Liputan6.com, Jakarta Bagi Gautam Lewis, sangat sulit melupakan Bunda Teresa yang sebentar lagi akan dikanonisasi sebagai Santa dari Kalkuta. Untuknya, perempuan itu adalah sosok yang berhasil membuat ia lepas dari kemiskinan dan hidup nyaman di Inggris.
"Aku lahir di Kalkuta pada tahun 1977, meski tak ada catatan resmi akta kelahiran. Aku juga tak punya ingatan akan orangtua kandungku dan banyak laporan membingungkan tentang di mana dan kapan aku lahir dan siapa yang melahirkanku," kata Gautam seperti dikutip Liputan6.com dari CNN, Jumat (2/9/2016).
Beberapa dokumen mengatakan Gautam lahir di Distrik 24 Parganas-- wilayah pinggiran Kalkuta, dari orangtua yang bermasalah. Namun, dokumen lain mencatat, pria itu lahir di Kota Howrah oleh dokter dari kasta tinggi.
Advertisement
"Ibu angkatku, Patricia, tahunya aku lahir di Howrah, mungkin agar tertarik dengan aku yang dianggap memiliki latar belakang baik."
Bagi Gautam, mungkin kondisinya yang membuat ia terbuang ke sebuah panti asuhan Shishu Bhavan, rumah Bunda Teresa untuk anak yatim piatu di Kalkuta.
"Tak tahu bagaimana masa kecilku, yang aku tahu, aku terkena polio dan nyaris lumpuh dan yang pasti orangtua asliku tak sanggup merawatku dengan baik," tutur Gautam.
Polio mematikan atau membuat penderitanya cacat permanen. Namun, Gautam berhasil hidup dari virus yang biasanya menyerang sistem syaraf. Di masa itu India saat itu, 1 dari 5 anak tewas karena polio.
"Meski aku dibilang anak tak beruntung, tapi aku sendiri merasa beruntung karena Bunda Teresa mengasuhku."
"Di panti asuhannya, ada anak-anak berusia 18 bulan hingga 4 tahun. Hanya keluarga hebatlah yang mampu mengadopsi diriku," terang Gautama.
Menurut pria yang kini berprofesi sebagai pilot dan fotografer itu, panti asuhan tersebut merupakan tempat yang riuh, ramai dan kacau.
"Tapi Bunda Teresa sedang jadi pekerja sosial, itu bukan pekerjaannya. Ia hanya mengikuti cinta kasihnya kepada iman dan kepercayaannya, itulah yang menggiringnya menjadi manusiawi."
Di mata Gautam, Bunda Teresa di situ bukan untuk menyembuhkan orang atau merehabilitasi mereka. Ia di sana untuk mengurus orang sekarat, mereka yang dibuang oleh masyarakat dan tak ada yang peduli.
"Panti itu bukan tempat mewah, tapi kami dirawat dengan penuh kasih. Selama kami ada makanan, air dan cinta, sudah cukup."
Menurut pria yang berwarga negara Inggris, ia jarang melihat Bunda Teresa di panti. Namun, ia selalu memastikan 'anak-anaknya' sehat.
Tiap hari Minggu, Bunda Teresa akan datang dan mendadani bocah-bocah panti termasuk Gautam dengan sandang terbaik. Mereka lantas dibawa ke kapel dan biarawati itu menggelar misa.
"Aku tak bisa jalan saat itu, para biarawati harus menggendongku agar bajuku tak kotor, namun tak jarang aku harus merangkak di lantai," ujar Gautam.
"Karena aku merangkak, Bunda Teresa sangat tinggi bagiku, meski sebenarnya ia mungil. Ia malaikat bayanganku, dan selalu memberikan tatapan perlindungan kepadaku. Bunda selalu berbicara pelan dan memiliki aksen Inggris. Aku tak pernah mendengarnya berteriak, namun semua tahu, ia adalah sosok disegani," kenangnya.
Meski Bunda Teresa penyejuk panti asuhan, tetap saja hidup Gautam begitu kelam, sedih dan kesepian. Ia bahkan sempat berhenti berbicara selama 6 bulan tatkala tak seorangpun mau mengangkat anaknya.
"Aku mungkin akan berhenti bicara kalau Bunda tak membawaku ke psikolog," tuturnya.
Mimpi Buruk Berakhir
Akhirnya Gautam diadopsi oleh Patricia tahun 1985 dan dibawa ke Auckland, Selandia Baru. 18 bulan kemudian ibu dan anak itu pindah ke Inggris, di mana Gautam mendapat pendidikan bagus, teman yang baik dan pengobatan terbaik.
Pada usia 18 tahun, Gautam berkunjung ke Kalkuta untuk pertama kalinya. Ia bertemu dengan Bunda Teresa sebelum ia meninggal dunia.
"Aku mungkin saat itu mengatakan kepadanya 'terima kasih telah memberikanku hidup', aku sedikit lupa," kata Gautam.
Namun, yang pasti aku ingat, Bunda Teresa berkata, "Tak ada yang sulit, hanya berbeda. Kalau kamu tak menemukan seseorang yang mau menolongmu dikala kamu butuh, kerjakanlah sendiri, jangan khawatir hal yang tak kau ketahui...".
Advertisement