Liputan6.com, Tashkent - Mendiang Presiden Uzbekistan, Islam Karimov telah dimakamkan di kampung halamannya, Samarkand. Sementara di Tashkent kurang lebih sejak pukul 05.00 waktu setempat, ribuan orang berkumpul di sepanjang jalan-jalan protokol mengantar kepergian sosok yang telah berkuasa sejak 27 tahun lalu itu ke bandara sebelum diterbangkan menuju peristirahatan terakhirnya.
"Dia bukan presiden kami, melainkan ayah kami. Kami datang untuk menghadiri pemakaman ayah kami," ujar salah seorang warga Samarkand, Yevgeniya Mikoryan seperti dikutip The Guardian, Minggu (4/9/2016).
Baca Juga
"Kami bahkan membatalkan sebuah pesta pernikahan, karena jika seseorang meninggal dunia itu pertanda buruk. Dan ketika ayahmu meninggal dunia, apakah dapat berlangsung pesta pernikahan?," tutur wanita itu.
Advertisement
Pemakaman Karimov dihadiri oleh delegasi dari 17 negara, termasuk di antaranya Presiden Afghanistan, Tajikistan, dan Perdana Menteri Rusia. Sementara itu sejumlah pemimpin dunia telah menyampaikan bela sungkawa seperti Presiden Vladimir Putin yang mengatakan bahwa "kematian Karimov adalah kehilangan besar bagi rakyat Uzbekistan".
Sementara itu Presiden Obama juga turut menyampaikan duka cita mendalam. Ia menegaskan dukungan AS bagi rakyat Uzbekistan.
Kabar terkait wafatnya Karimov akibat stroke sebelumnya telah dilaporkan oleh kantor berita independen, Fergana pada Rabu 31 Agustus lalu. Namun pemerintah secara resmi mengumumkan kematiannya pada Jumat 2 Agustus malam, beberapa jam setelah Perdana Menteri Turki, Binali Yildirim menyampaikan bela sungkawa.
Karimov yang meninggal dunia pada usia 78 tahun telah memimpin Uzbekistan selama 27 tahun. Ia kembali terpilih pada 2015 lalu dengan perolehan suara lebih dari 90 persen, meski pada saat yang sama sejumlah pengamat pemilu mengkritiknya.
Sejauh ini, Karimov disebut tak menyiapkan sosok penggantinya sehingga hal itu memancing spekulasi tentang siapa yang akan menakhodai Uzbekistan ke depan. Namun kuat dugaan Perdana Menteri, Shavkat Mirziyoyev yang memimpin upacara pemakaman akan menjadi pengganti Karimov.
"Ketika saya bicara dengan warga, mereka membenturkan kepala mereka ke dinding dan meratap tapi mereka lebih khawatir tentang apa yang terjadi ke depan, siapa yang memerintah. Karena Karimov adalah satu-satunya orang yang pernah menjadi presiden di negara ini. Banyak yang mengatakan kemungkinan akan terjadi perang klan," ujar Umida Akhemedova, seorang fotografer.
Menurut Editor Fergana, Daniil Kislov, penerus Karimov kemungkinan akan meneruskan kebijakan represif. Meski perekonomian negara itu telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, namun Human Right Watch menuding rezim telah memenjarakan ribuan kritikus di mana mereka mengalami penyiksaan dan perlakuan buruk.
Sebelumnya, Karimov dijadwalkan tampil pada 1 September dalam rangka menandai peringatan 25 tahun kemerdekaan Uzbekistan dari Uni Soviet. Namun tanpa alasan resmi acara tersebut batal digelar sementara beragam acara hiburan di televisi juga dilarang tayang.