Sukses

Fakta Soal Insiden Tak Menyenangkan yang Dialami Obama di China

Sejumlah pihak berpendapat, serangkaian kejadian tak menyenangkan yang dialami Obama ketika menghadiri KTT G-20 adalah bentuk penghinaan.

Liputan6.com, Hangzhou - Lawatan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama ke Kota Hangzhou di Provinsi Zhejiang, China dalam rangka menghadiri KTT G-20 'tercedera' dengan sejumlah peristiwa tidak menyenangkan. Bahkan hal ini diakui langsung oleh Obama.

Dikutip dari BBC, sesaat setelah Air Force One mendarat di bandara setempat 'insiden' pertama terjadi. Tidak ada red carpet atau karpet merah yang tergelar bagi Obama kala itu.

Hal ini memaksa Obama turun dari pesawat melalui pintu belakang. Jelas sesuatu yang tak lazim mengingat pintu tersebut hanya digunakan untuk perjalanan yang membutuhkan keamanan tingkat tinggi seperti misalnya kunjungan ke Afghanistan.

Lantas terjadilah peristiwa di mana Penasihat Keamanan Nasional Obama, Susan Rice ditegur oleh seorang pejabat China. Ia dilarang melewati garis khusus bagi wartawan. Tak jelas apakah otoritas China mengetahui bahwa Rice bukan seorang jurnalis melainkan pejabat senior AS.

Tidak lama kemudian, pejabat yang sama juga meneriaki koordinator pers Gedung Putih di mana yang bersangkutan tengah memberikan arahan kepada wartawan yang ikut serta dalam rombongan Presiden Obama.

"Ini adalah negara kami. Ini adalah bandara kami," ujar pejabat tersebut dalam bahasa Inggris kepada koordinator pers Gedung Putih.

Laporan yang beredar tak merinci secara jelas mengapa peristiwa ini bisa terjadi.

Ketegangan pun berlanjut antar kedua negara di West Lake State House, tempat Obama bertemu dengan Presiden Xi Jinping. Di sana petugas protokol AS dan Secret Service kabarnya terlibat perselisihan dengan otoritas China terkait berapa banyak pejabat AS yang diizinkan masuk ke gedung tersebut sebelum kedatangan Obama.

2 dari 3 halaman

Sengaja?

Sejumlah perlakuan tak pantas yang dialami Obama diduga disengaja oleh otoritas Negeri Tirai Bambu. Pasalnya, para pemimpin negara lain yang juga menghadiri KTT G-20 diberi fasilitas selayaknya termasuk red carpet.

"Penyambutan yang diterima Obama dan stafnya ketika mereka tiba di sini (Hangzhou) pada Sabtu sore tak wajar, bahkan oleh standar China sekali pun," tulis New York Times seperti dikutip dari The Guardian, Senin (5/9/2016).

 

Presiden Obama dan Presiden Xi Jinping dalam KTT G-20 (Reuters)

Mantan Duta Besar Meksiko untuk China, Jorge Guajardo menyebutkan perilaku penghinaan terhadap Obama tersebut penuh perhitungan.

"Insiden-insiden tersebut tidak terjadi karena kesalahan. Tidak dengan China," ujar Guajardo yang pernah menyambut kedatangan Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto dan Felipe Calderon selama bertugas di Beijing.

"Saya telah berurusan dengan China selama enam tahun. Saya telah mengalami kunjungan seperti itu. Saya pernah mengantarkan Presiden Xi Jinping ke Meksiko. Saya juga pernah menerima dua presiden Meksiko di China. Saya tahu persis bagaimana prosesnya. Sampai bagian terinci dalam berbagai hal. Insiden-insiden tersebut bukan kesalahan," tegasnya.

Guajardo meyakini bahwa yang dialami Obama adalah bentuk penghinaan.

"Itu adalah cara untuk mengatakan, "Kamu tahu, kamu tidak istimewa bagi kami". Itu bagian dari arogansi China, bagian dari menunjukkan nasionalisme mereka," jelas Guajardo.

"Itu bagian dari keinginan mereka untuk mengatakan bahwa China adalah negara adidaya. Itu sangat diminati para "penonton" lokal". Dugaan saya itu bagian dari kartu nasionalisme yang dimainkan Xi Jinping," kata diplomat itu.

Hal senada diungkapkan Bill Bishop, ahli China. Menurutnya ada upaya untuk membuat AS kelihatan lemah.

3 dari 3 halaman

Bantahan China dan respons Obama

Kepada the South China Morning Post, seorang pejabat kementerian luar negeri China membantah pihaknya melakukan penghinaan. Menurutnya, pihak Obama lah yang menolak fasilitas red carpet.

"Tidak akan baik bagi China jika memperlakukan Obama dengan buruk," ujar pejabat yang menolak menyebutkan namanya itu.

"China menyediakan tangga bagi setiap pemimpin negara, namun pihak AS mengeluhkan bahwa pengemudi yang membawa tangga tak bisa berbahasa Inggris sehingga ia tidak mengerti instruksi keamanan dari AS. Kami mengusulkan agar ia ditemani seorang penerjemah, namun hal ini ditolak dan mereka bersikeras tidak membutuhkan tangga yang disediakan bandara," imbuhnya.

Presiden Obama merespons berbagai pemberitaan terkait sejumlah 'insiden' dalam kunjungannya. Menolak menyalahkan China, ia justru mengevaluasi rombongan AS yang diakuinya sangat banyak.

"Saya tidak akan memperkeruh suasana karena ini bukan yang pertama kalinya terjadi dan ini tidak hanya terjadi di sini. Hal semacam ini terjadi di banyak tempat, bahkan terkadang di negara sekutu kami," jelas Obama yang menambahkan serangkaian peristiwa tak menyenangkan tersebut tidak akan menganggu hubungan kedua negara.

Obama justru mengatakan mungkin pihak China merasa bahwa jumlah delegasi AS yang dipimpinnya "sedikit berlebihan".

"Kami memiliki banyak pesawat, banyak helikopter, banyak mobil, serta banyak staf. Jika Anda pihak tuan rumah, mungkin Anda akan merasa itu sedikit berlebihan," ungkap Obama.

Namun ketegangan AS - China sedikit mencair ketika Presiden Xi Jinping mengundang Obama untuk menikmati teh pada Minggu 4 September pukul 22.30 waktu setempat. 

Presiden Obama dan Presiden Xi Jinping minum teh bersama di sebuah paviliun di Hangzhou (AFP)