Sukses

29-8-1991: Tolak Bayar 'Pajak', Pebisnis Italia Tewas Didor Mafia

Sebagian mengenang Libero Grassi sebagai pahlawan atas keberaniannya melawan mafia. Namun ada pula yang mencemoohnya.

Liputan6.com, Jakarta - Bukan hal baru, jika Italia dikenal lekat dengan cerita mafia. Seorang pengusaha asal, Palermo, Sicilia, Libero Grassi tercatat menjadi salah satu korban dari kebrutalan organisasi kriminal itu.

Grassi adalah pemilik Sigma, produsen pakaian dalam dan piama pria. Perusahaan ini memiliki sekitar 100 karyawan dengan volume bisnis mencapai US$ 5 juta pada 1990.

Pada awal 1991, pengusaha yang memiliki dua anak tersebut mulai menolak membayar 'pizzo', istilah di Sicilia untuk menyebut uang perlindungan atau dikenal sebagai 'jatah preman'.

Umumnya jika tuntutan mafia terkait 'pizzo' ini tidak dipenuhi maka para pengusaha akan mendapat konsekuensi berbentuk vandalisme bahkan pembunuhan.

Sementara itu pada 10 Januari 1991 Grassi, justru lantang menyuarakan penolakannya dengan menuliskan surat terbuka kepada para mafia melalui sebuah koran lokal, Giornale di Sicilia. Di hari yang sama pula ia melaporkan sejumlah nama orang yang memerasnya ke polisi dan pada Maret terjadilah lima peristiwa penangkapan.

Sehari setelah surat terbuka itu terbit, wali kota Palermo, jaksa, dan pejabat kepolisian mengunjungi pabrik milik Grassi untuk menunjukkan dukungan mereka. Ia juga sudah mendapat pengawalan dari dua petugas kepolisian kala itu.  

Sayang, keberaniannya untuk menolak membayar pizzo itu tidak didukung oleh pebisnis lain di Palermo. Delapan bulan setelah surat terbuka tersebut dirilis atau tepatnya pada 29 Agustus 1991, Grassi ditembak mati di dekat rumahnya pada pukul 07.30 waktu setempat.

Para pelaku memuntahkan tiga timah panas tepat ke bagian kepala pria yang berusia 67 tahun ketika peristiwa itu terjadi. Sebagian menunjukkan simpati kepada tindakan Grassi, menjulukinya sebagai salah satu pahlawan nasional Italia atas keberaniannya melawan mafia.

Pasca-pembunuhannya, sekitar 10.000 orang melakukan unjuk rasa. Lalu pada 26 September 1991, sebuah televisi lokal mendedikasikan program khusus selama lima jam demi mengenang Grassi.

Namun rekan-rekannya sesama pebisnis justru mencemooh tindakannya di mana menurut mereka Grassi telah menghancurkan citra dunia usaha di Palermo. Sebelum kematiannya, Grassi memang sempat melontarkan kritik pedas kepada para pengusaha yang masih mau membayar 'pizzo' juga para pembeli yang mulai berhenti mengunjungi tokonya karena takut dengan ancaman mafia.

"Rekan-rekan saya mulai menyerang saya. Mereka mengatakan bahwa seseorang tidak harus mencuci pakaian kotor di muka umum. Namun di sisi lain mereka terus melakukannya, saya tahu mereka semua masih membayar. Menurut pendapat saya, terintimidasi dan menjadi kolusi adalah hal yang sama."

"Beberapa menyerahkan uang mereka karena takut, sementara sejumlah lainnya membual tentang benang merah kepentingan. Ini adalah sikap yang lazim, namun saya pikir jika semua orang siap bekerjasama dengan pihak berwenang untuk melaporkan hal ini, maka pemerasan tidak akan berlangsung lama," tegas Grassi dalam sebuah wawancara seperti dilansir Wikipedia.

Kampanye Grassi untuk menolak pembayaran 'pizzo' ini dilanjutkan oleh putra dan putrinya -- kelak dikenal dengan gerakan Addiopizzio. Sementara di sisi lain, mereka berjuang menyelamatkan perusahaan keluarga tersebut sebelum akhirnya jatuh bangkrut.

Peristiwa yang penting bagi para penggemar Michael Jackson juga terjadi pada 29 Agustus, tepatnya 1958. Momen tersebut merupakan hari kelahiran penyanyi yang populer dengan julukan 'The King of Pop' itu.

Lalu pada 29 Agustus dalam ajang Grand Prix 2004 yang berlangsung di Belgia, pembalap, Michael Schumacer tercatat secara berturut-turut memenangkan lima kali kejuaraan F1. Ia finis pada urutan pertama sementara pembalap lainnya, Kimi Raikkonen menduduki posisi kedua.

Prestasi Schumacer ini berhasil mengalahkan rekor yang selama 47 tahun dipegang oleh Juan Manuel Fangio.

Video Terkini