Sukses

Samakan Korban Gempa Italia dengan Pasta, Charlie Hebdo Dicaci

Charlie Hebdo dianggap mengolok-olok musibah gempa 6,2 skala Richter di Italia yang menewaskan hampir 300 orang.

Liputan6.com, Paris - Gambar karikatur yang terpampang di edisi terbaru Charlie Hebdo melukai hati warga Italia yang sedang berduka. Majalah Prancis bergaya provokatif dan satire itu dianggap mengolok-olok musibah gempa 6,2 skala Richter yang menewaskan hampir 300 orang.

Kartun Charlie Hebdo merujuk pada kondisi Amatrice, salah satu area terdampak paling parah. Menurut sejarah, kota itu adalah asal dari spaghetti all'amatriciana, hidangan pasta yang dilengkapi saus tomat dan ham guanciale.

Karikatur tersebut menunjukkan gambar seorang pria dan seorang wanita yang terluka, yang berdiri di samping tumpukan puing-puing di mana kaki-kaki manusia terlihat di antaranya.

Masing-masing korban, diwakili dengan pasta, sesuai tingkat cederanya.

Seorang pria yang terluka parah dan penuh darah disebut 'penne with tomato sauce' -- pasta dengan saus tomat, perempuan dengan  wajah memar atau terbakar dijuluki 'penne au gratin'.

Sebutan yang paling tega adalah menjuluki tumpukan puing, dengan kaki-kaki manusia sebagai 'lasagna'.

Karikatur gempa Italia yang dibuat Charlie Hebdo memicu kemarahan (Charlie Hebdo/Reuters)



Kartun tersebut kemudian menyebar di media sosial dan mengundang banjir kritikan dari berbagai penjuru dunia. Koran Italia, La Stampa dan Corriere della Serra juga menampilkan karikatur itu.

"#CharlieHebdo sekali lagi membuktikan bahwa mereka tak menghormati siapapun. Ini bukanlah satire," tulis pengguna Twitter Alef Lila Wa Lila.

"Sungguh menjijikan. #CharlieHebdo, kalian harus belajar bagaimana cara menaruh hormat!! #Italyearthquake #Italy"," tulis pemilik akun @Lellina23.

Dalam postingan lain, @RNocerino bahkan bereaksi keras. "Aku hanya ingin mengatakan, seandainya Charlie Hebdo dibom lagi, aku tak akan berpartisipasi dengan memajang status Je Suis Charlie."

Langganan Kritik

Penembakan di media Prancis Charlie Hebdo. (Reuters)


Charlie Hebdo sudah lama jadi sasaran kritik. Pada 2015, media itu mempublikasikan kartun kontroversial bocah Suriah, Alan Kurdi yang meninggal dunia akibat tenggelam saat melarikan diri dari negara yang dicengkeram konflik. Karikatur itu sungguh tak pantas.

Majalah itu juga pernah memajang karikatur Nabi Muhammad di sampul luar -- tindakan yang dinilai sebagai penghinaan bagi umat Islam.

Akibatnya, mematikan. Pada 7 Januari 2015, dua teroris merangsek masuk ke ruang redaksi media itu. Mereka melepaskan tembakan membabi buta. Total 12 nyawa terenggut.

Charlie Hebdo juga membuat marah Vatikan dengan karikatur sosok berjanggut penuh amarah, dengan noda darah di tangan dan pakaiannya -- sambil menyandang senapan.

"1 an apres, l'assassin court toujour," kata-kata itu terpampang di halaman muka yang didominasi warna hitam. Yang bisa diartikan, "setahun berlalu, namun pembunuh masih berkeliaran."

Sosok dalam karikatur tersebut merepresentasikan Tuhan. Harian Vatikan, L’Osservatore Romano menyebut, Charlie Hebdo telah memanipulasi keyakinan.

"Di balik kedok bendera sekularisme tanpa kompromi, majalah Prancis itu sekali lagi lupa bahwa para pemimpin agama dari keyakinan yang berbeda, telah berulang kali menolak kekerasan atas nama agama," demikian isi artikel media Vatikan, seperti dikutip dari CNN.

"Menyalahgunakan Tuhan untuk menjustifikasi kebencian adalah sebenar-benarnya penistaan agama," kata-kata tersebut disampaikan pada Charlie Hebdo.

Video Terkini