Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

3 'Drama' Hubungan Tak Wajar Orangtua-Anak di Masa Lampau

Pada masa purba, hubungan ayah dan putrinya tidak selalu 'baik-baik' saja. Ada sejumlah drama yang mirip dengan tayangan televisi masa kini.

Liputan6.com, New York - Dalam sejarah, hubungan seksual sedarah kerap terjadi karena berbagai alasan. Bangsa Mesir Kuno, misalnya, melakukan hal tersebut demi menjaga 'kemurnian' dinasti penguasa sebagai titisan dewa.

Dikutip dari History Buff pada Kamis (8/9/2016), calon presiden Donald Trump juga berseleroh menyerempet hal ini. Ia pernah mengatakan mau saja mengencani Ivanka, putrinya, seandainya ia tidak ada hubungan keluarga dengannya.

Drama-drama yang sekarang dianggap sumir ini masuk dalam catatan sejarah ketika dilakukan oleh kalangan ningrat dan penguasa. Misalnya 3 kisah sejarah berikut ini:

2 dari 4 halaman

Agrippina dan Nero

Agrippa dan Kaisar Nero. (Sumber My Ancient World)

Kaisar Nero di masa Romawi Kuno berkuasa pada abad pertama Masehi, tapi warisan kisahnya terus terdengar hingga masa kini.

Ibu kandungnya adalah Agrippina, keturunan Mark Antony dan Augustus. Agrippina sangat mengendalikan putranya, apalagi setelah ia menikahi Claudius, paman Nero.

Agrippina bahkan mencoba menempatkan Nero sebagai penerus Claudius dan diduga meracuni suaminya untuk membawa Nero menuju takhta.

Sejumlah catatan masa lalu menengarai hubungan bersifat seksual antara Nero dan Agrippina. Malah beredar catatan bahwa "setiap kali ia berduaan dengan ibunya, ia melakukan hubungan incest dengannya, dan ketahuan karena bercak-bercak pada pakaiannya."

Nero bahkan memiliki wanita simpanan yang tampak mirip dengan ibunya. Tacitus melaporkan bahwa, kepada orang-orang yang mau mendengar, Agrippina membanggakan telah tidur dengan putranya sendiri.

Tapi ia menambahkan bahwa Nero itulah yang tergila-gila padanya, bukan sebaliknya.

Tidur bersama ataupun tidak, jelas Nero sebal kepada ibunya sehingga pernah mencoba membunuh sang ibu.

3 dari 4 halaman

Para Firaun Mesir

Nefertiti dan Akhenaten. (Sumber crystalinks.com)

Para firaun penguasa Mesir, baik pada Hellenic maupun sebelumnya, menikahi saudara kandung perempuan mereka…dan bahkan menikahi putri-putri mereka sendiri.

Namun demikian, para cendekiawan masih memperdebatkan apakah pernikahan itu hanya bersifat seremonial atau memang dilakukan sungguh-sungguh.

Pernikahan sedarah dilakukan untuk memperkuat citra keluarga firaun sebagai kudus dan cerminan dewa di Mesir.

Di masa lalu, ada teori yang menyebutkan bahwa takhta kekuasaan hanya bisa diturunkan melalui putri kerajaan, sehingga seorang pria anggota penguasa Mesir Kuno harus menikahi saudara kandung perempuan. Teori ini telah dibantah.

Namun demikian, anggapan bahwa pernikahan ayah dan putrinya tidak benar-benar dilakukan hanyalah didasarkan kepada hal yang dianggap tabu pada masa kini.

Akhenaten, firaun yang murtad karena menetapkan hanya ada satu dewa tunggal bernama Aten, menikahi 3 putrinya sendiri hingga memiliki anak --sekaligus cucu--dari mereka.

Beberapa mumi anak-anaknya yang meninggal usia dini telah digali. Salah satu yang paling terkenal adalah Ramses II. Bahkan firaun itupun menikahi putrinya, Bintanath, serta mengangkatnya menjadi Ratu Pemimpin.

4 dari 4 halaman

Olympias dan Alexander Agung

Olympias dan Alexander Agung. (Sumber livius.org dan britannica.com)

Sebenarnya tidak ada bukti bahwa Alexander Agung dan ibunya pernah terlibat secara seksual. Yang jelas, Olympias dipandang sangat mencampuri segala urusan putranya.

Olympias melindungi Yunani ketika Alexander sedang melakukan penaklukan di negeri-negeri yang jauh. Bahkan Alexander juga mengeluhkan ibunya yang terlalu terlibat dalam urusan-urusan publik.

Olympias cukup bengis dalam mengendalikan Makedonia agar tetap dalam cengkeraman keluarga.

Ia diduga membunuh salah satu istri almarhum suaminya dan anak wanita yang menuduh Alexander bukanlah anak sah Philip, suami Olympias.

Demi menjamin takhta bagi Alexander, ia bahkan diduga membunuh Philip.

Setelah wafatnya Alexander Agung, Olympias bertekad mempertahankan kekuasaan pada keturunan putranya sehingga ia membunuhi para wanita lain simpanan Alexander dan anak-anak dari para wanita tersebut.

Ia juga mendepak saudara tiri lelaki Alexander yang memiliki gangguan mental agar memastikan saudara tiri itu tidak naik singgasana.