Liputan6.com, Davao - Setidaknya 12 orang dilaporkan tewas dalam insiden ledakan bom yang terjadi di sebelah Selatan Kota Davao. Tempat tersebut merupakan kampung halaman Presiden Filipina, Rodrigo Duterte.
Ledakan itu terjadi di sebuah pasar. Selain korban tewas, 60 orang lainnya diketahui menderita luka-luka.
Bahkan 30 orang di antaranya mendapat perawatan serius hingga harus dibawa ke rumah sakit.
Advertisement
Baca Juga
Bom di Davao begitu mengejutkan seantero Filipina. Apalagi insiden ini berlangsung di pasar dekat Hotel Marco Polo, yang kerap dijadikan tempat menginap oleh Duterte jika ia mengunjungi Davao.
Sesaat setelah ledakan, putra sulung Duterte yang juga Wakil Wali Kota dari Davao, Paolo menyatakan, sampai saat ini masih terlalu dini untuk mengetahui kelompok mana yang ada di balik insiden berdarah tersebut. Namun, Otoritas Keamanan Filipina dipastikan tengah bekerja keras demi mencari tahu siapa pelakunya.
Menambahkan pernyataan dari Paolo, Kepala Polisi Regional Davao, Manuel Guerlan mengatakan, sekarang beberapa checkpoint telah dipasang di sejumlah pintu keluar Kota Davao.
"Penyelidikan menyeluruh tengah menentukan penyebab ledakan sedang kami lakukan, kami minta semua masyarakat waspada," ujar Guerlan, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (3/9/2016).
Sebelum ledakan terjadi, wilayah Davao memang terus diperketat keamanannya. Hal ini terkait operasi militer yang dilancarkan Pemerintah Filipina demi menggempur kelompok radikal Abu Sayyaf.