Liputan6.com, Pyongyang - Jika mendengar Korea Utara, sebagian dari kita mungkin langsung membayangkan betapa terisolasinya kehidupan di sana. Dipimpin oleh seorang diktator, Kim Jong-un, negara yang terletak di wilayah utara Semenanjung Korea itu kerap mendapat kecaman dari organisasi hak asasi manusia internasional.
Beberapa waktu lalu, Korut juga dilaporkan telah mengeksekusi mati pejabat setingkat wakil perdana menteri di Kementerian Pendidikan. Kuat dugaan hal tersebut merupakan babak baru "pembersihan" di kalangan petinggi negara.
Baca Juga
Tak hanya melakukan eksekusi mati, di bawah perintah Kim Jong-un, pada 5 September lalu Korut juga telah melakukan uji coba tiga rudal balistik yang bertepatan dengan KTT G-20 di China.
Advertisement
Dengan segala kediktatoran dan sikap otoriternya yang terkesan kuno, siapa sangka ternyata Kim Jong-un dan lingkaran dalamnya menjalani kehidupan yang serba mewah.
Menurut laporan Huffington Post, Kim Jong-un diperkirakan memiliki kekayaan sekitar US$ 5 miliar (Rp 65,6 triliun). Walaupun terlihat konservatif, ternyata Kim menghabiskan kekayaan tersebut untuk barang-barang mewah.
Seperti dikutip dari MSN, Selasa (6/9/2016), Kim Jong-un dikabarkan menghabiskan US$30 juta (Rp 394 miliar) per tahun hanya untuk mengimpor alkohol terbaik dari seluruh dunia.
Ia juga dilaporkan menghabiskan kekayaannya untuk mengimpor bahan pangan berkualitas tinggi, seperti daging babi dari Denmark, kaviar dari Iran, dan daging steak dari Kobe, Jepang.
Kim Jong-un juga sebuah memiliki kapal pesiar bernilai US$ 8 juta (Rp 105 miliar). Selain itu, ia dikenal gemar mengoleksi jam tangan mewah yang jika dijumlah bernilai (Rp 107,6 miliar).
Tak hanya mengoleksi jam tangan, menurut laporan The Telegraph, Kim dikabarkan memiliki sekitar 100 mobil yang dikoleksinya sejak usia muda. Mercedes-Benz adalah merek favoritnya.
Selain barang-barang mewah tersebut, ia juga memiliki landasan pesawat dan lapangan golf pribadi. Tak ketinggalan, sekitar 20 persen anggaran negara Korut dihabiskannya untuk merawat kuda balapnya.
Tak hanya Kim Jong-un saja yang bergelimang harta dan dikelilingi barang mewah. Sekitar 1 persen populasi Korea Utara yang menghuni "Pyonghattan" --sebuah kawasan elite Korut-- juga memiliki kehidupan tak jauh beda dengan diktatornya.
Di tengah-tengah kehidupan mewah yang hanya dinikmati segelintir orang, lalu bagaimana kabar rakyat Korea Utara lainnya?
Nestapa Rakyat Korea Utara
Seperti dilansir American Uncensored News Network, Korea Utara merupakan negara dengan ketimpangan kesejahteraan paling tinggi di dunia.
Negara itu juga memiliki jumlah besar anak-anak penyandang status gizi buruk, di mana tinggi badan penduduk Korut 7 sampai 15 sentimeter lebih pendek dari Korea Selatan.
Ayah Kim Jong-un, Kim Jong-il, diakui sebagai konsumen cognag--minuman beralkohol--nomor satu di dunia. Di sisi lain, tiga juta penduduk kelas bawah Korut mengalami kelaparan hebat pada 1994 hingga 1998.
Banyak dari mereka yang terpaksa memakan kulit pohon, rumput, atau apa pun yang dapat dimakan. Dalam sebuah wawancara dengan CNN, seorang berinisial Jee mengungkapkan penderitaan hidupnya di bawah kepemimpinan Kim.
"Kami menyelesaikan pekerjaan kami dan kami akan mengambil rumput atau tanaman yang dapat dimakan," ungkap Lee.
"Lalu seorang penjaga melihat kami dan berlari, kemudian menginjak tangan kami. Kemudian ia membawa kami ke tempat ini dan menyuruh berlutut," imbuh dia.
Mereka juga dipaksa untuk makan rumput beserta tanahnya sebagai hukuman. Kim menjadi makin sakit karena menderita diare setelah memakan tanah.
"Tak ada yang dapat kulakukan. Aku tak bisa memberikan obat apapun. Dan ketika meninggal, ia bahkan tak dapat menutup matanya. Ia meninggal dengan mata terbuka. Aku sangat sedih," ujar Jee.
Presiden ke-39 Amerika Serikat, Jimmy Carter, melaporkan bahwa Korea utara telah mengurangi asupan makanan sehari dari 1.400 kalori menjadi 700 kalori per hari pada 2011, di saat masa pemerintahan Kim Jong-il berakhir.
Menurut sejumlah laporan, ketimpangan kesejahteraan itu hingga saat ini masih dirasakan oleh masyarakat Korea Utara. Sebagian penduduk di sana masih belum mendapatkan tempat tinggal yang layak. Bahkan, kesulitan mendapatkan makanan pun masih dapat dirasakan oleh sejumlah orang.
Salah satu upaya untuk menutupi hal itu, Korea Utara mengimbau para wisatawan untuk tidak memotret kemiskinan dan konstruksi bangunan tanpa izin terlebih dulu.
Advertisement