Liputan6.com, New York - Jutaan pasang mata melihat peristiwa mengerikan saat pesawat jet penumpang menabrak menara kembar World Trade Center pada 11 September 2001. Teror paling kelam yang pernah tercatat dalam sejarah Amerika Serikat tersebut hingga kini masih membekas dalam ingatan sejumlah orang.
Namun seorang ibu rumah tangga asal New Jersey, Maria, melihat sesuatu yang janggal pada pagi itu. Kesaksiannya menjadi awal dibukanya penyelidikan kepada lima pemuda yang diduga terkait dengan intelijen Israel.
Saat kejadian yang dikenal sebagai peristiwa 9/11Â terjadi, dengan menggunakan teropong, Maria melihat tiga pemuda berlutut di atap sebuah van putih di tempat parkir gedung apartemennya.
Advertisement
"Mereka tampak seperti mengambil film," ujar Maria. Ia menambahkan, pemuda itu terlihat sedang mengambil foto dan video mereka dengan latar belakang WTC yang sedang terbakar.
Menganggapnya mencurigakan, ia menulis plat nomor van tersebut dan menelepon polisi. Ternyata, FBI telah ada di tempat kejadian dan menemukan lima pemuda berusia sekitar 22 hingga 27 tahun.
Petugas yang melakukan penangkapan mengatakan, mereka melihat banyak hal yang memunculkan kecurigaan. Namun hanya terdapat satu hal paling mengejutkan, kelima orang itu mengidentifikasi diri mereka sebagai warga negara Israel.
Ketika kelima pemuda itu dikirim ke penjara, kasus tersebut akhirnya dipindahkan dari Divisi Kriminal ke Foreign Counterintelligence Section FBI yang khusus menangani kasus spionase.
Dikutip dari ABCÂ News, Kamis (1/9/2016), salah satu alasan pemindahan kasus tersebut karena FBI menduga Urban Moving--perusahaan pemilik van--telah menjadi 'pelindung' bagi operasi intelijen Israel.
Namun ketika FBI menyelidiki keterlibatan Urban Moving, pemiliknya telah meninggalkan AS dan kembali bersama keluarganya ke Israel. Kantor perusahaan tersebut pun tampak ditinggalkan dengan terburu-buru.
Sementara itu pengacara bagi kelima pemuda Israel tersebut, Steve Gordon, mengetahui bahwa tindakan kliennya sangat mengundang kecurigaan. Namun ia tetap menyangkal dengan mengatakan, mereka hanya anak muda yang datang ke Amerika untuk berlibur dan akhirnya bekerja untuk sebuah perusahaan dan mengambil gambar saat runtuhnya WTC terjadi.
Dua minggu setelah penahanan, hakim imigrasi memerintahkan kelima pemuda untuk dideportasi. Namun sejumlah sumber yang mengatakan kepada ABC News menyebut, pejabat FBI dan CIAÂ di Washington terus menelusuri kasus itu.
Israel Terlibat dalam Peristiwa 9/11?
Intelijen Israel Terlibat dalam Peristiwa 9/11?
Sejumlah spekulasi pun beredar semenjak kelima pemuda itu ditahan. Sebuah surat kabar Yahudi terpercaya di New York, The Forward melaporkan, FBI menyimpulkan bahwa dua orang dari pemuda tersebut merupakan intelijen Israel.
Mantan kepala operasi anti-terorisme dengan CIA, Vince Cannistraro, mengatakan bahwa minat pejabat federal yang menangani kasus itu meningkat setelah beberapa nama pria itu ditemukan dalam pencarian database intelijen nasional.
Menurut Cannistrano, banyak orang di komunitas intelijen AS percaya bahwa kelima orang yang ditangkap itu bekerja untuk intelijen Israel. Cannistraro mengatakan, terdapat spekulasi bahwa Urban Moving bertujuan meluncurkan sebuah operasi intelijen terhadap Islam radikal, khususnya di wilayah New Jersey-New York.
Dalam skenario tersebut, diduga operasi mata-mata tak ditujukan kepada Amerika Serikat, namun lebih melakukan penetrasi atau pemantauan jaringan penggalangan dana dan dukungan radikal di komunitas Muslim seperti Paterson, New Jersey, yang merupakan salah satu tempat di mana beberapa dari pembajak pesawat tinggal beberapa bulan sebelum peristiwa 11 September terjadi.
Sejumlah sumber mengatakan, Israel menargetkan jaringan penggalangan dana karena mereka dianggap telah menyalurkan uang ke sejumlah kelompok yang bertanggung jawab atas sebagaian besar bom bunuh di Israel.
Namun kelima pemuda itu membantah bahwa mereka bekerja untuk intelijen Israel. Pengacara Israel mereka, Ram Horvitz, menolak tuduhan tersebut dan menyebutnya "bodoh dan konyol".
Juru bicara Kedutaan Israel di Washington, Mark Regev, bahkan menegaskan bahwa masalah tersebut tak pernah didiskusikan dengan pejabat Amerika Serikat.
"Kelima orang itu tidak terlibat dalam operasi intelijen apapun di Amerika Serikat, dan pihak intelijen Amerika tak pernah mengangkat masalah ini dengan kami. Cerita ini palsu," ujar Regev.
Meskipun terdapat penolakan, sejumlah sumber melaporkan kepada ABC News masih terdapat perdebatan di dalam FBI apakah kelima pemuda itu merupakan mata-mata.
"Untuk saat ini, penyelidikan belum mengidentifikasi siapa saja di negara ini yang sebelumnya telah mengetahui peristiwa 9/11," ujar FBI.
Sejumlah sumber juga mengatakan, misalnya pun kelima pemuda itu merupakan mata-mata, tak ada bukti yang menyimpulkan bahwa mereka telah mengetahui akan terjadi peristiwa 9/11.
Setelah 71 hari berlalu, para pejabat Israel dan Pemerintah AS telah membuat kesepakatan agar kelima pemuda tersebut dikeluarkan dari penjara dan dideportasi ke Israel.
Dalam sebuah talkshow di Israel, salah satu pemuda itu menyangkal bahwa mereka sedang tertawa ataupun senang ketika peristiwa 11 September terjadi. "Faktanya kami datang dari negara yang mendapat teror setiap harinya. Tujuan kami adalah untuk mendokumentasikan peristiwa tersebut."
Advertisement
4.000 Orang Yahudi
Yahudi Terlibat dalam Peristiwa 9/11?
Tak hanya kasus kelima pemuda yang membuat sejumlah pihak menaruh kecurigaan adanya hubungan Israel dengan peristiwa 9/11.
Seperti dilansir oleh The Guardian, Israel diduga menjadi dalang dari serangan 11 September untuk menarik Amerika ke dalam konflik dengan negara-negara Arab.
Dugaan tersebut bersumber dari sejumlah laporan yang mengatakan, 4.000 orang Yahudi yang bekerja di WTC tak masuk kerja pada 11 September 2001 karena mereka telah diperingatkan oleh Badan Intelijen Israel, Mossad.
Namun, angka tersebut tampaknya didasarkan pada pernyataan yang dibuat oleh menteri luar negeri Israel, bahwa sekitar 4.000 warga Israel berada di kota-kota yang menjadi target serangan 11 September.
Serupa dengan hal tersebut, walaupun tak terdapat penghitungan pasti, namun 10 hingga 15 persen atau sekitar 450 orang yang menjadi korban pada serangan 9/11 merupakan Yahudi atau memiliki hubungan dengan agama tersebut. Demikian seperti dilansir oleh CBS News.
Di sisi lain seorang associate professor dari Oberlin College, Joy Karega mengatakan, Israel merupakan otak dari sejumlah serangan teroris di seluruh dunia, termasuk peristiwa 9/11.
Dalam postingannya di media sosial, ia mengklaim bahwa ISIS didirikan oleh CIA dan Badan Intelijen Israel, Mossad. Demikian seperti dilansir New York Post.
Namun berbagai spekulasi tentang keterlibatan Israel dalam peristiwa serangan 11 September hingga kini belum dapat dibuktikan kebenarannya.