Sukses

Duterte: Pecandu Narkoba Bukan Manusia

Duterte naik darah dengan kritik yang kerap menyerang dirinya atas kampanye melibas narkoba.

Liputan6.com, Manila - "Pecandu bukan manusia," ketus Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Demikian Duterte mengibaratkan para pecandu di negaranya yang jumlah kematiannya makin meningkat seiring dengan perangnya melawan narkoba.

Kelompok internasional hak asasi manusia dan PBB semakin khawatir tentang cara Duterte menangani narkoba di Filipina. Angka kematian pecandu atau diduga pengedar makin meningkat.

Namun, alih-alih mendengarkan, Duterte malah mengecam PBB dan kelompok HAM dengan mengatakan mereka harus belajar lagi konsep hak asasi manusia.

"Pembela HAM itu tidak menghitung mereka yang tewas akibat narkoba sebelum saya menjadi Presiden. Anak-anak diperkosa dan dimutilasi para pemakai," kata Duterte di depan anggota militer di pangkalan di Davao City.

"Ini yang mau saya pertanyakan, di mana saya melawan kemanusiaan? Saya ingin bertanya pada Anda, apakah para pemakai itu manusia? Coba definisikan apa arti manusia? Katakan pada saya," kata Duterte seperti dikutip dari Inquirer, Minggu (28/8/2016).

Duterte naik darah dengan kritik yang kerap menyerang dirinya atas kampanye melibas narkoba.

Pada Senin 22 Agustus lalu, para senator Filipina memulai penyidikan atas peningkatan angka kematian di bawah pemerintahan Duterte. Beberapa orang yang wajahnya dilindungi bersaksi tentang bagaimana orang-orang yang mereka kasihi diciduk dan ditembak mati oleh polisi.

Senator Leila de Lima, pimpinan komisi kehakiman di senat, menjadi pimpinan penyidikan. Dalam pidato pembukaannya seperti dilansir dari The Washington Post, menyatakan prihatin atas meluasnya pembunuhan yang diduga dilakukan bukan oleh pemerintah.

"Secara khusus, yang mengkhawatirkan adalah kampanye melawan narkoba ini sepertinya menjadi dalih bagi sebagian, saya tekankan sebagian, anggota penegak keamanan dan beberapa preman untuk melakukan pembunuhan seenaknya," ucap de Lima.

Direktur Jenderal Polisi Nasional Filipina Ronald dela Rosa melapor kepada komisi Senat pada awal minggu ini. Menurut dia, dari semua yang tewas, hanya 756 orang yang terbunuh dalam konfrontasi dengan polisi.

Polisi yang dijuluki "Bato" --artinya batu-- ini mengatakan kepada komisi Senat bahwa para terduga tewas karena melakukan perlawanan penangkapan.

Dela Rosa menegaskan kepada komisi Senat, "Kalau mereka tidak melawan, mungkin mereka masih hidup."

Kebanyakan pembunuhan tersebut --sekitar 1.160 orang-- dilakukan di luar operasi polisi. Kebanyakan dilakukan oleh preman dan sedang diselidiki. Ia menambahkan bahwa tidak semua kematian berkaitan dengan urusan narkoba.