Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara (Korut) dilaporkan telah mengeksekusi mati pejabat setingkat wakil perdana menteri di kementerian pendidikan, Kim Yong-jin. Kuat dugaan ini merupakan babak baru 'pembersihan' di kalangan petinggi negara itu.
Seperti dilansir The Wall Street Journal, Rabu (31/8/2016) Juru bicara Kementerian Unifikasi Korea Selatan (Korsel), Jeong Joon-hee mengatakan, Kim Yong-jin dieksekusi mati oleh regu tembak bulan lalu.
Baca Juga
Sebelumnya, seorang pejabat di kementerian pendidikan Korut yang disebut bernama Ri Yong-jin juga dikabarkan telah dieksekusi mati dengan senjata anti-pesawat. Bukan tak mungkin keduanya adalah orang yang sama mengingat tak ada konfirmasi resmi terkait hal ini.
Advertisement
Telegraph mengutip JoongAng Ilbo, Selasa 30 Agustus kemarin menyebutkan alasan Ri Yong-jin dibunuh adalah karena ia tertidur selama pertemuan yang dipimpin Kim Jong-un.
Sementara menurut salah seorang pejabat di kementerian unifikasi Korsel, Kim Yong Jin (63) dituduh menunjukkan sikap tak pantas selama pertemuan parlemen pada akhir Juni lalu. Tak hanya itu, ia juga disebut anti-revolusi.
Korut diketahui memiliki sejumlah pejabat setingkat wakil perdana menteri yang duduk di pemerintahan. Posisi mereka berada di bawah pembuat kebijakan tertinggi, Komisi Urusan Negara.
Komisi Urusan Negara adalah lembaga baru yang didirikan untuk menggantikan Komisi Pertahanan Nasional. Lembaga yang dipimpin langsung oleh Kim Jong-un ini merupakan badan tertinggi dalam pemerintahan dan pembuat kebijakan.
Belum lama ini menurut Kementerian Unifikasi, Korut dikabarkan mengirim dua pejabat seniornya untuk menjalani pendidikan ideologi ulang. Tindakan ini menunjukkan para pejabat gagal memenuhi harapan Kim Jong-un terkait pekerjaan mereka dan besar kemungkinan mereka akan dikirimkan ke peternakan atau fasilitas lainnya untuk 'kerja paksa'.
Dua pejabat tersebut adalah Kim Yong Chol yang memimpin badan intelijen utama di Pyongyang. Ia belum lama ini diberi tanggung jawab untuk menangani hubungan antar-Korea.
Sementara seorang lainnya adalah Choi Hwi. Ia bertugas pada divisi propaganda.
Sejak memimpin pada akhir 2011 lalu, Kim Jong-un dilaporkan telah 'membersihkan' atau merotasi sekitar 100 pejabat senior. Tindakan ini disebut untuk mengonsolidasi kekuasaannya.