Sukses

Donald Trump Tawarkan Jurus Kilat '30 Hari Kalahkan ISIS'

Donald Trump bicara soal kebijakan di bidang militer jika ia terpilih sebagai Presiden AS.

Liputan6.com, Washington DC- Calon Presiden Amerika Serikat dari kubu Republik, Donald Trump bicara soal kebijakan di bidang militer yang akan diambilnya, jika ia terpilih menjadi penguasa Gedung Putih pada November 2016 mendatang.

Pertama, ia menjanjikan untuk memperluas semua bidang kemiliteran AS -- tersedianya lebih banyak tentara, jet tempur, dan kapal militer.

"Saya mengusulkan kebijakan luar negeri yang baru, yang fokus untuk memajukan inti kepentingan nasional AS, mempromosikan stabilitas regional, dan memproduksi pengurangan ketegangan di dunia. Semua hal itu membutuhkan pemikiran ulang terkait kebijakan-kebijakan (masa lalu) yang  gagal," kata Trump seperti dikutip dari BBC, Kamis (8/9/2016).
 
Dalam sebuah kampannye di Philadelphia, Trump juga berjanji akan menghancurkan ISIS dalam waktu sesingkat-singkatnya.  

Miliarder nyentrik itu juga ingin para jenderal di AS datang padanya, membawa  rencana untuk mengalahkan ISIS pada 30 hari pertama kepemimpinannya di Gedung Putih.

"Segera setelah menjabat, saya akan meminta para jenderal untuk mempresentasikan rencana dalam waktu 30 hari untuk mengalahkan dan menghancurkan ISIS," kata Trump.

Ucapan Trump yang akan meminta saran para pemimpin militer untuk mengalahkan ISIS menunjukkan perubahan pendekatan capres partai berlambang gajah itu terhadap para petinggi militer.

Sebelumnya, ia sesumbar lebih banyak tahu soal ISIS daripada para petinggi Pentagon.

"Aku tahu lebih banyak soal ISIS daripada para jenderal. Percayalah padaku," kata dia November 2015 lalu.

"Aku punya rencana, yang bakal luar biasa. Mereka bertanya, 'Apa itu?'. Ya ,aku lebih suka tidak mengatakannya. Aku memilih untuk tak bisa ditebak," kata Trump April 2016.

Pada Juni 2016, Trump kembali mengeluarkan pernyataan yang bikin risih pihak militer. "Para jenderal militer AS tak tahu banyak karena mereka tidak menang," kata Trump pada CBS.

Dalam kampanye, suami Melania Trump itu mengatakan, segala rencananya dalam bidang militer akan didanai dengan memangkas pengeluaran pemerintah yang dianggap tak penting, dari tagihan pajak yang belum terbayarkan, dan dari perampingan tenaga kerja federal.

Dia juga menyerukan sekutu AS di NATO untuk memenuhi kewajiban mereka -- mengalokasikan 2 persen dari pendapatan nasional untuk pertahanan.

Dalam pidatonya di depan forum veteran Iraq and Afghanistan Veterans of America, Trump menyerang Hillary Clinton sebagai sosok yang gemar menawarkan hal-hal menyenangkan dan 'sangat tidak stabil'.

Trump Vs Militer

Di sisi lain, Hillary Clinton mengaku yakin, para pemilih AS tahu benar sosok panglima yang akan melindungi AS, para tentara.

"Dan mereka mengerti, Donald Trump tak bisa diandalkan," kata dia. "Mereka menganggapnya (Trump) berbahaya dan berisiko."

Di mata kubu rival, Demokrat maupun sejumlah petinggi Republik, Trump dianggap bukan sosok yang tepat untuk menjadi panglima tertinggi atau commander-in-chief AS.

Namun, awal pekan Trump mendapat dukungan 88 mantan petinggi militer dalam sebuah surat terbuka, yang menyatakan calon Partai Republik itu memiliki temperamen tepat menjadi panglima tertinggi AS.

Meski mendapat dukungan tanda tangan, apa yang dilakukan Trump beberapa kali justru menuai kritik dari anggota militer. Apalagi, saat ia terlibat perseteruan dengan orangtua Kapten Humayun Khan, seorang tentara muslim Amerika Serikat yang meninggal akibat terkena ledakan bom bunuh diri dan dianggap melakukan aksi heroik di medan perang.

Sejumlah veteran dan keluarga anggota militer tewas menggelar aksi protes di luar Trump Tower di New York pada Rabu kemarin.

Dan apa kata mereka soal mimpi 30 hari menghancurkan ISIS ala Donald Trump?

Seorang purnawirawan jenderal AS menuding Trump menggampangkan situasi.

"Aku sampai harus bertanya pada diri, apa gerangan yang ia pikirkan soal upaya kami 14 tahun terakhir soal (mengalahkan) Al Qaeda," kata Letnan Jenderal Purnawirawan Angkatan Darat AS, Mark Hertling kepada Anderson Cooper, seperti dikutip dari CNN.

Menurut dia, hal itu menunjukkan kurangnya pemahaman Trump, yang tak komperehensif, terkait ancaman dan cara-cara untuk melawannya.

Hertling menambahkan, mungkin Trump lupa, ada unsur keamanan nasional lain yang akan membantu mengalahkan ISIS. Itu bukan melulu urusan militer.

Live dan Produksi VOD