Liputan6.com, Jakarta - Pagi yang sibuk di New York, 11 September 2001, orang-orang berangkat ke tempat kerja masing-masing di bawah naungan langit biru yang cerah. Kala itu, mungkin tak ada yang mengira, malapetaka segera menjelang.
Di antara mereka ada Ullman Simatupang. Pria asal Indonesia itu menuju tempat kerjanya, di sebuah perusahaan asuransi terkemuka Empire Blue Cross Blue Shield.
Perusahaan itu berkantor di lantai 17 hingga 31 di Menara Utara World Trade Center (WTC).
Advertisement
Saat American Airlines Penerbangan 11, yang kemudinya direbut oleh teroris Al Qaeda, Mohamed Atta, menabrak menara utara pada pukul 08.46, Ullman berada di dalam gerbong kereta bawah tanah atau subway.
Pria berkacamata itu biasanya tiba di kantor sekitar pukul 09.15. Kali itu ia tak ingin datang lebih awal seperti biasanya.
Tiba-tiba di tengah perjalanan, kereta bawah tanah yang dinaikinya dihentikan sekitar 5 kilometer dari Stasiun World Trade Center.
Baca Juga
Para penumpang bertanya-tanya, apa gerangan yang terjadi. Pada tahun 2001, perkembangan teknologi internet belum semaju dam semassif saat ini. Â
Tak ada apapun, para penumpang harus menunggu selama 40 menit, lalu kereta mulai dijalankan hingga Stasiun 34th Street yang jaraknya sekitar 3,5 kilometer dari WTC. Di sana, orang-orang dievakuasi dari dalam kereta juga stasiun bawah tanah.
Tiba di permukaan, di sekitar pertokoan Macy's yang terkenal, Ullman menyaksikan hal yang tak biasa. Ribuan orang berjalan kaki. Bus dan kendaraan bermotor absen dari jalanan.
Kala itu jarum jam menunjuk ke pukul 09.20. Penasaran, Ullman bertanya pada salah satu pejalan kaki. "Kamu belum tahu? Gedung itu sudah jatuh (runtuh)," kata dia, menirukan jawaban orang yang ia tanya.
Gedung yang dimaksud adalah Menara Kembar World Trade Centre, yang menjadi ikon Kota New York.
Tak lantas percaya, Ullman bertanya pada beberapa orang lainnya. Ia mendapat jawaban yang sama. Pria itu akhirnya sadar, teror dalam skala mengerikan sedang melanda Big Apple.
Setelah berpikir, menimbang-nimbang risiko, Ullman memutuskan balik kanan. Dari 34th Street, ia berjalan kaki melintas Queensboro Brdige di 59th Street, sebelum menyeberang dari Manhattan menuju ke rumahnya di Queens.
Butuh 1,5 jam baginya untuk pulang. Ullman menyaksikan kepanikan dan ribuan orang berjalan kaki bersamanya. Para perempuan membuang sepatu hak tinggi yang mereka kenakan.
Trauma Belum Berlalu
Empire Blue Cross Blue Shield yang menempati 10 gedung adalah penyewa terbesar kedua setelah Morgan Stanley -- yang menempati 21 lantai di Menara Selatan WTC, antara lantai 43 dan 74.
Pada saat kejadian, Empire Blue Cross Blue Shield memiliki karyawan sekitar 5.000 orang.
Menurut Ullman, sebelumnya pihak perusahaan ditawari untuk menempati unit di lantai 86 ke atas.
Seandainya tawaran itu diterima, mungkin korban jiwa dari pihak Empire Blue Cross Blue Shield tak terbayangkan jumlahnya.
Apapun, ada 10 karyawan perusahaan tersebut yang meninggal dunia dalam serangan teror 9/11.
Ullman mengisahkan, para koleganya itu sedang pergi sarapan di lantai 42, WTC Tower 2 yang berada di seberang WTC Tower 1.
Menurutnya, teman-temannya sedang berada di dalam lift ketika panas luar biasa menghanguskan apapun yang ada di dalamnya.
Pascateror, roda bisnis terus berjalan dan perusahaan menyewa gedung lain untuk menjalankan operasinya.
Selama dua minggu sesudah kejadian, para pegawai mendapatkan bimbingan konseling kelompok. Sejumlah orang mengaku trauma, misalnya mereka yang menyaksikan orang-orang berjatuhan dari jendela gedung yang tinggi.
Meski 15 tahun berlalu, mengingat apa yang terjadi pada 11 September 2001 selalu bisa menerbitkan air mata.
Â
Bagi Ullman, ia sudah melepaskan semua kenangan buruk itu. "Life must go on," kata dia.
Di sisi lain, banyak petugas pertolongan darudat yang bertugas saat itu, misalnya para anggota pemadam kebakaran, yang harus menanggung akibatnya hingga sekarang.
Karena bahan bangunan WTC mengandung asbestos, banyak petugas pemadam kebakaran yang masih hidup justru terkena kanker akibat terpapar uap dan debu bahan berbahaya tersebut.
Simak video wawancara singkat dengan penyintas 9/11, Ullman Simatupang:
Advertisement