan lain bersama Dodi.
Kurang dari sebulan kemudian, Putri Diana dan Dodi meninggal dunia.
Kabar pertama tentang kecelakaan Diana di Paris sampai di Balmoral sekitar jam 01.00 pagi pada Minggu, 31 Agustus 1997. Hari itu, William dan Harry seharusnya terbang kembali ke London, dan Tiggy baru saja tiba untuk membawa mereka pulang.
Sri Baginda Ratu menasehati Charles untuk tidak membangunkan William danHarry ketika kematian ibu mereka dipastikan. Anehnya, William terbangun beberapa kali pada malam itu.Â
William mengatakan saat itu ia ingin pergi ke gereja "untuk mengobrol dengan ibu."
Seluruh negeri boleh saja marah dengan keputusan sang Ratu untuk tetap di Skotlandia bersama keluarga, tapi keberadaan mereka di sana seperti menjadi berkah.
Selama dua hari ke depan, William berjalan jauh seorang diri di kawasan sekitarnya untuk mencoba menerima kematian ibunya.
Menyadari meningkatnya emosi publik, Pangeran Charles meminta Sandy Henney, petugas yang mengurusi publikasi pers untuk mempersiapkan anak-anaknya menghadapi suasana 'buruk' yang akan mereka hadapi sepulangnya ke London.
Sandy Henney meninjau antrean orang-orang yang berduka dan mendengar begitu banyak kebencian terhadap Keluarga Kerajaan.
Kepada William dan Harry, ia memperlembut keadaan, mengatakan "Kematian ibu mereka memiliki dampak luar biasa pada orang banyak."
"Mereka sangat sedih karena sangat mencintainya dan merasa kehilangan, sehingga waktu tiba lagi di London, kalian akan melihat hal yang belum pernah kalian lihat lagi dan bisa mengejutkan. Tapi semua yang kalian lihat adalah karena masyarakat sangat memikirkan ibu kalian."
Harry sempat mengajukan beberapa pertanyaan, tapi William diam membisu. Tidak heran kalau kemudian Harry-lah yang diminta membuka beberapa surat ucapan duka cita dari masyarakat.
Pada usia 15 tahun, William masih terlihat murung. Tak ada ungkapan kesedihan dari mulutnya kepada Sandy.
Selama beberapa tahun bekerja dengan William, dari usia 11 hingga 18, ia melihat William selalu lebih tertutup dibandingkan dengan adiknya, "Menurut saya ia merasa harus melindungi dirinya."
"Jika ditanyai tentang hal pribadi, ia bisa jujur sekali. Tapi kita tidak bisa masuk hingga ke yang terdalam, karena begitulah caranya melindungi dirinya."
Sandy membenarkan bahwa anak-anak itulah yang memutuskan untuk berjalan bersama ayah mereka di belakang peti mati ibunya, walaupun Earl Spencer ingin berjalan sendiri mengiringi peti mati. Ia membanting telepon dari Charles yang mengatakan ingin juga mengiringi peti mati.
Earl Spencer memberi pidato pemakaman yang berapi-api tentang janji melindungi William dan Harry--'kerabat sedarah' nya -- kerabat Spencer yang paling terhubung dengan William adalah bibinya, Lady Sarah McCorquodale.
Setelah pemakaman, Charles membawa William dan Harry ke Highgrove. Di sana, Tiggy berusaha memberi semangat. Emosi William pun terlihat lebih stabil.
Advertisement
Antara Camilla dan William
Pangeran William sadar bahwa rasa cinta Charles kepada Camilla tidak bisa dibendung lagi. Ia seakan hanya menunggu waktu yang tepat bagi sang ayah untuk mempertemukannya dengan sang pujaan hati.
Charles terlihat lebih hati-hati melangkah setelah kematian Diana. Barulah delapan bulan kemudian setelahnya, ia memutuskan untuk mengundang anak-anak Camilla, Tom dan Laura untuk menginap bersama di Birkhall, Skotlandia.
Perjumpaan itu berhasil dan setelah itu mereka lebih sering lagi berkumpul bersama.
Saat itu, William dan Harry merencanakan pesta kejutan untuk ulang tahun ke-50 ayah mereka pada November.
Awalnya direncanakan sebagai pesta bersama dengan anak-anak baptis Pangeran Charles, termasuk Tom. William kemudian tersadar untuk juga mengundang Camilla.
William memutuskan untuk bertemu dengannya, walaupun ia banyak mendengar hal buruk tentang Camilla dari ibunya. Perlahan-lahan, ia menyadari bahwa tidak semua yang didengar benar adanya.
Pada 13 Juni, ia datang lebih awal ke St James Palace ketika Camilla sedang bersama dengan Charles selama beberapa hari. William langsung ke apartemennya.
Pangeran Charles kemudian mengantar Camilla ke apartemen William, memperkenalkannya, dan membiarkan mereka mengobrol sekitar 1 jam lamanya. Setelah selesai, Camilla keluar dan berkata, "Saya perlu minum."
Walaupun ibunya meninggal tak sampai setahun lamanya, William sudah akrab dan Camilla menjaga perasaannya. Mereka bertemu lagi beberapa hari kemudian dan minum teh bersama beberapa kali.
Tapi Sandy Henney tidak yakin kalau pertemuan pertama William dan Camilla telah menyembuhkan segala luka. Setidaknya, William tidak lagi melihat Camilla sedemikian buruknya seperti yang dipercayainya selama ini.
Pesta kejutan berlangsung pada 31 Juli malam. Charles sangat terharu dengan kasih sayang anak-anaknya. Tapi, ia paling tersentuh dengan pengaturan duduk, karena mereka menempatkan Camilla di sebelahnya.
Perlu beberapa tahun lamanya bagi William untuk melunak terhadap Camilla. Dan itu berhasil.
Pada Februari 2001, ia setuju untuk pertama kalinya tampil di muka umum dalam pesta Camilla.Â
Seseorang yang terlibat dalam acara mengatakan, "Menurut saya, hubungan itu sudah menghangat, tapi dulu tidak begitu. Saya ingat Harry merasa tidak nyaman dan mengatakan sesuatu yang tidak enak. Sulit bagi mereka dan itu alamiah saja."
"Camilla juga tidak mencoba menjadi ibu dan tetap menjadi "wanita lain" yang ada di sana serta menyita waktu sang ayah. Memang bukan keluarga yang paling bahagia untuk beberapa saat, tapi William bahagia ketika melihat ayahnya bahagia."
Pada 2002, Charles mengumumkan bahwa ia akan menikah dengan Camilla. Setelah selama ini berupaya memenangkan hati anak-anaknya agar akrab dengan wanita pujaan hatinya.
Sulit melupakan bagaimana ibu mereka menderita karena wanita itu, yang menjadi orang ke tiga dalam pernikahan. Sebaliknya, mereka dapat melihat bahwa ayah mereka kesepian dan bisa terlihat suram kalau Camilla sedang jauh.
Tiga tahun kemudian, pernikahan dilangsungkan pada 2005. William dan Harry memutuskan untuk mengesampingkan perasaan mereka. Bersama-sama, mereka membuat pernyataan, "Kami berdua sangat berbahagia untuk ayah kami dan Camilla, dan mengucapkan selamat menuju masa depan."
Setahun kemudian, mereka memutuskan menggelar konser peringatan 10 tahun meninggalnya Putri Diana. Sebelum perayaan 6 jam di gelanggang Wembley pada 2007 itu, mereka melarang kehadiran para anggota senior Keluarga Kerajaan sehingga menghindari suasana janggal bagi Pangeran Charles.