Liputan6.com, Jakarta Nama Bunda Teresa punya arti besar bagi kaum papa. Jasanya terhadap orang-orang yang membutuhkan, membuatnya begitu dikenal hingga ke seluruh dunia.
Seperti dilansir dari The Guardian, Jumat (2/9/2016), Bunda Teresa mewariskan rumah bagi mereka yang di ujung ajal, hostel tunawisma, dapur umum, klinik bagi pasien kusta, penampungan untuk mereka yang hidup dengan HIV/AIDS, panti asuhan, sekolah, apotek keliling, klinik ibu dan bayi, juga pusat rehabilitasi untuk pecandu narkoba dan alkohol di 133 negara.
Kini, warisannya yang ternilai harganya itu dikelola oleh 4.500 suster Misionarry of Charity, yang Bunda Teresa didirikan pada tahun 1950 -- untuk membantu mereka yang ia disebut kaum "termiskin dari yang miskin".
Advertisement
Kiprahnya untuk mereka yang kurang beruntung, berbuah penghargaan Nobel Perdamaian pada 1979.
Dan kini, perempuan mengabdikan dirinya di Kalkota, India itu akan dikanonisasi sebagai Santa atau Orang Kudus, jelang peringatan kematiannya yang terjadi pada 5 September 1997.
Kanonisasi adalah sebuah proses yang melibatkan pembuktian bahwa kandidat telah menjalani kehidupan dengan kebijakan heroik, sehingga layak dinyatakan sebagai santo atau santa -- gelar bagi orang suci.
Dunia mengenangnya sebagai Bunda Teresa dari Kolkata, India. Namun nama aslinya adalah Anjece Gonxhe Bojaxhiu. Kelak pada 4 September 2016 ia akan dikanonisasikan menjadi St. Teresa of Kolkata atau Santa Teresa dari Kolkata.
Bunda Teresa mungkin layak menjadi orang suci. Tapi mengapa baru sekarang, 19 tahun setelah kematiannya?
Paus Yohanes Paulus II berpendapat bahwa Bunda Teresa adalah wanita "terkudus" yang pernah ditemuinya. Maka dari itu, pada tahun 1999, sudah dimulai pengumpulan data untuk proses beatifikasi.
Beatifikasi oleh gereja Katolik Roma memiliki syarat sekurangnya satu mukjizat, sementara proses untuk menjadi santo membutuhkan bukti sekurangnya dua mukjizat.
Bunda Teresa dibeatifikasi pada tahun 2003. Saat itu Monika Besra, wanita India yang menderita tumor perut sudah menjalani proses pengobatan dan tak kunjung sembuh. Ia pun berpikir tak akan hidup lama lagi.
Suatu hari rasa sakit kembali mendera, Monika mengambil liontin Bunda Teresa dan rasa sakitnya pun hilang. Beberapa jam kemudian, tumornya dinyatakan sembuh.
Dengan berkat itulah, Paus Yohanes Paulus II menganugerahkan gelar beata kepada Bunda Teresa.
Pada tanggal 15 Maret 2016, Paus Fransiskus mengumumkan bahwa beata Teresa akan dikanonisasikan menjadi Santa pada 4 September mendatang bersama empat orang suci lainnya.
Paus Fransiskus mengakui mukjizat kedua yang disekatkan kepada Bunda Teresa, termasuk menyembuhkan seorang pria Brasil dari tumor otak.
Bagi Sekjen PBB, Javier Perez de Cuéllar, Bunda Teresa adalah kombinasi dari keimanan, dedikasi tiada henti, fokus yang jelas, pengetahuan cerdas, organisasi genius dan perjalanan konstan.
"Ia wanita paling kuat di dunia. Santa bukanlah orang yang sempurna, tapi satu yang suci," ujar Cuellar.