Sukses

Misteri Mumi 'Manusia Garam' Berambut Putih Berusia 1.700 Tahun

Biasanya mumi diawetkan dengan menggunakan ramuan tertentu atau terawetkan oleh es. Di Iran, mumi ini terawetkan oleh garam.

Liputan6.com, Tehran - Sekelompok jasad manusia yang terawetkan ditemukan di tambang garam Chehrabad, Iran. Tambang dalam provinsi Zanjan itu terletak sekitar 340 km dari ibukota Teheran.

Sejauh ini telah ditemukan 6 mumi. Mereka diduga meninggal dalam tambang dan kemudian terawetkan secara alamiah.

Tapi, seperti dikutip dari Ancient Origins pada Kamis (9/9/2016), kelompok 'manusia garam' tersebut berasal dari masa yang berbeda, misalnya dari periode Achaemenid dan Sasania.

Pada 1994 ditemukanlah manusia garam pertama di pertambangan garam Chehrabad yang masih beroperasi. Selain jasad yang sudah menjadi mumi, ada beberapa artefak semisal beberapa pisau besi dan anting-anting emas.

Manusia garam itu gampang dikenali karena rambut panjang dan janggutnya yang putih. Kepala mumi itu sekarang dipajang di Museum Nasional Iran, Tehran.

Pria itu diduga hidup 1.700 tahun lalu, pada masa Kerajaan Sasani dan meninggal pada usia antara 35 dan 40 tahun.

Biasanya mumi diawetkan dengan menggunakan ramuan tertentu atau terawetkan oleh es. Di Iran, mumi ini terawetkan oleh garam. (Sumber Nasser Sadeghi/Museum Bastaan)

Selama beberapa tahun sesudah temuan yang pertama, ditemukan lagi beberapa manusia garam. Pada 2004, satu manusia garam ditemukan oleh para penambang sehingga dilakukan lah ekskavasi darurat.

Temuan berikutnya terjadi pada 2005, 2006, dan 2007. Hanya mumi pertama yang dipajang di Tehran, empat mumi berikutnya dibawa ke Museum Arkeologi Zanjan. Mumi ke-6 ditinggalkan di tempat penemuan.

Pria-pria itu diduga meninggal dunia karena kecelekaan dalam tambang dan temuan mereka memungkinkan para ahli arkeologi menduga-duga kehidupan pada masa mereka.

2 dari 2 halaman

Penelitian dan Pelestarian Manusia Garam

Sejumlah penelitian ilmiah mumi-mumi itu mencakup arkaeobati, arkaeozoologi, analisis isotop, arkeologi pertambangan, dan antropologi jasmani.

Semua itu telah membantu para ahli arkeologi untuk lebih mengerti tentang praktik-praktik pertambangan purba. Misalnya, berdasarkan artefak dan fakta lingkungan pada lapisan-lapisan garam, ditengarai ada 3 tahap pertambangan, yaitu pada masa Achaemenid, Sasania, dan Islam.

Penelitian lanjutan mengungkapkan bahwa praktik-praktik pertambangan diorganisasikan secara berbeda untuk masing-masing periode.

Misalnya, pada masa Sasania, pertambangan didirikan di kawasan sekitarnya. Lalu, berdasarkan data isotop, pasokan garam diatur berdasarkan wilayah.

Hal itu bisa dibandingkan dengan masa Achaemenid yang ditengarai mempergunakan buruh-buruh asing di pertambangan. Tambang-tambang juga diakses dari tempat-tempat yang lebih jauh. Para buruh tambang bukan hanya penduduk setempat.

Biasanya mumi diawetkan dengan menggunakan ramuan tertentu atau terawetkan oleh es. Di Iran, mumi ini terawetkan oleh garam. (Sumber Museum Zanjan)

Penelitian-penelitian juga memberi telaah ulang terhadap fakta yang tadinya dikaitkan dengan para manusia garam tersebut.

Misalnya, walaupun dilaporkan adanya temuan 6 manusia garam, analisis anatomi mengungkapkan bahwa bagian-bagian tubuh mereka bukan berasal dari individu tunggal. Diduga, peninggalan yang ada berasal dari setidaknya 8 individu berbeda.

Walaupun sudah cukup banyak penelitian yang dilakukan terhadap manusia-manusia garam dan tambang itu sendiri, konservasi dan pelestarian peninggalan tersebut masih dirasa kurang.

Dalam laporan pada 2009, disebutkan mengenai pajangan mumi-mumi dalam kotak Plexiglas yang tidak tertutup rapat. Perubahan suhu dan tekanan udara luar lingkungan kemudian menimbulkan retakan pada kotak pajangan.

Sebagai akibatnya, bakteri dan serangga memasuki kotak pajangan dan mulai menggerogoti mumi-mumi tersebut. Untunglah sudah dilakukan sejumlah tindakan untuk mencegah kerusakan lanjutan.

Video Terkini