Sukses

Kisah Haru Pemakaman Massal Korban Gempa Italia

Pemakam masal beberapa korban gempa dilaksanakan di gedung olahraga setempat dan dihadiri oleh Presiden Italia Sergio Mattarella.

Liputan6.com, Amatrice - Dengan muka dibasahi air mata, orang-orang saling berpelukan saat menghadiri pemakaman masal 35 korban tewas gempa bumi, yang terjadi di Italia beberapa hari yang lalu.

Keluarga yang ditinggalkan korban meringkuk dan menangis di sekitar 35 peti kayu yang diletakkan di tengah aula gedung olahraga Ascoli Piceno.

Di dalam dua di antara deretan peti kayu tersebut terdapat jasad seorang bayi berusia 18 bulan dan seorang bocah 9 tahun, seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu (28/8/2016), yang merupakan 2 di antara 21 anak-anak yang tewas akibat lindu pada Rabu 24 Agustus 2016.

Terlihat seorang pria dengan balutan perban di tangan dan kepalanya, duduk di kursi roda sambil menunduk bersedih atas kehilangan orang yang dicintainya.

Tak jauh dari tempatnya terlihat seekor anjing cocker spaniel coklat, berbaring di sebelah peti majikannya dan tidak mau meninggalkan tempat itu.

Saat itu, terlihat peti mati gadis kecil bernama Giulia memasuki ruangan aula olahraga, dibawa oleh beberapa petugas pemadam kebakaran.

"Hai gadis kecil," begitulah kata-kata yang tertulis dalam secarik kertas di atas peti mati Guilia, ditulis oleh petugas yang mengeluarkannya dari reruntuhan.

Seekor anjing berbaring di sebelah peti majikannya (reuters)

"Aku minta maaf karena datang terlambat. Kamu sudah berhenti bernapas, tapi kami ingin kamu tahu bahwa kami melakukan yang terbaik untuk mengeluarkanmu," tulis mereka.

Menurut laporan, Giulia menjadi 'pahlawan' penyelamat adiknya, salah satu korban selamat terakhir, Giorgia.

Saat ditemukan oleh pemadam kebakaran, mereka saling berpelukan. Pelukan sang kakak diduga membuat sedikit ruang untuk adiknya bernapas, sehingga dia bisa selamat.

Peti mati Giulia memasuki aula pemakan massal (EPA)

Gadis itu selamat tanpa luka sedikitpun berkat pengorbanan kakaknya, Giulia, yang melindungi sang adik dengan tubuhnya saat gempa mengguncang.

"Pelukan Giulia memberikan sedikit ruang udara bagi Giorgia untuk bernapas dan selamat," kata salah seorang petugas yang menarik mereka keluar, Massimo Caico.

Menurut keterangan Uskup Giovanni D'Ercole, mengingat kembali kejadian itu dalam acara pemakaman masal, kedua adik kakak itu dikeluarkan dari reruntuhan bangunan rumahnya 15 jam setelah lindu menghantam.

Keluarga korban tewas menangis dan saling berpelukan mengiringi kepergian orang terkasih mereka (Reuters)

"Yang lebih tua, Giulia, tergeletak di atas yang lebih kecil, Giorgia. Giulia tewas, Giorgia selamat. Mereka saling berpelukan," ujar Uskup D'Ercole.

Menurut keterangan tim penyelamat, anjing Labrador hitam mereka, Leo, mencium sesuatu di balik reruntuhan. Berdasarkan insting Leo, mereka lalu mulai menggali dan menemukan sebuah boneka.

Tak lama setelahnya, tim tersebut merasakan sesuatu yang dingin di balik tembok. Benda tersebut ternyata kaki dingin milik Giulia. Pada saat itulah mereka melihat gerakan yang diduga 'alur napas' di balik tubuh kaku gadis itu.

"Mungkin mereka saling berpelukan saat tidur atau karena ketakutan, dan tubuh Giulia menyelamatkan Giogia," kata Caico.

Saat warga Italia lainnya meneteskan air mata mengiringi kepergian Giulia dan 34 korban lainnya, Giorgia 'merayakan' ulang tahun keempatnya bertarung untuk berjuang hidup di rumah sakit.

Laporan dari surat kabar lokal menyebukan, kini bocah 4 tahun itu masih shock dan tidak berbicara kepada siapapun. Dia hanya tidur, menangis, dan meminta boneka atau memanggil ibunya -- yang juga sedang dirawat akibat gempa.

"Jangan takut meratapi kehilangan dan kesedihanmu, kita telah melihat terlalu banyak kesengsaraan. tapi jangan sampai kehilangan harapan dan keteguhan hati," ucap Uskup D'Ercole di tengah aula yang dipenuhi dengan keluarga korban dan politisi.

"Bersama-sama kita dapat membangun kembali rumah dan gereja. Yang paling penting, bersama kita bisa memberikan 'kehidupan' kembali pada masyarakat kita," kata dia dalam ceramahnya.

2 dari 2 halaman

Panggilan untuk Kembali Bangkit

Sementara pemakaman masal dilakukan, tim penyelamat masih terus berusaha mencari korban terperangkap di daerah terparah, Amatrice.

Sembilan jasad ditemukan saat penggalian pada Sabtu 27 Agustus 2016, termasuk tiga yang dikeluarkan dari reruntuhan Hotel Roma.

Presiden Italia Sergio Mattarella menghadiri pemakaman korban gempa (Reuters)

Penemuan tersebut menambah jumlah korban di Amatrice menjadi sebanyak 260 orang, termasuk beberapa di antaranya adalah turis. Pihak berwenang menyebutkan sekitar 387 orang dirawat di rumah sakit. Satu di antaranya meninggal dunia.

Sementara itu, Presiden Italia, Sergio Mattarella dan Perdana Menteri Matteo Renzi, terlihat menghadiri acara pemakaman 'negara' tersebut.

Setelah selesai melakukan upacara pemakaman, mereka terlihat mendatangi keluarga korban untuk menyampaikan duka.

Keluarga korban tewas menangis dan saling berpelukan mengiringi kepergian orang terkasih mereka (Reuters)

"Kita akan memutuskan bersama-sama bagaimana kita akan bangkit lagi. Tapi jangan menyerah, ini sangat penting," kata Renzi kepada para remaja.

PM Renzi itu berjanji akan segera membangun kembali permukiman warga.

"Apa yang terjadi tidak bisa dikatakan sebuah takdir. Jika bangunan ini memiliki konstruksi seperti bangunan Jepang, tidak akan runtuh seperti ini," kata jaksa Giuseppe Saieva.

"Apa yang kita butuhkan saat ini adalah pembangunan ulang dalam waktu dekat. Merupakan kesempatan yang bagus bagi para politisi untuk menunjukkan komitmen ekstra," kata wali kota Sergio Pirozzi kepada Presiden Mattarella.

Sebelumnya pemerintah Italia mendapat kritik keras karena gagal mencegah kematian banyak warganya, setelah gempa pada 2009 di L'Aquila yang merenggut 300 nyawa. Kota-kota bersejarah di sana juga tidak perlu menyesuaikan diri dengan peraturan bangunan anti-gempa, yang juga sering tidak diterapkan saat bangunan baru dibangun.

Selain akan menggelontorkan sejumlah dana, PM Renzi juga membatalkan pajak bagi warga dan mengumumkan sebuah inisiatif baru, 'Italian Homes', untuk meredam kritik atas konstruksi bangunan yang jelek.

Pada kesempatan itu, PM Renzi juga mengatakan bahwa tak masuk akal berpikir bahwa Italia bisa membangun bangunan yang benar-benar tahan gempa.

Di bagian lain, pemakaman pertama salah satu korban gempa Italia dilakukan pada Jumat, 26 Agustus. Almarhum adalah putra seorang pejabat negara yang meninggal di Amatrice.