Liputan6.com, Washington, DC - Jauh sebelum menikah dengan Bill Clinton, Hillary Diane Rodham Clinton telah berkarier sebagai pengacara. Ia pernah dua kali tercatat sebagai salah satu dari 100 advokat paling berpengaruh di Amerika Serikat (AS).
Kehidupannya semakin disorot publik ketika suaminya menyandang jabatan sebagai Gubernur Arkansas selama dua periode, yakni pada 1979-1981 dan 1981-1992. Dan di sepanjang perjalanan hidupnya, Hillary tersandung sejumlah skandal.
Ada isu korupsi yang mendera The Clinton Foundation yang didirikannya bersama sang suami. Ada pula skandal e-mail semasa ia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS.
Advertisement
Jika dibandingkan dengan kedua skandal besar tersebut, ada sebuah isu lain yang mungkin terlihat tidak terlalu signifikan. Namun, isu tersebut memiliki konsekuensi politik cukup besar dalam pemilu presiden di mana ia akan bertarung dengan Donald Trump demi memperebutkan Gedung Putih.
Skandal tersebut adalah pernyataan yang diucapkannya Hillary sekitar 24 tahun lalu, yakni kata-kata sarkastis yang terus menghantuinya hingga saat ini.
Berawal pada Maret 1992
Pada Maret 1992, Bill Clinton saat itu berkampanye untuk menjadi presiden AS. Oleh lawannya, Jerry Brown, ia dituduh menyalurkan uang pemerintah kepada firma hukum di mana Hillary bernaung.
"Saya tidak peduli dengan apa yang Anda katakan kepada saya, tapi Anda seharusnya malu pada diri sendiri karena menyerang istri saya. Anda tidak layak berada pada level yang sama dengan istri saya."
"Istri saya adalah orang yang baik dan ia tidak pernah melakukan hal-hal yang tidak etis," tegas Bill Clinton kala itu seperti dilansir The Guardian, Senin (5/9/2016).
Tak lama setelah Bill Clinton mengatakan hal tersebut, Hillary pun turut berkomentar atas tuduhan tersebut. Pernyataannya dinilai frustrasi dan sarkastis.
"Saya pikir saya bisa memilih tinggal di rumah, membuat kue dan minum teh, tapi saya memutuskan untuk memenuhi profesi saya, yang telah saya tekuni sebelum suami saya mendapat jabatan publik," ujar Hillary.
Reaksinya tersebut digambarkan tangkas, penuh gairah, dan sangat terpolarisasi. Bahkan, banyak perempuan yang senang dan terinspirasi dengan keputusan Hillary untuk mengubah citra dari peran seorang istri politikus tradisional dengan menjadi wanita karier.
Namun ternyata banyak pula perempuan yang tak terima dengan pernyataannya itu. Mereka merasa tersinggung karena menganggap persoalan menjadi ibu rumah tangga tak sekadar membuat kue.
"Kalaupun aku pernah merasa terhibur karena memilih Bill Clinton, itu adalah karena gagasan sombong dalam komentar istrinya yang telah 'menggigit' sejak awal. Aku marah ketika mengetahui bahwa mereka masih bisa membuat kue ketika tinggal di rumah. Kami bahkan tidak punya waktu!" ujar salah seorang pemilik suara kepada Time Magazine ketika itu.
Seorang lainnya juga memberikan komentar serupa, "Saya siap untuk menyukainya. Tapi tidak setelah apa yang dia katakan. Ia jelas tidak layak mendapat rasa hormat," ujar pemilik suara lainnya kepada CBS.
Menghina Kaum Perempuan?Â
Pernyataan 24 tahun silam itulah yang kini dimanfaatkan oleh lawan politiknya untuk menyerang Hillary. Ia digambarkan sebagai sosok feminis yang radikal.
Oleh New York Post ia bahkan pernah dipanggil "badut, seorang penghina kaum wanita".
"Masalahnya bukan karena Hillary Clinton seorang pengacara sukses dan feminis yang mengancam pemilik suara laki-laki. Sebaliknya, ia datang sebagai seseorang yang berbuat kesalahan karena ketidakmampuannya yang bertujuan menghina kaum perempuan yang memilih bekerja di rumah," tulis William Safire di New York Times.
Ketika itu Hillary telah meminta maaf atas pernyataannya tersebut. Ia mengatakan, komentarnya itu hanya ingin menjatuhkan Jerry Brown dan bukannya orang lain.
"Satu-satunya orang yang berusaha untuk saya jatuhkan adalah Jerry Brown. Aku tidak berusaha untuk menyepelekan orang lain," katanya ketika itu.
Ia pun menyesali pernyataannya yang menurutnya banyak disalahartikan.
"Semua dari kita, mencoba menemukan jalan masing-masing. Ada yang sepenuhnya ibu rumah tangga, ada juga yang menjalani karier dan ada pula yang mencoba menyeimbangkan keduanya," jelas [capres AS](hillary "")Â itu.
Jelang pilpres AS mendatang sang suami kabarnya ikut berjuang memperbaiki citra Hillary. Tak hanya itu, sejumlah perubahan fisik terhadap Hillary pun dilakukan tim kampanye.
"Warna rambutnya lebih lembut, begitu juga pakaian dan riasannya, bahkan ia juga mulai menanggalkan bando. Semua itu bertujuan untuk membuat penampilannya lebih keibuan, rata-rata, domestik, dan menyenangkan," tulis Karen Lehman di Times.
Â
Â