Liputan6.com, New York - Pagi hari di New York, Selasa 11 September 2001. Situasi berlangsung wajar, sibuk dan segalanya tampak hidup. Warga kota berjuluk 'Big Apple' melakukan rutinitas seperti biasa, hingga hal yang luar biasa terjadi saat jarum jam menunjuk ke pukul 08.46.
Kala itu, American Airlines Flight 11 yang kemudinya direbut oleh teroris Al Qaeda, Mohamed Atta menabrak menara utara Gedung World Trade Center (WTC). Tak lama kemudian, pada pukul 09.03 pagi, 5 pembajak lainnya menabrakkan United Airlines Penerbangan 175 ke menara selatan.
Satu kapal terbang lain juga menargetkan Pentagon, dan burung besi keempat diketahui celaka di Pennsylvania akibat dibajak teroris.Â
Advertisement
New York sontak mencekam, seluruh rakyat Negeri Paman Sam juga dunia pun terhenyak. Sungguh di luar dugaan serangan dalam skala sebesar itu bisa terjadi di Amerika Serikat, negara yang dianggap digdaya alias superpower. Gelombang trauma dan ketidakpastian melanda.
Hampir 3.000 manusia menjadi korban dalam teror paling kelam sepanjang sejarah Amerika Serikat: 9/11. Nyawa mereka dicabut paksa dalam tragedi itu.
Sejumlah video yang merekam kondisi pascaserangan teror di WTC menghebohkan dunia maya. Situasi kerusakan parah, penampakan terakhir para korban teror sebelum hidup mereka terenggut seiring rubuhnya Menara Kembar, kepulan asap yang mirip dengan wajah 'iblis', atau rubuhnya gedung ketiga WTC 7 yang diduga akibat diledakkan.
Juga ada rekaman sosok putih melayang dari puing-puing World Trade Center. Dikutip dari Mirror, Jumat (2/9/2016), video itu diambil beberapa hari setelah peristiwa 11 September 2001 terjadi.
Beberapa orang menganggap, itu arwah korban teror 9/11Â masih bergentayangan di lokasi kejadian. Bahkan di antara mereka mengaku pernah melihat 'penampakan' itu.
Obyek yang terlihat seperti asap rokok itu terlihat di belakang bangunan ketika seseorang sedang merekam aktivitas pekerja yang melakukan pembersihan lokasi runtuhnya menara kembar.
Hingga kini penampakan 'hantu' itu masih menjadi misteri. Namun salah seorang korban selamat mengaku melihat banyak arwah di dalam gedung.
Cerita lain datang dari seorang mantan petugas Kepolisian New York (NYPD), Letnan Frank Marra.
Ia mengaku melihat sosok perempuan keturunan Afrika berseragam layaknya petugas Palang Merah saat Perang Dunia II sedang memegang baki berisi sandwich.
"Aku kira dia hanya mencoba membantu kami, menjadi responden pertama," tulis Marra dalam bukunya yang berjudul From Landfill to Hallowed Ground.
Dilansir oleh Huffington Post, Buku From Landfill to Hallowed Ground merinci pengalaman Marra saat berada di Fresh Kills pasca peristiwa 9/11. Di lokasi tersebut, para petugas mencari jasad yang terkubur di antara puing besi, baja, dan semen.
Marra mengaku melihat 'hantu' itu beberapa kali. Namun setiap kali ia berusaha memahami apa yang dilihatnya, sosok itu menghilang.
Saat ini Marra telah pensiun dan tinggal di Millstone, New Jersey. Ia mengaku telah mengubur kenangan arwah itu. Namun ingatannya kembali muncul saat pria tersebut melakukan wawancara pada 2013 mengenai buku yang ditulisnya.
"Apakah kamu pernah mendengar cerita tentang petugas Palang Merah tua yang mencoba menyajikan sandwich dan kopi?" tanya seorang pensiunan detektif kepada Marra.
Menanggapi pertanyaan itu, Marra mengaku seperti tertimpa satu ton bata dan membangunkan memorinya tentang sosok perempuan yang dahulu dilihatnya. "Dan itu mengingatkanku atas sosok dirinya," ujarnya.
Marra juga mengklaim, petugas kepolisian lainnya juga melihat sosok tersebut, termasuk bayangan dan sebuah kelompok hitam nan besar.
Seorang paranormal menjelaskan kepada Marra, kemungkinan dirinya telah melihat hantu yang disebut 'pengumpul arwah' yang membimbing orang ke alam baka.
Dilansir oleh New York Post, bagian tubuh korban 9/11 yang ditemukan di reruntuhan membantu untuk mengidentifikasi 1.600 jasad. Namun, 1.000 korban lainnya tak pernah ditemukan.
"Berapa banyak abu dan bagian tubuh korban yang berada di tempat ini? Mengapa kehadiran mereka seakan tak diakui?" ujar Marra.
Â
Ini Hantu yang Sesungguhnya
Peristiwa Teror 9/11 akan diperingati untuk kelimabelas kalinya pada 11 September 2016. Seandainya kisah tentang arwah-arwah genyatangan di bekas Menara kembar tak benar adanya, sejatinya ada 'horor' yang lebih mengerikan: terorisme.
Pasca peristiwa 9/11, pihak berwenang Amerika Serikat seperti FBI dan CIA langsung mencari siapa dalang di balik teror itu. Kelompok Al Qaeda lah yang diklaim bertanggung jawab atas tewasnya sekitar 3.000 jiwa dan menoreh luka ribuan orang lainnya.
Tak hanya dialami oleh AS, hingga hari ini seluruh dunia bersiaga terhadap datangnya teror, tak terkecuali negara-negara di Eropa.
Akhir-akhir ini negara di Eropa mengalami serangkaian teror, mulai dari serangan di Paris (November 2015), bom Brussel (Maret 2016), hingga serentetan serangan yang terjadi di Jerman baru-baru ini.
"Apa yang terjadi di Eropa saat ini serupa seperti apa yang kita alami di Amerika Serikat sebelum 9/11," ujar Senator AS Angus King yang merupakan pencari fakta dalam serangan bom di Paris seperti dilansir oleh Bloomberg Technology.
"Adu tanding dan sejarah rumit menjadi hambatan yang mencegah badan intelijen di seluruh Eropa bekerja bersama-sama," imbuhnya.
Â
Â
Bos Al Qaeda, Osama Bin Laden -- yang dianggap dalang serangan teror 9/11 telah dilumpuhkan dalam penyerbuan pasukan khusus Navy SEAL di lokasi persembunyiannya di Abbotabbad, Pakistan pada Minggu 1 Mei 2011.
Namun, terorisme selalu bermetamorfosis. Saat Al Qaeda tiarap, terbitlah ISIS.
Advertisement